Kesedihan semua orang

"Sudah sampai, cepat semuanya turun." Ucapnya pada semua orang yanga da di dalam mobil. Hanya sesingkat itu dalam perjalanan namun ke tiga orang yang ikut malah pulas tidur.

"Baiklah." Jawab salah satu dari mereka.

Ke empat orang sudah turun di depan rumah sakit, semuanya berjalan bersamaan dan langsung menanyakan kamar Faraz.

Ketika akan berjalan menuju kamar seseorang menghentikan. "Tunggu! Saya akan ikut!" Teriaknya terdengar seperti Fikra.

"Kebetulan sekali, kami kira kau tidak akan datang ke rumah sakit karena kau tidak datang ke kantor juga." Selly bicara mewakili yang lain.

"Ayo cepat kita jalan sekarang!" Ajaknya lagi.

Semua orang berjalan bersamaan menuju salah satu kamar VIP di rumah sakit itu. Perlu naik lift hingga sampai di lantai 5, lantai paling atas di ruang sakit itu. Perawatan khusus VIP dan dokter pribadi terbaik.

Tidak ada yang sabar menunggu lift mengantar mereka ke lantai lima. Semua orang tampak ingin cepat-cepat melihat

kondisi Faraz.

Pintu lift terbuka itu artinya mereka sudah sampai. Ketika melihat ada beberapa penjaga pribadi berbaur dengan beberapa orang polisi. "Pak Min kau yang paling tua di sini." Ucap Selly tampak sedikit canggung ketika melihat penjagaan di sana.

"Siapa yang dirawat di sini dengan penjagaan sangat ketat." Gumam Pak Min.

Ketika ingin berjalan ke arah kamar Faraz semua orang langsung dihentikan. Mereka semua menunjukkan tanda identitas polisi. Ternyata semua penjagaan itu untuk Faraz.

Selly menatap penasaran mengapa Faraz sangat diperlakukan istimewa memangnya siapa ayah dari Faraz?

Ketika pertanyaan itu berakhir bersamaan muncul salah seorang tokoh yang sudah dikenal semua orang. Tampak tercengang ketika melihat seorang gubernur kota secara khusus menjenguk Faraz. Barulah semuanya sadar sebenarnya Faraz itu terlahir dari kalangan keluarga yang terpandang dan disegani.

Namun sayang semuanya hanya bisa menatap Faraz di balik kaca pintu di sana. Tidak ada yang diperbolehkan masuk.

Diantara semua orang Fikra tampak yang paling tidak percaya jika orang yang terbaring di hadapannya adalah Faraz. Dia tahu betul jika Faraz selamat meskipun dia ditembak, tapi kenapa dengan kecelakaan itu Faraz berakhir di bed pasien.

"Sudahlah, sekarang kita sudah tahu bagaimana dia. Aku benar-benar tak bisa percaya jika orang yang dirawat itu adalah Faraz." Seseorang diantara mereka bicara lagi.

"Kita pulang sekarang. Dan kau Fikra sebaiknya kau masuk ke kantor sekarang." Pak Min tak membiarkan siapapun yang bolos ke kantor, termasuk Fikra.

Fikra hanya menganggukkan kepala tanda menyetujuinya.

"Dengar, dimanapun, kapanpun, kita harus bisa menjaga diri. Jangan bertindak gegabah sendirian." Ucap Pak Min memperingatkan semuanya.

"Memangnya itu ada hubungannya dengan Faraz?" Selly cepat bereaksi dengan obrolan itu.

"Fikra, kau tak bersamanya kan? Kenapa kalian tidak bisa akur." Pak Min malah berbicara seperti itu pada Fikra, seolah dia kecewa karena Fikra tidak bisa menjadi rekan untuk Faraz. Mau bagaimanapun Faraz adalah detektif yang paling penting diantara semua tim, dia sudah memecahkan banyak kasus. Sekarang tidak bisa dibayangkan apa jadinya tanpa dia.

"Memangnya Faraz sedang menyelidiki sesuatu?" Seseorang bicara tampak melanjutkan lagi teka-teki itu.

"Kita akan bicarakan lagi dalam perjalanan!" Pak Min menyudahi obrolan itu.

Semua orang sekarang masuk ke dalam mobil, pergi bersama menuju kantor termasuk Fikra.

"Pak Min, lanjutkan lagi." Selly tak sabar ingin mendengarkan.

"Faraz sedang menyelidiki sesuatu, jika kita lihat jalanan tempat dia mengalami kecelakaan kemungkinan Faraz pergi ke arah rumah yang mengalami perampokan satu pekan yang lalu." Jelas Pak Min.

Penjelasan Pak Min tidak langsung mudah dipahami, terbukti semuanya diam saja.

"Astaga, kalian benar-benar tidak bisa mengingatnya." Ucapnya kesal.

"Rumah yang mengalami perampokan di jl**** dan salah satu korban yang selamat adalah gadis yang kami temukan di TKP kemarin malam kan?" Fikra akhirnya bicara.

Pak Min tampak diam. "Untuk apalagi Faraz pergi ke sana. Dia tidak akan pergi ke suatu tempat hanya untuk nongkrong, untuk makan, atau sesuatu yang tidak penting." Sindirnya pada semua orang. Tentu saja orang-orang terbiasa berfoya-foya dan melakukan banyak hal seperti itu, namun Faraz tidak mengenal kata libur, dia selalu bersungguh-sungguh menyelesaikan semuanya.

"Aku tidak tahu jika dia lebih dulu menyadari hal itu. Aku terlambat mengetahuinya karena berita yang ada tidak diberitakan dalam acara tv maupun dicetak dalam koran." Fikra bicara lagi. Jadi semua orang bisa tahu apa alasan Fikra tidak bersama Faraz waktu itu.

"Faraz tidak menghubungi mu sama sekali?" Selly tampak tak percaya.

Fikra menggelengkan kepala, dia merasa tidak bisa menjadi rekan yang handal bahkan lebih buruk dari itu.

"Sudahlah, mungkin itu adalah takdir, sudah waktunya dia mengalami hal itu di waktu yang tidak pernah kita tahu atau bahkan dia sendiri tidak pernah tahu hal itu akan terjadi." Pak Min menengahi semuanya agar kembali tenang dan menyadarkan semua orang bahwa ada takdir yang sudah mengaturnya.

"Kira-kira Faraz akan sembuh kembali?" Selly bicara lagi mengkhawatirkan.

"Semoga saja seperti itu, ada keajaiban yang membuatnya kembali seperti semula." Pak Min menjawabnya.

"Kalian tidak tidur lagi?" Tanya Pak Min pada semuanya.

"Kami akan tidur jika mengantuk." Jawab Selly orang yang paling aktif berbicara diantara yang lain.

Pak Min menghela napas, bukan hanya dia yang merasakan sedih dan susah menerima kenyataan itu, ternyata orang-orang yang bahkan tidak begitu mengenal baik Faraz juga merasakan hal yang sama.

Pak Min lebih mengenal Faraz, ketika dia menjalani training, dan sampai sekarang. Dulu Faraz selalu bercerita padanya dan menanyakan banyak hal, sangat banyak sampai-sampai Pak Min secara sukarela menjelaskan secara pribadi bagaimana jalan pikirannya ketika menangani setiap kasus. Namun perubahan itu terjadi, ada sesuatu yang berbeda entah karena hal apa. Faraz menjadi pendiam tidak banyak berinteraksi dengan semua orang, selalu mengurung diri, dan sangat bekerja keras untuk pergi ke lapangan mengecek TKP lalu memecahkan masalahnya sendirian.

Sampai sekarang Pak Min tidak tahu siapa ayah asli Faraz, namun melihat seseorang yang berkunjung tadi membuat Pak Min yakin jika ayah Faraz seseorang yang sangat penting bahkan kedudukannya mungkin lebih dari seorang gubernur kota.

Pak Min bersantai menjalankan mobil, dia sengaja lebih hati-hati dan tidak terburu-buru untuk kembali pulang. Semua orang sudah diam, tidak lagi meributkan Faraz dan menggunjing nya. Sekarang semua sibuk dengan gadget yang mereka pegang.

Pak Min merasa bersalah, seharusnya dari dulu dia menghentikan Faraz untuk bertindak sendirian, namun ternyata dari kesalahannya itu membuat Faraz benar-benar mengalami koma dan entah kapan dia akan kembali sembuh.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!