Kecurigaan Pak Min. Siapakah Fikra?

"Bagaimana kondisi Faraz?" Semua orang memburu kedatangan Pak Min.

"Pergilah dan lihat sendiri." Ucap Pak Min.

Setibanya di kantor Pak Min langsung kembali mengambil pekerjaannya yang tertunda.

"Fikra, kau harus lebih semangat seperti Pak Faraz. Kau tahu dia selalu mengurung diri di kamar dan menyelesaikan semua kasusnya." Selly tampak mengoceh, sebenarnya dia hanya ingin jika Fikra adalah orang yang baik. Jauh dalam hatinya dia kecewa karena tidak bersama Pak Faraz sebagai rekan di waktu kecelakaan.

"Kau menyelediki kecelakaan Faraz?" Seorang lelaki tampak muda datang ke tempat Pak Min.

"Tolong Carikan data panggilan terakhir dari nomor Hp Faraz." Ucap Pak Min.

"Kau sungguh melakukannya?" Tampak terkejut karena Pak Min menyelidiki sendiri. "Kenapa kau tidak melakukannya bersama Fikra?" Ucapnya lagi sambil menunjukkan ke arah lain.

"Diam saja, ingat kau lakukan ini secara diam-diam tidak ada orang yang tahu selain aku." Ucap Pak Min membungkam mulutnya.

Melihat keseriusan Pak Min dia segera pergi ke ruangannya, mengunci pintu lalu sibuk dengan komputer yang ada di ruangan itu.

"Kecelakaan itu hanya alibi seseorang, bisa saja kecelakaan Faraz sudah direncanakan. Namun jika itu hanya kebetulan berarti tidak ada yang perlu ditanyakan lagi pada semua orang." Gumamnya pada diri sendiri, sambil mengotak-atik komputer, memasuki sebuah halaman di sana. Dia memang ahlinya, soal data dan jaringan itu sudah menjadi yang paling utama.

Dan satu sentuhan terakhir akan menunjukkan semua data yang dibutuhkan.

Tapi pemandangan yang tampak dari monitor membuatnya langsung membulatkan mata. Selain Fikra, ayah, dan terakhir adalah Fikra. Data panggilan yang dilakukan oleh Faraz. Dia penasaran lalu melihat waktu terakhir panggilan itu berlangsung. Ternyata tepat pada jam dan di hari kecelakaan terjadi.

Tampak bingung dia kembali duduk, entah apa artinya fakta itu, jika kebetulan tidak mungkin sekali. Panggilan itu berlangsung beberapa menit berakhir. Tapi Fikra mengatakan jika dia tidak pernah dihubungi oleh Faraz.

Frustasi dengan hal janggal itu, dia keluar dari ruangan. Matanya sudah fokus dari tadi melihat ke arah Fikra. Anak baru yang baru bergabung dengan divisi di daerah 2 ini. Entah bagaimana dia masuk dan bekerja menjadi seorang polisi di sini. Fikra memang terlihat lebih mudah berbaur, tapi pertanyaannya mengapa dia menyembunyikan sesuatu, tentang sebuah panggilan terakhir dari Faraz. Apa tujuannya?

Matanya menoleh ke arah Pak Min, seperti memberikan sebuah kode penting. Pak Min langsung mengerti dan berjalan tenang sambil hati-hati, memastikan jika tidak ada orang yang melihatnya masuk ke ruangan komputer milik rekannya.

Pak Min masuk ke dalam ruangan itu, komputernya masih menyala, dia langsung dapat melihat hasil yang diinginkan.

Kedua matanya langsung terbelalak kaget, Pak Min tak bisa percaya jika orang terkahir itu adalah Fikra. Dia menyalin nomor telpon yang tertera di sana lalu pergi kembali keluar.

Sebagian orang berkumpul di kantor, sebagiannya lagi pergi melihat kondisi Faraz.

Pak Min datang mendekat, melihat kesibukan Selly dan Fikra.

"Selly. Kau asyik mengobrol dari tadi, jangan sampai pekerjaannya tertunda lagi. Kau harus menanyakan hasilnya kan." Ucap Pak Min. Perkataannya berhasil membuat Selly segera pergi kembali dan menata laporan yang belum dia selesaikan.

Hanya tinggal Pak Min dan Fikra. Fikra sibuk memotong buah apel di tangannya, sesekali tersenyum ketika Pak Min menoleh ke arahnya.

Pak Min tampak mengeluarkan Hp lalu menekan tombol panggilan. Matanya tak pernah lepas melihat ke arah Fikra saat itu.

Drrrrtttt...

Suara getar Hp seseorang. Pak Min masih tenang dan memalingkan pandangannya ke arah lain, namun dalam jarak seperti itu suara getar Hp sudah bisa didengarnya.

Fikra tampak bingung, tangannya meraba ke saku celana dan dikeluarkannya sebuah Hp di sana yang tampak ada sebuah panggilan masuk. Fikra tak mengangkat panggilan itu, namun matanya sedikit menoleh ke arah Pak Min yang juga tampak seperti menelpon seseorang. Dia mengakhiri panggilan itu. Maka sebuah panggilan yang dilakukan Pak Min juga berakhir.

Pak Min tampak tenang dia mulai hati-hati menatap Fikra penuh tanya.

"Pak kau menelpon ke ponsel ku?" Tanya Fikra terdengar sebuah nada datar tampak tidak terjadi sesuatu.

"Aku penasaran dengan nomor ponsel mu, tadi aku menyalinnya dari hp milik Pak Faraz." Ucap Pak Min terdengar mulai memancing obrolan itu.

Ran datang, pandangannya tak lepas memperhatikan Fikra saat itu.

Fikra tampak sedikit tersenyum. "Nomor ponsel ku hanya diketahui oleh Pak Faraz, tadi aneh sekali siapa yang menelpon ku." Ucapnya enteng. Aneh sekali karena Fikra tidak menyadari kecurigaan Pak Min dan Ran pada dirinya itu.

"Tapi kalian bisa menyimpannya, tidak apa-apa karena ini adalah pekerjaan aku selalu memisahkan ponsel pribadi dan ponsel untuk bekerja." Terangnya lagi, sama sekali tak berekspresi yang seharusnya diharapkan oleh Pak Min.

Ran tak tahan saat itu, dia merasa kesal dma membayangkan jika kecelakaan itu adalah ulah Fikra atau ada hubungan dengannya, dia tidak bisa membayangkan dengan cara apa untuk kembali mempercayai Fikra.

Pak Min menahan Ran dengan tangannya. "Kau melakukan panggilan dengan Faraz kan? Waktunya sama dengan waktu dia mengalami kecelakaan itu." Ucap Pak Min tak disangka dia berterus terang dengan Fikra.

"Apakah itu benar, aku akan melihatnya sekarang!" Ucapnya terlihat santai dan tidak menunjukkan suatu masalah.

Fikra terdiam sejenak. "Kalian mengeceknya, data panggilan Pak Faraz kan?" Tebak Fikra. Pak Min dan Ran tidak menjawabnya.

"Hp ku otomatis menerima panggilan yang masuk, Pak Faraz ternyata memang menelpon ku waktu itu, bahkan aku tidak tahu dan baru menyadarinya sekarang. Aku benar-benar tidak mengobrol dengannya." Fikra berusaha keras untuk menjelaskan. Namun itu tak cukup membuat Pak Min puas.

Pak Min mundur beberapa langkah dan tampak berusaha menenangkan dirinya sendiri. Duduk di sebuah kursi di sana namun matanya kembali melihat ke arah Fikra.

"Harusnya kau diselidiki dan interogasi. Tapi kita akan melihatnya jika kau benar ataupun kau sudah berbuat salah, lihatlah bukti akan berbicara yang sejujurnya." Ucap Pak Min.

Ran tidak percaya kata-kata Pak Min seolah sudah menyerah dan melepaskan Fikra.

"Kau harus menyelidikinya!" Ucap Ran pada Pak Min.

"Sudahlah, hanya 2 menit. Apa.yabg akan dilakukan seseorang untuk berbicara dalam telpon selama 2 menit." Ucap Pak Min dengan logis. Dia juga pergi dari hadapan keduanya.

Ran masih diam, hatinya tidak puas. Dia menoleh ke arah Fikra dengan tatapan yang berbeda.

Fikra masih diam saja dan tidak mengatakan apapun juga saat itu, bahkan tidak menjelaskan lagi dengan keras arti dari panggilan itu.

Ran juga kembali ke ruangannya, pintu kemudian tertutup dan dia mengurung diri di sana lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!