Bang Arma menerima seluruh aset milik Rhena yang telah di ambil mantan ibu mertuanya. Meskipun ibu Sertu Setyo berteriak histeris, Bang Arma tak peduli. Perhiasan emas milik Rhena hasil dari istrinya itu dulu bekerja juga telah di ambilnya. Bang Arma baru tau bahwa Rhena pernah menjadi seorang pramugari di maskapai terkenal hingga dirinya memutuskan berhijab demi Bang Setyo.
"Apa masih ada lagi barang milik Rhena yang di ambil paksa?" Tanya Bang Arma pada petugas POM.
"Siap.. tidak ada Dan..!!"
"Kalau masih sempat kau berulah, mengganggu istri Letnan Arma.. kau akan mati di tangan saya, saya tidak peduli meskipun seragam saya harus terlepas." Kata Bang Arma.
"Siap Dan."
"Lalu bagaimana istrimu yang hamil sedangkan kau tidak punya anak?" Tanya Bang Renash.
"Siap.. saya akan menerimanya dengan lapang dada. Itu hasil yang saya petik karena kelakuan saya selama ini." Jawab Bang Setyo.
"Bagus kalau kau sadar." Bang Arma membuang muka, tidak ingin lagi berurusan dengan Sertu Setyo.
Tak lama ponsel Bang Renash berdering.
"Aiisshh.. hamil kedua ini rewel sekali si Geeta." Gumamnya. "Iya sayang, ada apa?"
Bang Arma tersenyum geli mendengar keluhan Abangnya tapi kemudian ponselnya juga berdering. Ada nama 'Mami bohay' disana. Bang Arma berdehem lalu mengangkat panggilan telepon itu.
"Abang dimanaaa??" Tanya Rhena.
"Sebentar sayang, Abang di kantor sebentar. Kenapa cintakuu??"
"Rhena pengen singkong bakar." Pinta Rhena.
Kepala Bang Arma seketika bingung menerka keinginan Rhena. "Ini dalam arti sebenarnya ataauuuu......"
"Singkong Bang, masa Abang nggak tau singkong." Kata Rhena.
"Tauu.. ya sudah sebentar ya..!! Abang cari singkong dulu..!!"
...
"Lama sekali, Rhena lapar." Gerutu Rhena yang perlahan sudah membaik.
Hal tersebut adalah keinginan terdalam di hati Bang Arma. Ia ingin istrinya kembali pulih dan sehat seperti sedia kala.
"Nunggu singkongnya matang dek. Kalau yang instan sih ada, tapi khan kamu nggak mau." Kata Bang Arma lalu mengecup kening dan bibir Rhena.
"Mauu.. tapi nanti." Jawab Rhena menunduk, pipinya pun memerah.
Bang Arma ikut tersipu malu melihat tingkah Rhena. Wajah cantik Rhena membuatnya tidak tahan untuk berjauhan dari sang istri ia pun perlahan merebahkan Rhena "Cepat pulang, singkongmu belum di bakar..!!" Bang Arma memberikan satu lagi sentuhan basah di bibir Rhena.
Kreeeekk..
"Aarrr.. ini donat..... Yaelaaahh.. ngapa lu tanam kuman disini???"
Bang Arma kelabakan mengusap bibirnya sedangkan Rhena langsung menarik selimut menutupi wajah saking malunya. "Benar-benar kurang ajar ini luwak." Gerutu Bang Arma. Nafasnya masih memburu karena terbawa suasana. "Bisa khan kau ketuk pintu dulu sebelum masuk ke ruangan orang lain?????" Tegur Bang Arma.
"Kau yang salah, ini rumah sakit.. bukan kamar tidurmu. Lagi pula kenapa kau bertukar cinta disini. Stress lu ya..!!" Kata Bang Ojaz. "Ini donat siapa?? Aku lapar." Bang Ojaz mengangkat donat berwarna pink.
"Nggak tau, makan saja..!!"
Tanpa berpikir panjang Bang Ojaz langsung melahapnya.
"Oom Ojaaazz.. itu donat punya Riri." Protes si empunya donat.
"Yaaaaa Rii.. Om nggak tau." Kata Bang Ojaz merasa sangat bersalah tapi masih melahap juga potongan donat terakhirnya.
Sontak saja Riri langsung menangis merajuk berguling di lantai meminta donatnya kembali.
"Eeehh Riri, tadi Om nggak mau.. Papamu yang memaksa Om."
"Kau ini jangan menebar fitnah. Kau mau aku dan anak perang dingin???? Pintar sekali kau membuat pertengkaran ayah dan anak." Tegur Bang Arma akhirnya mau tidak mau ikut membujuk Riri. "Sayaang, nanti Papa belikan ya donatnya..!!"
"Nggak mauu.. itu dari Daddy Renash sama Mami Geeta." Tolak Riri.
"Ada apa sih ribut sekali." Bang Renash langsung menggendong Riri.
"Donatnya Riri di caplok luwak." Jawab Bang Arma.
"Oohh, ya sudah ayo beli lagi sama Daddy. Memang benar itu luwak kurang kerjaan. Donat panda masih di makan juga." Bang Renash membawa Riri keluar dari kamar bersama Geeta yang sedang menggandeng tangan Bang Wibi. Putra pertama Bang Renash dan Geeta.
...
Bang Arma tidur memeluk Rhena. Posisi tidur mereka sangat dekat bagai tak ada jarak pemisah selain pakaian yang mereka kenakan hingga tak sadar darah dari infus Rhena sudah membasahi pakaian Rhena dan mengenai dirinya.
plaaakk..
"Bangun..!! Darah Rhena kemana-mana tuh..!!" Bang Renash menepak bahu Bang Arma agar adiknya segera bangun dari tidurnya.
Bang Arma gelagapan tapi masih bisa mengendalikan diri tapi saat itu pikirannya yang belum genap seketika syok melihat banyaknya darah.
"Rhenaa.. dek.. anakku..!!" Bang Arma kelabakan, mungkin mengira Rhena sedang mengalami keadaan gawat darurat.
"Ada apa Bang?" Rhena terbangun dan melihat hal yang sama. "Darah?? Abang berdarah????" Tanya Rhena.
"Kalian ini.. bangun dulu..!! Buka mata kalian..!!!! Itu darah dari selang infusmu Rhen." Bang Renash menggeleng tak habis pikir dengan kelakuan pasutri di hadapannya itu.
Sesaat setelah sadar Bang Arma menekan tombol darurat dan tak butuh waktu lama perawat dan Dokter Anin segera tiba.
~
Seperti kemarin Bang Arma masih selalu intens bertanya pada Dokter Anin dan Rhena terlihat tidak menyukainya. Ia menarik tangan tidak ingin di periksa dokter Anin.
"Heehmm.. modyaaarr, rasakan itu..!!" Bang Renash tertawa melihat keduanya dan kini dokter Anin tidak tau harus berbuat apa karena Rhena mencemburui dirinya.
"Anin.. saya mohon maaf, bisa tolong panggilkan Muksin saja. Sudahlah biar saya ngalah apa saja yang penting ini urusannya segera beres." Pinta Bang Arma.
"Siap Bang, saya paham..!!" Senyum Anin begitu tulus, ia pun pernah merasakan hal yang sama saat kehamilan pertamanya dulu.
Rhena memalingkan wajahnya. "Rhena nggak mau di periksa dokter Anin sama dokter Muksin."
"Lhoo.. lha terus sopo dek. Dokter jaganya hanya ada dua. Dokternya kandungan ya Muksin." Jawab Bang Arma.
"Rhena di periksa Bang Ojaz aja."
"Haaaa.. nggak.. iso malpraktek. Abang nggak setuju." Tolak Bang Arma.
"Anak Abang nggak mau kalau nggak sama Bang Ojaz."
"Ya Allah.. hiiiihh.. stress aku dek. Ini darahnya bisa kemana-mana." Bang Arma sampai memukul ranjang saking jengkelnya.
Rhena memiringkan badannya memunggungi Bang Arma. "Biar aja, biar Rhena kehabisan darah."
Bang Arma sampai mengusap dadanya tak sanggup berdebat dengan Rhena. "Sin.. tolong hubungi Ojaz dah. Bilang.. saya minta tolong."
"Kenapa nggak kamu sendiri?"
"Aku ini malas lihat wajahnya Sin, rasanya pengen hantam rahangnya yang sok ganteng itu." Gerutu Bang Arma.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Mirury
ya Allah baru kali ini saya baca novel ngakak sampai sakit perut thorr,,sukses karyamu thorr..🥰💓
2025-01-20
0
Althhar Amfairuz
Astaghfirullah ini para perwira pada somplak semua ya..🤣🤣🤣
2024-11-17
1
Erna Fkpg
duh ngakak aku sampai perutku sakit baca cerita ini bisa ngilangin stres 😂😂😂
2025-03-23
0