3. Trauma yang berat.

​Kini sudah di hari ketiga Bang Arma membaca Alquran setelah dirinya meminta ijin cuti untuk memuluskan niatnya. Tubuhnya sudah sedemikian lemas tapi perjuangan dirinya sesaat lagi akan usai.

Rhena yang melihat dari kejauhan ikut terharu melihat perjuangan Bang Arma. Papa Riri itu melakukan segalanya dengan cepat dan kembali fokus dan mengisi seluruh waktunya untuk membaca Alquran.

"Shadaqallahul-'adzim" Tashdiq terdengar dan menandakan Bang Arma usai menyelesaikan syarat dari Rhena. Bang Arma bersandar meluruskan punggungnya yang luar biasa pegal, matanya mengantuk dan tubuhnya lelah.

Rhena mengambil segelas air minum dan menyerahkan pada Bang Arma.

"Apa ada syarat yang lain?" Tanya Bang Arma sambil menerima gelas dari Rhena lalu meminumnya.

"Nggak ada Bang."

"Jadi bagaimana? Abang ngantuk sekali ini dek?"

"Rhena mau jadi istri Abang." Jawab Rhena.

"Alhamdulillah.." Bang Arma tersenyum kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang.

...

"Sah.. Alhamdulillah..!!"

Tak pernah terbayangkan dalam benak Bang Arma akan mengucapkan kalimat ijab qobul untuk kedua kali seumur hidupnya. Degup di dadanya ia simpan rapat.

Rhena menunduk mencium punggung tangan Rhena. Mulai hari ini dirinya resmi menjadi Nyonya Armayudha. Bang Arma pun mengecup sayang penuh kelembutan di kening Rhena.

Bang Afid pun menyalami Bang Arma dan Rhena. "Selamat ya Ar.. Rhen, semoga cepat dapat momongan..!!"

Bang Arma melirik Rhena untuk meminta jawaban.

"Kami tunda dulu Bang, kasihan Riri masih kecil sekali." Jawab Rhena.

Bang Arma tersenyum mendengarnya. "Terserah istri saja Bang, pagi siang sore malam saya standby on call. Istri bilang gass poooll ya saya garap."

Tawa pun terdengar riuh. Rhena terdiam lesu sembari memeluk Riri.

"Semua pasti baik-baik saja dek..!!" Kata istri Bang Afid.

Rhena mengangguk pasrah, masih ada rasa syukur sebab masih ada orang baik seperti istri Bang Afid yang mau menyapa dan menerima dirinya dalam lingkungan perwira seperti ini.

"Om Arma itu baik sekali lho dek. Kerjanya rajin, sopan memandang perempuan, tegas, galak, disiplin dan yang paling penting teguh iman." Kata Mbak Lani.

"Alhamdulillah.. Terima kasih ya Mbak."

"Sama-sama dek, sudah donk jangan sedih. Kami semua sayang kok." Mbak Lani menghibur Rhena yang terlihat masih menjaga jarak dengannya. "Ingat dan selalu di tekankan dalam diri, kamu istri dari Lettu Armayudha."

...

Para rekan sudah kembali ke kediaman masing-masing. Malam sudah semakin larut dan Rhena menidurkan Riri di kamar tengah.

"Ganti pakaianmu. Apa tidur malam gini tetap memakai baju kurung seperti itu?" Tegur Bang Arma.

Rhena salah tingkah meskipun dirinya menyadari statusnya kini telah menjadi istri Bang Arma.

"Iya Bang."

Bang Arma yang tetap berdiri di depan pintu semakin membuat Rhena gelisah.

"Kenapa belum ganti juga?" Tanya Bang Arma karena Rhena hanya terduduk diam.

"Abang jangan berdiri di situ..!!" Pinta Rhena dengan suara lembut karena tidak ingin Riri terbangun.

"Oohh.. terus Abang harus berdiri dimana? Disini?" Bang Arma tersenyum sambil berjalan mendekati Rhena dan berdiri tepat di hadapannya.

Rhena menunduk dengan wajah memerah. Harus di akui Bang Arma terpukau dengan sikap kalem Rhena tapi saat Bang Arma menyentuh jilbab Rhena, istrinya itu mulai ketakutan.

"Jangan Bang..!!" Rhena menyilangkan kedua tangannya untuk menutup wajah dan tubuhnya.

"Dek.. ada apa?" Bang Arma menyentuh bahu Rhena tapi sentuhan itu malah membuat Rhena semakin histeris. Takut Riri akan terbangun, secepatnya Bang Arma membawa Rhena keluar dari kamar.

:

"Lihat Rhena.. ini saya..!!"

Rhena melihat wajah Bang Arma, nafasnya masih memburu penuh rasa ketakutan. "Baaang.. diaa..."

Bang Arma memeluk Rhena. "Iyaa.. ya sudah jangan di ingat lagi. Abang tidak akan memperlakukan kamu seperti dia memperlakukan kamu. Kamu istri Lettu Arma, bukan istri Sertu Setyo lagi..!!" Mungkin sedikit banyak dirinya mulai mengerti mengapa Rhena tidak ingin menikah lagi, Sertu Setyo telah meninggalkan kenangan buruk dalam pernikahan Rhena dulu.

Tiba-tiba Rhena mengobrak-abrik laci nakas, ia mengambil bon belanja beserta uang kembalian yang berjumlah beberapa puluh ribu dan beberapa keping uang koin. "Rhena tidak pakai uangnya untuk hal macam-macam, sungguh..!!" Rena duduk di lantai dan menggelar semua uang itu agar Bang Arma bisa melihatnya.

"Uang apa ini?? Pakailah sesuka hatimu, uang Abang berarti uangmu juga, apa yang Abang miliki berarti milikmu juga..!!" Kata Bang Arma setengah bingung dengan tingkah laku Rhena tapi dengan begini dirinya bisa membaca situasi rumah tangga Rhena dulu. Bang Arma membaca total belanja Rhena. "Kamu lihat wajah saya, wajah ini yang akan kamu lihat setiap harinya dan saya tidak akan memperlakukan kamu seperti Setyo memperlakukan kamu. Dengar Rhena, saya tidak akan membiarkan kamu merasakan sakit yang sama karena kamu istri Letnan Arma.

Rhena terus menangis dan hal itu membuat Bang Arma menjadi emosi karena hatinya tidak terima dengan perlakuan Setyo yang sudah merusak Rhena sampai seperti ini.

"Katakan Rhena.. kamu istri siapa??" Bang Arma sudah menaikkan nada suaranya satu tingkat. "Katakan..!!"

"Istri Abang."

"Abang punya nama..!!"

"Istri letnan Armayudha." Jawab Rhena sembari terisak.

"Suatu saat kalau kamu bertemu dengannya, katakan statusmu dengan jelas. Kalau dia berani macam-macam.. biar Abang yang menghajarnya..!!!!" Ucap Bang Arma.

Kini Rhena bisa melihat sosok lain dari seorang Letnan Armayudha, benar kata Mbak Lani, Letnan Arma memang begitu galak.

***

Hingga tengah malam Bang Arma masih belum bisa memejamkan matanya. Seketika rasa kantuknya hilang karena tiba-tiba Rhena demam dan terus mengigau. Terkadang istrinya itu menangis dan berteriak memohon belas kasihan, isakan tangisnya terdengar begitu pilu.

"Sebegitu kejamnya kah Setyo menyakiti fisik dan mentalmu?" Perlahan Bang Arma membuka jilbab Rhena. "Subhanallah.. Allahu Akbar.. Assalamu'alaikum wahai tilam ibadahku. Cantiknya paras wajahmu begitu menusuk hatiku." Gumam Bang Arma kemudian mengecup tipis bibir Rhena sebelum mengompres kening wanita yang sudah sah menjadi istrinya.

...

"Tante Rhena mana Pa." Riri mencari Rhena yang tidak terlihat di sampingnya. Memang selama ini Rhena mengajari gadis kecil itu dengan sapaan Tante Rhena.

"Huusstt.. Mama Rhena.. panggil Mama ya..!!" Kata Bang Arma mengajari putrinya sembari menggoreng ayam dan sudah nyaris gosong karena mereka berdua terlalu banyak bertukar pikiran.

"Mama Rhena mana Paaaa????" Riri mengulang pertanyaannya lagi.

"Mama tidur, pusing..!!" Jawab Bang Arma.

"Oohh.. pusing, Riri juga pusing Pa."

"Riri pusing kenapa? Riri sakit?" Tanya Bang Arma sedikit cemas.

Riri mengangguk mantap. "Riri khan belum jajan Pa."

"Aduuh ini anak, yang di cari cuma jajanan saja. Apa kalau sehari saja Riri tidak jajan terus bibirnya sariawan?" Gumam Bang Arma. "Yaelaaahh.. kenapa tiba-tiba ayamnya jadi gosong????" Gerutunya.

Suara ribut itu membuat Rhena terbangun. Ada handuk kecil di keningnya namun jilbab itu masih menutupi kepalanya meskipun sedikit berantakan.

Samar dirinya mengingat sesuatu. "Semalam aku mimpi ya?? Kenapa juga aku bisa tidur di kamar Bang Arma??" Ia merasa Bang Arma menyidak tubuhnya namun ia segera bangkit menuju ke dapur.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

nur dewi

nur dewi

apa rhena masa iddahnya sudah selesai ??

2023-08-01

1

Cinthia Devi

Cinthia Devi

ya tuhan pingin punya ayank perwira tni angkatan udara amiiiinnn

2023-06-29

2

TDT Angreni

TDT Angreni

mantap ceritanya bagus dan cepat berkembang.

2023-06-13

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 57 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!