"Jadilah orang yang dermawa tapi jangan boros, jadilah orang yang sederhana tapi jangan pelit."
Suara adzan juga terdengar sampai di rumah pak ustadz, selesai mandi pak ustadz berjalan keluar dari kamar mandi.
"Abi itu suara siapa yang adzan di mesjid?" Melihat pak ustadz keluar dari kamar mandi buk ustadzah pun segera bertanya tentang si laki-laki yang sedang adzan di mesjid.
"Abi tidak tahu Umi." Pak Ustadz berdiri di depan pintu kamar mandi.
"Masak Abi tidak tahu itu suara siapa?"
"Tidak Umi, apa Umi sudah menyiapkan pakaian Abi buat shalat?"
"Sudah, pakaian Abie sudah Umi letakan di atas tempat tidur."
"Abi ke kamar dulu." Pak Ustadz berjalan ke arah kamarnya.
Pak ustadz sudah memakai baju koko berwarna coklat, dengan kain sarung yang berwarna senada dengan baju kokonya dan peci. Pak ustadz berjalan keluar dari kamarnya.
"Umi." Pak ustadz sudah berdiri di depan pintu rumah.
"Iya, ada apa Abi?" Buk ustadzah yang mendengar di panggil oleh pak ustadz segera berjalan menghampiri pak ustadz.
"Abi mau pergi ke mesjid dulu ya mi." Abi mengulurkan tangan ke arah istrinya yang sudah berdiri di hadapan nya.
"Iya Abi." Buk ustadzah menyalim punggung tangan suaminya.
"Setelah Abi keluar pintunya jangan lupa di kunci."Setelah mengatakan itu pak ustadz membuka pintu rumah.
"Iya hati-hati Bi." Buk ustadzah berdiri di depan pintu rumah sambil melihat pak ustadz yang berjalan ke arah mesjid.
Setelah selesai melakukan shalat subuh berjamaah di mesjid.
"Abang ustadz aku pamit pulang kerumah dulu." Zainel menyalim punggung tangan pak ustadz.
"Ini masih pagi, kenapa kamu terburu-buru pulang ke rumah?"
"Hari ini saya sudah mulai bekerja, maka nya setelah ini saya mau siap-siap buat berangkat kerja abang ustadz."
"Kalau begitu kamu kerja yang rajin dan semangat berkerjanya."
Zainel sudah memakai kemeja berwarna putih, celana panjang berbahan kain berwana hitam dan sepatu berwarna hitam. Zainel berangkat kerja dengan berjalan kaki sambil menikmati udara pagi yang segar.
"Udara di sini masih bersih beda dengan di kota B yang banyak polusi udara."
Seorang perempuan memakai pakaian olahraga berlari melewati Zainel yang sedang berjalan kaki. Zainel menoleh ke arah perempuan yang berlari di depan nya. Zainel memperhatikan postur tubuh si perempuan tersebut dari belakang.
"Itu seperti Tary." Zainel memperlebar langkah kakinya agar bisa menyusul si perempuan yang berlari di depannya.
Si perempuan yang sedang berlari tersebut melihat ke arah sepatunya ternyata sebelah tali sepatunya lepas sehingga dia berhenti berlari. Zainel yang melihat si perempuan itu berjongkok semakin mempercepat langkah kakinya.
"Tary." Zainel sudah berdiri di hadapan si perempuan tersebut, ternyata benar si perempuan tersebut ialah Tary.
"Kamu." Tary sedang mengikat tali sepatunya mendongakan wajahnya ke atas untuk melihat wajah orang yang berdiri di hadapannya.Tary terkejut saat mendapati wajah si laki-laki yang berdiri di hadapan ternyata Zainel.
"Kamu lagi ngapain disini?" Zainel mengulurkan tangannya ke arah Tary, dia bermaksud membantu Tary untuk berdiri.
"Berenang." Tary menepis tangan Zainel, dia sudah berganti posisi tanpa bantuan dari Zainel. Tary sudah berdiri di hadapan Zainel.
"Masak berenang mengunakan pakaian seperti itu." Zainel tidak mempercayai ucapan Tary.
"Apa kamu tidak melihat tadi itu aku lagi ngapain? kalau ngasih pertanyaan itu yang bermutu dong." Tary wajahnya sudah berubah menjadi kesal mendengar pertanyaan dari Zainel.
"Aku lihat kamu lagi lari tadi, habis aku bingung mau bicara apa sama kamu. Maka nya aku nanya seperti itu sama kamu."
"Udah ah kamu buang waktu aku saja."Tary berjalan melengos melewati Zainel yang berdiri begitu saja.
"Kamu mau kemana?"Zainel berjalan menyusul Tary yang sudah berjalan di depannya.
"Aku mau beli sarapan di simpang."
"Kalau begitu kita bareng aja, yuk." Zainel sudah berada di samping Tary.
"Kamu kerja dimana?" Tary menoleh ke arah Zainel, melihat pakaian yang Zainel kenakan seperti orang yang akan pergi bekerja.
"Di hotel S yang ada di simpang."
"Wah, ternyata kamu hebat bisa di Terima bekerja di hotel S." Mata Tary berbinar saat mendengar Zainel bekerja di hotel S.
"Apa yang hebat? aku cuma jadi cleaning servis di sana." Zainel berhenti melangkah kakinya, dia memutar tubuhnya sehingga menghadap ke arah Tary.
"Jadi cleaning servis di hotel S itu sudah hebat, itu hotel terbesar di kota D. Gaji nya juga sesuai UMR, kamu beruntung bisa kerja di sana. Padahal aku pernah ngelamar kerja di sana tapi di tolak." Tary berhenti berjalan dia memutar tubuhnya sehingga posisi nya mereka berdiri saling berhadapan.
"Masak sih lamaran pekerjaan kamu di tolak di sana?" Zainel meragukan ucapan Tary, walaupun belum begitu mengenal Tary tetapi dia merasa yakin bahwa Tary merupakan perempuan yang pintar, cerdas dan pekerjaan keras.
"Iya di tolak, lagian buat apa aku bohong sama kamu yang ada dosa aku bertambah." Tary berbicara menatap Zainel dengan tatap yang menyakinkan ke arah Zainel.
"Kenapa lamaran pekerjaan kamu bisa di tolak?" Zainel penasaran ingin mengetahui alasan manager hotel S menolak Tary buat bekerja di. hotel S.
"Waktu itu aku mau kerja sambil kuliah, disana tidak di perbolehkan kuliah sambil kerja. Mereka mencari karyawan yang mau fokus bekerja."
"Pantas saja kamu di tolak. Memang dulu kalau ngelamar bekerja bagian apa?"
"Resepsionis Hotel."
"Sekarang apa pekerjaan kamu?"
"Pengacara."
"Masyallah kamu benar itu benar-benar hebat, kamu sudah bisa mencapai impian aku yang ingin menjadi pengacara." Zainel berbicara menatap mata Tary dengan tatapan mata yang berbinar-binar, Zainel begitu mengagumi si perempuan yang berdiri di hadapan nya.
"Masak sih impian kamu jadi pengacara?"
"Iya, aku wisuda dengan gelar Sh. Rencana aku ingin menjadi pengacara."
"Tunggu dulu kayaknya kamu salah pengertian dengan pengacara yang aku katakan." Tary mulai menyadari bahwa pengacara yang mereka bahas berdua itu berbeda sehingga tidak nyambung.
"Salah pengertian bagaimana?" Zainel keningnya berkerut.
"Pengacara yang aku maksud itu tidak sama dengan yang kamu pikirkan."
"Setahu aku pengacara itu pekerjaan dibidang hukum."
"Iya kamu benar tapi pengacara yang aku maksud itu bukan itu."
"Jadi pengacara yang kamu maksud itu apa?"
"Pengangguran banyak acara, hahahaha." Setelah mengatakan itu Tary tertawa.
"Jadi maksud gimana?" Zainel yang belum paham dengan maksud ucapan Tary.
"Aku itu pengangguran yang kerja cuma nongkrong aja." Tary berhenti tertawa lalu dia berbicara kepada Zainel.
"Oh ternyata kamu pengangguran." Setelah mengatakan itu Zainel berjalan meninggalkan Ry.
"Kamu kenapa?" Tary yang melihat Zainel berjalan pergi meninggalkan dia.
"Kamu marah sama aku?"Tary menyusul Zainel yang berjalan terlebih dahulu, Tary berlari ke arah Zainel
"Gak." Zainel terus saja berjalan tanpa menoleh ke arah Tary.
"Terus kamu kenapa pergi ninggalin aku?" Tary yang sudah berhasil menyusul Zainel, sekarang Tary sudah berjalan di samping Zainel.
"Aku mau kerja."
"Ya sudah, ayo kita bareng jalan ke simpang!" Tary mengajak Zainel untuk berjalan kaki bersama ke simpang.
Mereka sudah berada di persimpangan komplek. perumahan.
"Apa setiap harinya di sini ramai?" Zainel melihat persimpangan tersebut terlihat begitu ramai, pak polisi sudah berjaga di pos polisi untuk mengatur lalu lintas.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Rahma AR
lanjut Ry
2023-10-04
1
Lee
Zenal kena prank Ry..
kasihan..kasihan..,,udh kagum taunya cma bercandhaaa..
2023-09-14
1
🤗🤗
dermawan Ry🙈🙈🙈
2023-07-01
0