"Jangan pernah menunggu aku di puncak tapi temanin aku saat mendaki, jangan menolong aku saat tengelam tapi ajari aku cara berenang."
"Coba aja kamu lewat kalau bisa."
"Kamu mau natangin aku."
"Iya kenapa emang nya?"
"Jangan salahkan aku kalau motor kamu lecet."
"Kalau motor aku sampai lecet kamu ganti rugi lah."
"Ah benar-benar nih perempuan, mau cari ribut belum tahu siapa aku nih." Si pengedara motor sport memakirkan motornya lalu dia turun dari motornya.
"Sebaiknya kamu pergi dari sini sebelum dia buat kamu jadi perkedel." Zainel menakuti si perempuan tersebut agar pergi.
"Berhubungan aku lagi malas ribut sama kamu jadi aku pergi dulu." Si perempuan merasa takut setelah mendengar ucapan Zainel sehingga dia menyalakan motornya lalu dia mengendarai motornya pergi dari tempat tersebut.
"Ckckckck alasan bilang aja dia takut ama aku."
"Bukan itu tadi aku nakutin-nakutin dia makanya dia kabur, btw kamu seminggu ini gak kelihatan kemana aja?" Zainel menghampiri si perempuan itu.
"Ke kampung mama. Ini aja aku baru perjalanan pulang dari sana."
"Kamu pasti capek ngendarain motor sendirian, gimana kalau aku saja yang bawak motor kamu?"
"Ya udah bawak aja."
Zainel mengendarai motor si perempuan tersebut, sedangkan si perempuan duduk di belakang Zainel. Zainel mengendarai motor melewati jalanan komplek perumahan yang sempit. Jalan menuju rumah Tary itu melewati rumah pak ustadz.
Saat Zainel mengendarai motor milik Tary yang mendekati rumah pak ustadz. Kebetulan pak ustadz dan ibuk ustadzah sedang berdiri di depan rumahnya.
"Abi lihat itu motor milik Tary kan?"Buk ustadzah yang mendengar suara motor mendekati rumahnya menoleh ke arah suara motor tersebut.
"Iya mi." Mendengar ucapan buk ustadzah, pak ustadz pun ikut menoleh ke arah motor tersebut.
"Tapi kok laki-laki yang bawak motor Tary." Buk ustadzah melihat laki-laki yang mengendarai motor Tary.
"Tary." Pak ustadz yang melihat motor yang di kendarai oleh si laki-laki itu melintas di depan rumah nya, pak ustadz yang melihat Tary di bonceng si laki-laki tersebut lalu dia memanggil nama Tary.
"Berhenti." Tary yang mendengar namanya di panggil lalu dia meminta Zainel untuk memberhentikan motornya.
Zainel pun langsung menginjak rem motor milik Ry . Sehingga motor yang di kendarai oleh Zainel berhenti mendadak.
Bruuukk........... Bruuukk
"Aduh sakit." Kening Ry membentur helem yang di pakai Zainel, sehingga Tary meringis ke sakitan.
"Tary gak apa-apakan?" Melihat motor milik Tary berhenti buk ustadzah menghampiri Tary. Buk ustadzah sudah berada di samping motornya Tary.
"Nih lihat kening aku kejedot sama helem yang dia pakai buk ustadzah. " Tary memperlihatkan keningnya yang memerah karena terjedot oleh helem yang di pakai Zainel.
"Kamu siapa?" Pak ustadz juga ikut menghampiri mereka, pak ustadz merasa penasaran dengan si laki-laki yang membawa motor Tary. Pak ustadz sudah berada di depan di depan motor Tary, dia memperhatikan pakaian yang di kenakan oleh si laki-laki tersebut sama persis seperti yang dia belikan buat Zainel.
"Assalamu'alaikum abang ustadz." Zainel melepaskan helem nya lalu dia meletakkan helem di atas motor bagian depan.
"Walaikumsalam, ternyata kamu.Pantas saja tadi saya merasa pakaian yang kamu kenakan sama persis dengan yang saya beli buat kamu."
"Kening Tar memerah kejedot helem. Lebih baik sekarang Tar ke rumah ibuk biar ibuk obatin." Buk ustadzah menawarkan diri untuk mengobati kening Tary.
"Bagaimana hasil wawancara kerja kamu?"
"Alhamdulillah saya di terima kerja pak ustadz." Zainel wajahnya tersenyum sumeringah.
"Selamat ya Zainel." Pak ustadz juga ikut tersenyum sumeringah mendengar Zainel. si Terima bekerja.
"Abi, sebaiknya mereka di suruh mampir ke rumah dulu. Umi mau ngobatin kening Tary yang memerah kejedot helem dia."Umi berbicara sambil menoleh ke arah Abi.
"Maaf ya aku gak sengaja ngerem mendadak sehingga kamu jadi kejedot sama helem." Zainel membalikkan badannya, dia melihat ke arah kening Ry yang memerah sehingga di merasa bersalah kepada Ry.
"Sakit tahu." Ry mengusap kening memerah.
"Maka nya kalian mampir dulu ke rumah saya." Pak ustadz meminta mereka untuk mampir ke rumahnya.
"Aku mah tergantung dia aja abang ustadz, gimana kita mampir?" Zainel menatap wajah Tary.
"Maaf pak ustadz dan ibuk ustadzah aku lain kali mampirnya karena hari sudah sore."
"Bagimana dengan kening Tar yang perlu di obati?" Buk ustadzah yang terlihay khawatir dengan kening Tary.
"Biar aku sendiri yang ngobatin di rumah."
"Kamu tidak boleh mengobatinya sendiri."
"Terus siapa yang ngobati kening aku?"
"Biar aku aja yang ngobatin kening kamu." Zainel melihat pak ustadz dan ibuk ustadzah yang dari tadi terus melirik ke arahnya, dia pun mengerti maksud dari lirikan mata mereka.
"Gimana Tar?"
"Iya buk ustadzah biar dia aja yang ngobatin kening aku."
"Alhamdulillah kalau seperti itu." Buk ustadzah tersenyum menoleh ke arah pak ustadz.
"Kalau begitu kita pulang ya pak ustadz dan buk ustadzah." Zainel membalikkan badan berbicara sambil menoleh kearah pak ustadz
"Kamu hati-hati bawa motornya."
"Baiklah lah abang ustadz." Zainel hendak memakai helem nya.
"Tunggu kamu gak usah pakai helem." Tary menghentikan Zainel yang hendak memakai helem.
"Terus helem nya di letakan dimana?"
"Sini biar aku aja yang pegang helemnya."
"Ini kamu pegang helemnya." Zainel tidak jadi memakai helem lalu dia membalikkan badannya dia memberikan helem yang ada di tangannya kepada Tary.
"Iya, jalankan motornya." Tary menyuruh Zainel untuk mengendarai motornya.
"Sabar ini juga udah mau di jalankan motornya." Zainel membalikkan badannya ke arah depan.
"Pak ustadz dan buk ustadzah aku pulang dulu."
"Kalian berdua hati-hati di jalan, jangan lupa Zainel obati jidat Tar itu biar gak benjol." Buk ustadzah mengingatkan Zainel untuk mengobati jidat Ry yang sudah memerah kalau di biarkan bisa benjol.
"Iya kak ustadzah." Setelah mengatakan itu Zainel mengendarai motor Ry.
Tak butuh waktu lama hanya untuk sampai ke depan rumah Tary yang jaraknya dekat dari rumah pak ustadz Zainel hanya perlu menarik satu kali gas motor maka mereka pun sudah tiba di depan rumah Tary.
"Uh akhirnya sampai juga di rumah." Tary turun dari motor nya sambil membawa helem. Tary berjalan ke arah rumahnya.
"Apa masih sakit kening kamu?" Zainel memakirkan motor milik Tary baru lah dia turun dari motor. Zainel menyusul Tary yang sudah berjalan terlebih dahulu ke arah rumah nya.
"Ya sakit lah masih pakai nanya lagi." Tary sudah berada di depan pintu rumah membuka pintu rumah nya dengan kunci.
"Coba sini aku lihat." Zainel yang sudah berdiri di belakang Tary.
"Nih lihat sendiri." Tary membalikkan badannya, sehingga posisi mereka saling berhadapan.
"Sini biar aku obatin." Zainel menundukkan kepalanya lalu dia mengusap kening Tary yang memerah dengan tangan nya.
"Aduh sakit." Tary merasa sakit saat Zainel mengelus kening dengan menggunakan telapak tangannya.
"Maaf. Kalau gini sakit gak?" Mendengar Tary mengaduh kesakitan Zainel menghentikan mengelus kening Tary. Zainel yang tidak tahu cara menyembuhkan kening Tary yang memerah. Zainel mmenghembuskan kening Tary agar tidak terasa sakit lagi.
"Gak, emang ini bisa menyembuhkan kening aku yang sakit? kalau kayak gini kamu seperti lagi meniup lilin."
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Rahma AR
apa zeinel jodohnya ry
2023-10-04
1
Rahma AR
suka quotenya ry
2023-10-04
1
Noviyanti
aku mampir bawa bunga ry
2023-08-26
1