"Nilai seorang lelaki itu bukan terletak pada mukanya yang menawan, tapi bagaimana cara dia menghormati seorang wanita."
Siang harinya setelah mereka makan siang bersama.
"Pak ustadz, apa saya boleh meminta pendapat pak ustadz?"
"Boleh, mau minta pendapat apa?"
"Saya ingin menganti nama saya, bagaimana menurut pendapat pak ustadz?"
"Saya setuju kalau kamu mau menganti nama."
"Apa pak ustadz mau memberikan nama baru untuk saya?"
"Zainel Arifin, bagaimana menurut kamu?"
"Saya suka dengan nama pemberian pak ustadz."
"Kalau begitu mulai sekarang nama kamu menjadi Zainel Arifin."
"Iya Pak ustadz."
"Karena nama kamu sudah berganti, maka kamu harus membuat KTP baru."
"Bagaimana cara saya membuat KTP baru pak ustadz?"
"Sudah tidak usah kamu pikirkan, biar nantik saya urus. Kamu jangan panggil saya pak ustadz."
"Jadi saya harus panggil apa?"
"Abang ustadz, mulai sekarang kamu sudah saya angkat sebagai adek sehingga saya akan memasukkan kamu dalam KK."
"Baiklah pak ustadz eh salah maksud saya abang ustadz."
"Abi lagi sama Rendy kelihatan serius sekali?" Ade baru tiba di ruangan tamu.
"Umi sini duduk dulu." Abi menepuk tikar yang berada di atas lantai ruangan tamu.
"Iya Abi." Umi duduk di samping Abi.
"Ada yang mau Abi sampaikan kepada Umi."
"Apa itu Abi?"
"Mulai sekarang nama dia bukan Rendy Martin melainkan Zainel Arifin. Abi berencana memasukan dia kedalam KK kita agar di dia bisa membuat KTP, bagimana pendapat Umi?"
"Umi mah ngikut Abi saja mana baiknya."
"Terimakasih abang dan kakak sudah mau menerima saya jadi bagian keluarga ini."
"Sama-sama."
"Abi jadi hari ini mau cari kontrakan buat Zainel?"
"Jadi, apa Umi mau ikut?"
"Tidak, tapi Umi mau kita berangkat ke sana bersama karena Mda tempat Umi ngajar searah dengan kontrakan Bude."
"Sebaiknya sekarang Umi siap-siap biar Abi dan Zainel tunggu."
Mereka berjalan kaki melewati beberapa rumah, pak ustadz dan ibuk ustadzah berjalan berduan di depan sedangkan Zainel berjalan di belakang kedua pasangan suami isteri. Mereka sudah tiba di halaman Mda.
"Abi, Umi masuk ke kelas dulu." Umi menyalim punggung tangan Abi.
"Iya, Abi juga mau ke rumah bude."
Mereka berjalan kaki meninggal halaman Mda, Zainel dan pak ustadz berjalan kaki beriringan.
"Apa rumahnya masih jauh Abang?"
"Itu rumah kontrakan nya."
"Kalau rumah pemilik kontrakan yang mana abang?"
"Itu maju lagi."
Mereka sudah berdiri di teras rumah pemilik kontrakan.
"Kok kelihatan sepi seperti tidak ada penghuni nya?" Zainel yang melihat kaca jendela rumah tertutup, dia juga melihat rumah terlihat sepi.
"Coba abang ketok dulu rumahnya."
"Assalamu'alaikum." Pak ustadz berdiri di depan pintu sambil mengetuk pintu rumah.
"Kan gak ada orang nya abang."Mendengar tidak ada yang menjawab salam, sehingga Zainel mengatakan bahwa tidak ada orangnya.
"Assalamu'alaikum."
"Sudahlah abang gak ada orang nya."
"Coba Zainel yang mengetuk pintu." Pak Ustadz berpindah tempat agar Zainel berdiri di depan pintu rumah.
"Assalamu'alaikum." Dengan terpaksa akhirnya Zainel mengetuk pintu rumah sambil mengucapkan salam. Zainel sudah berdiridi
"Waalaikumsalam, tunggu sebentar." Seorang perempuan baru saja membuka kedua matanya setelah mendengar suara bersirik pintu rumah nya di ketuk oleh orang. Si perempuan bagun dari tidurnya.
Ceklek....... Ceklek
"Kamu mau cari siapa?" Saat pintu sudah dibuka oleh si perempuan tersebut, dia melihat si laki-laki yang berdiri di hadapan nya.
"Apa bude ada?" Pak ustadz bergeser sedikit agar si perempuan tersebut melihat keberadaan nya.
"Tidak ada pak Ustadz."
"Apa ada kontrak kosong?"
"Ada, memang buat siapa pak ustadz?"
"Buat dia."Pak Ustadz memegang bahu Zainel.
"Dia siapanya pak ustadz?"
"Saudara saya."
"Hahahaha, pak ustadz bisa saja bercandanya. Mana mungkin saudara pak ustadz, pak Ustadz dan dia itu gak mirip." Si perempuan tertawa mendengar ucapan pak ustadz.
"Apa saya terlihat sedang bercanda?" Pak ustadz berbicara dengan wajah yang serius.
"Tidak, maaf pak ustadz."Ry berhenti tertawa lalu dia meminta maaf.
"Sudah saya maafkan, kalian berkenalan dulu."
"Zainel." Mengulurkan tangan ke arah si perempuan.
"Tary." Tary menjabat tangan Zainel sambil melihat wajah Zainel yang tampan seperti aktor dracin yang tidak pernah Tary tonton.
"Hm, belum muhrim jangan lama-lama." Pak Ustadz melihat ke arah Zainel dan Tary saling menatap satu sama lain tanpa melepaskan jabatan tangan. Sehingga pak ustadz yang melepaskan jabatan tangan keduanya.
"Eh, iya pak ustadz." Tary tersadar bahwa jabatan tangannya sudah terlepas dari Zainel.
"Saya lagi ada urusan, apa kamu bisa langsung mengantar dia ke kontrakan sekarang?"
"Bisa pak ustadz."
"Berapa harga sewa kontrak?
"Masih seperti yang dulu pak ustadz."
"Saya yang akan bayar uang sewa kontrakan."
"Jangan abang biar aku bayar sendiri."
"Abang tidak Terima penolakan, abang yang akan membayar uang kontrakan kamu."
"Baiklah tapi cuma bulan ini saja ya abang."
"Kalau ngontrak di sini masuk dulu baru bayar."
"Berarti bulan depan aku baru bayar kontrakan?"
"Iya."
"Kalau begitu saya pamit dulu."
Setelah pak ustadz pergi hanya tinggal mereka berdua di teras rumah.
"Kamu duduk dulu di situ, aku mau cuci muka dulu." Setelah berbicara kepada Zainel Ry berjalan pergi meninggalkan teras.
"Dasar jorok." Gimana Zainel.
Tidak butuh waktu lama Tary sudah berada di teras rumah. Tary menutup pintu rumahnya, lalu Tary menguci pintu rumahnya.
"Ayo ikut aku!"
Tary berjalan terlebih dahulu di ikuti oleh Zainel yang berjalan di belakang Tary. Tary terlebih dahulu tiba di kontrakan tiga pintu, Tary membuka pintu kontrakan dengan menggunakan kunci.
"Assalammualaikum." Tary sudah membuka pintu kontrakan tersebut, lalu Tary mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam kontrakan.
"Walaikumsalam." Zainel yang sudah berada di belakang Tary, dia menjawab salam dari Tary.
"Astagfirullah." Tary terkejut saat salam di jawab oleh seorang, Tary memegang dada nya karena merasa terkejut.
"Kamu kenapa?"
"Uh pakai nanya lagi."
"Apa aku boleh masuk?"
"Kamu duluan aja masuk."
Zainel terlebih dahulu masuk ke dalam kontrakan tersebut. Di susul oleh Tary yang berada di belakang nya. Zainel sudah berada di dalam kamar.
"Kontrak ini udah sebulan kosong, belum aku bersihkan maka nya kotor." Tary berdiri di depan pintu kamar sambil melihat Zainel di dalam kamar.
Zainel tidak menanggapi ucapan Tary lalu dia berjalan melongos melewati Tary begitu saja. Zainel sudah berada di dapur lalu dia masuk ke dalam kamar mandi. Tary sudah berada di dapur tidak melihat Zainel, Tary melihat pintu kamar mandi tertutup dia merasa yakin Zainel berada di dalam kamar mandi.
Pintu kamar mandi terbuka Zainel berjalan keluar dari kamar mandi.
"Apa kami jadi ngontrak di sini?"
"Jadi."
"Kapan kamu mau pindah? biar aku bersihkan dulu kontrak ini.
"Hari ini aku mau pindah."
"Apa? aduh gimana nih kontraknya masih kotor."
"Kita bersihkan bersama."
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
aduh so sweet
2023-10-12
0
Rahma AR
pintar Ry buat quotenya....
2023-09-24
1
Noviyanti
kontrakan kali Ry, hihi
2023-08-22
1