"Kecap bango memang hitam tapi dia manis, tidak seperti terigu yang putih tidak ada rasa sama sekali."
Zainel dan pak ustadz baru saja tiba di rumah pak ustadz, mereka tadi sore pergi ke rumah teman pak ustadz yang berkejar di kantor kelurahan. Si teman pak ustadz ini yang akan memasukkan data Zainel kedalam KK pak ustadz.
"Apa kamu mau mampir dulu?"
"Tidak usah abang Ustadz, aku mau pulang saja."
"Apa abang boleh minta tolong sama kamu?"
"Boleh, abang mau minta tolong apa?"
"Besok malam setelah shalat isya kamu bawak Tary kesini."
"Kenapa aku harus membawak dia kesini abang?"
"Ada yang ingin abang sampaikan buat kalian berdua."
"Memang abang mau menyampaikan apa?"
"Besok juga kamu tahu, sebaiknya sekarang kamu pulang ini sudah malam."
"Kalau begitu saya pulang dulu abang." Zainel berpamitan kepada pak ustadz, dia menyalim punggung tangan pak ustadz.
Zainel berjalan kaki menuju ke arah rumah kontrakan nya sepanjang perjalanan menuju ke arah kontrakan.
Sebenarnya apa yang ingin abang ustadz bicarakan kepada kami. Sepertinya malam ini aku tidak akan bisa tidur memikirkan apa yang ingin pak ustadz bicara kepada kami batin Zainel.
Zainel yang terus saja sibuk dengan pikiranya sehingga dia tidak menyadari bahwa dia sudah berjalan melewati rumah kontrakan.
"Kenapa aku sudah sampai di sini?" Zainel berhenti berjalan lalu dia terkejut saat di melihat ke arah depan. Ternyata dia sudah berdiri di depan rumah Tary.
"Ah, gara mikirin ucapan pak Ustad aku jadi salfok nih."
"Apa dia sudah tidur?" Aku melihat ke arah rumahnya terlihat semua lampu masih menyala.Aku melirik ke arah kamarnya ternyata lampu rumahnya masih menyala.
"Seperti dia belum tidur."
"Kenapa sudah malam dia belum tidur?"
"Apakah dia juga sedang memikirkan aku?"
Sementara Tary yang sedang berada di dalam kamar sedang duduk di atas tempat tidur sambil bersandar di dasbor tempat tidur.
"Haacim haacim." Tary bersim karena sedang dirasain oleh Zainel.
"Aduh siapa sih malam-malam gini ngerasain aku?"
Sedangkan Zainel yang masih berdiri di depan rumah Tary. Zainel mendengar suara Tary yang sedang bersim lalu dia juga mendengar suara Tary yang sedang berbicara sendiri.
"Aku yang ngerasain kamu."
"Selamat malam Tary, jangan begadang. Aku mau balik ke kontrakan dulu." Zainel berbicara dengan suara yang pelan sehingga tidak akan mungkin terdengar oleh Tary yang sedang berada di dalam kamarnya. Setelah itu Zainel berjalan kali ke arah rumah kontrakan nya.
Zainel berbaring di atas kasur lantai pemberian Tary. Zainel meletakkan kepalanya di atas bantal. Zainel menatap langit-langit yang berada di dalam kamarnya. Zainel merasa bersyukur bisa berada di tempat ini walaupun dia baru tinggal di kontrakan tersebut.
Tetangga di sekitar kontrakannya begitu ramah sering menyapa dia setiap bertemu. Selain itu tetangga juga sering memberikan dia makanan. Kehidupan bermasyarakat seperti ini yang tidak pernah dia rasakan saat tinggal di kota B. Sehingga dia merasa betah ingin menetap untuk tinggal di kota kecil D.
Zainel juga merasa pusing saat menghadapi cewek-cewek gadis komplek perumahan yang sudah berani datang ke rumah kontrakannya.
"Ah gak di sini gak di sana sama saja."
"Cewek-cewek pasti nyamperin aku ssapi kerumah."
"Ngapai sih tuh cewek sampai harus nyamperin aku kerumah?"
"Perasaan wajah aku biasa-biasa aja deh."
"Tapi setiap ketemu cewek-cewek pasti ngatain aku mirip aktor dracin."
"Padahal setiap aku ngaca di cermin wajah aku tidak ada miripnya dengan aktor dracin."
"Wajah biasa-biasa aja."
"Satunya cewek yang terkesan cuek terhadap aku itu cuma Tary anak pemilik kontrakan ini."
"Nah, hal itu lah yang membuat aku jadi tertarik buat dekat dengan dia."
"Bagaimana cara agar aku bisa dekat dengan dia?"
"Sepertinya dia tipe cewek yang sudah di dekati sehingga aku tertarik untuk bisa mendekati dia."
"Oh iya, aku ingat besok kan aku di suruh bawak di kerumah pak ustadz. Besok malam aku datang saja kerumah dia buat ngajak dia pergi bersama."
Esokan Malam Harinya Zainel sudah berada di depan pintu rumah Tary.
Tok.......... Tok
"Assalamu'alaikum."Zainel mengetuk pintu rumah Tary
"Walaikumsalam." Tary yang mendengar suara pintu rumah di ketuk segera berjalan ke arah pintu. Setibanya Tary di depan pintu rumah dia membuka pintu rumah.
"Kamu apa kabar?"
"Seperti yang kamu lihat. Ada apa kamu kesini?"
"Aku di suruh pak ustadz bawak kamu kerumah sekarang."
"Kamu duluan aja ke sana natik aku nyusul. Apa ada lagi yang mau kamu bicarakan?"
"Tidak."
Setelah mendengarkan ucapan Zainel Tary menutup pintu rumahnya.Tary masuk ke dalam kamarnya, dia menganti pakaian dengan celana panjang berbahan kain berwarna navi dan baju kaos lengan panjang berwarna navi. Tary menyemprotkan parfum di seluruh pakaian setelah itu dia berjalan kearah pintu.
Tary membuka pintu rumahnya lalu dia di kejutan oleh suara bariton.
"Kamu sudah siap?"
"Astagfirullah, ternyata kamu masih di sini." Tary terkejut saat mendengarkan suara bariton, dia memegang dadanya lalu dia menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ternyata Zainel sedang duduk di kursi yang ada di teras rumah nya.
"Iya aku nungguin kamu. Soalnya kata pak Ustadz kita harus bareng kesana." Zainel berdiri dari kursi tersebut.
Tary tidak menanggapi ucapan Zainel, dia mmenutup pintu rumah. Dia kembali mengunci pintu rumah setelah pintu terkunci dia mencabut kunci rumah. Dia memasukkan kunci rumah kedalam saku celananya. Tary berjalan kaki ke arah jalan menuju ke rumah pak ustadz.
"Hei, tunggu."
"Lah, kok kamu ninggalin aku sih." Zainel berjalan melebarkan langkah kakinya agar bisa menyusul Tary yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Aku udah nungguin kamu ini malah di tinggalin." Zainel sudah berjalan di samping Tary.
"Apa aku ada nyuruh kamu nungguin aku?"
"Gak ada."
"Nah itu kamu tahu, malah tadi itu aku nyuruh kamu duluan aja kerumah pak ustadz tapi kamu malah nungguin aku. Berarti aku gak salah dong."
"Aku nungguin kamu itu atas inisiatif diri aku sendiri."
"Sebenarnya kenapa pak ustadz menyuruh kita kerumah nya?" Tary berhenti berjalan kaki.
"Aku juga tidak tahu." Melihat Tary berhenti berjalan kaki Zainel juga melakukan hal yang sama seperti Tary yaitu berhenti berjalan kaki.
"Baru kali ini aku di suruh ke rumah pak ustadz padahal seingat aku, aku tidak pernah melakukan kesalahan."
"Dari pada kita terus menduga lebih baik kita segera kesana supaya kita tahu tujuan pak ustadz mengundang kita kerumah nya."
"Kamu benar juga." Setelah mendengar ucapan Zainel, Tary kembali melangkahkan kakinya ke arah rumah pak ustadz.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
R.F
lanjut
2024-01-16
0
Rahma AR
bingung dipanggil pak.ustad yà...
2023-09-26
0
💫GoodLooK!Ng☀️
Kayak Gw manis ya @🌻⃟RyBerCyaNdaa🌞⃠
2023-09-13
0