"Jadilah seperti udara, tak nampak tapi menyertai kehidupan. Jadilah seperti angin, tak terlihat tapi mampu menggerakkan. Tak selalu menampakkan diri, tetapi selalu ada, memberi manfaat, tanpa harus jadi yang paling terlihat."
"Memangnya abang Rendy gak mau sudah sebesar ini baru belajar mengaji?" tanya seorang anak.
"Gak, kenapa abang harus merasa malu?"
"Secara abang sendiri yang paling besar di antara kami semua."
"Apa itu jadi masalah buat kalian?"
"Gak sih abang."
"Apa pak ustadz sudah datang?"
"Belum abang."
"Kalau begitu abang mau ngambil air wudhu. Apa kalian sudah pada ngambil air wudhu?"
"Belum abang."
"Mari kita sama-sama ngambil air wudhu!" Rendy mengajak beberapa anak tersebut untuk mengambil air wudhu bersama.
"Abang duluan aja nantik kita nyusul."
"Abang aku ikut." Seorang anak menerima ajakan Rendy untuk mengambil air wudhu.
Sore harinya mereka melaksanakan shalat Ashar berjamaah di mesjid, setelah selesai melaksanakan shalat Ashar mereka mengaji di sana mesjid dengan di ajarin oleh pak Ustadz.
"Pak Ustadz saya duluan."
"Tidak saya duluan pak ustadz."
"Pak Ustadz tadi saya yang datang duluan, jadi saya duluan yang ngaji."
Beberapa anak tersebut berebut untuk maju kedepan terlebih dahulu. Mereka ingin segera mengaji di depan pak ustadz.
"Yang pak panggil maju kedepan." Mendengar perdebatan beberapa anak yang ingin maju kedepan akhirnya pak Ustadz memutuskan untuk memanggil nama mereka.
"Buat yang nama tidak pak panggil silahkan mengaji di situ dulu, kalian semua harus sabar karena nantik semuanya akan pak panggil satu persatu."
Pak Ustadz sudah memanggil satu persatu anak tersebut sehingga semua anak-anak sudah selesai mengaji.
"Pak Ustadz, apakah kami sudah boleh pulang?" tanya seorang anak.
"Sudah."
Mereka semua terkecuali Rendy, berdiri dari tempat duduk lalu mereka menghampiri pak ustadz. Mereka mengelilingi pak ustadz untuk bersalaman, satu persatu mereka berganti menyalim pak ustadz. Setelah itu mereka menghampiri Rendy yang sedang duduk bersila sambil mengaji iqra.
"Abang kami pamit dulu."
Mereka mengelilingi Rendy, mereka menyalim punggung tangan Rendy secara bergantian setelah itu barulah mereka berjalan ke arah pintu mesjid.
"Rendy." Pak Ustadz memanggil Rendy untuk maju kedepan.
"Iya Pak Ustadz." Rendy berdiri dari atas lantai mesjid lalu dia berjalan sambil membawa iqra di tangan kanan nya.
Rendy duduk di hadapan pak Ustadz dengan meletakkan iqra di atas meja kayu yang berukuran kecil di hadapannya. Pak ustadz menyuruh Rendy untuk membaca iqra. Rendy membaca basmalah terlebih dahulu sebelum dia mulai mengaji. Setelah membaca basmalah barulah Rendy membaca iqra tersebut. Pak Ustadz mendengarkan Rendy yang membaca iqra.
Apabila ada bacaan dari Rendy yang salah maka pak Ustadz memperbaikinya. Dengan memberitahukan Rendy cara membaca dengan benar. Setelah itu pak Ustad menyuruh Rendy berhenti mengaji.
"Hari ini sudah cukup sampai di sini, saya salut dengan Rendy karena sudah mengalami peningkatan. Besok halaman sebaliknya kamu bisa belajar di rumah terlebih dahulu.
"Apa hari ini ada yang mau kamu tanyakan?"
"Sepertinya hari ini tidak ada pak Ustadz. Apakah saya sudah boleh pulang pak Ustadz?"
"Silakan kalau kamu mau pulang."
"Kalau begitu saya pamit pulang pak Ustadz." Rendy menyalim punggung tangan pak Ustadz.
"Kamu hati-hati kalau bawa motornya, jangan ngebut." Pak Ustadz menasehati Rendy untuk berhati-hati mengendarai motornya.
"Iya Pak Ustadz." Setelah mengatakan itu Rendy berjalan sambil membawa iqra.
Rendy sudah tiba di teras mesjid, Rendy melihat beberapa anak-anak yang bermain di halaman mesjid.
"Kalian belum pulang?" Rendy memasang sepatu sneakers berwarna putih.Setelah itu Rendy berjalan ke arah motornya.
"Belum, abang sudah mau pulang?" tanya seorang anak.
"Iya, kalian kenapa belum pulang?" Rendy sudah tiba di samping motornya.
"Ini sebentar lagi abang." Si anak tersebut menghampiri Rendy.
"Ini." Rendy mengeluarkan selembar uang kertas berwarna merah dari saku bajunya lalu dia memberikan selembar uang merah tersebut kepada si anak tersebut.
"Buat apa abang?" Si anak tersebut hanya melihat uang yang berada di tangan Rendy.
"Buat jajan kamu sama temen-temen yang lain, ambil ini." Rendy menyuruh si anak tersebut untuk mengambil uang yang berada di tangannya.
"Sudah ambil ini." Rendy melihat si anak tersebut enggan mengambil uang yang berada di tangannya.
"Baiklah, terimakasih abang." Si anak tersebut mengambil uang dari tangan Rendy.
"Sama-sama, kalau gitu abang pulang dulu." Rendy memasang helem di kepalanya lalu dia naik ke atas motornya.Rendy menyalakan motornya.
Bruuumm.......... Bruuumm
Rendy mengendarai motornya meninggalkan tempat tersebut.
"Bye bye abang." Si anak melambaikan tangannya .
Rendy melihat ke arah kaca spion motornya dia tersenyum melihat si anak tersebut melambangkan tangan kepadanya. Rendy mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Rendy terus melakukan motornya di jalan raya, saat motor yang di kendarai Rendy melewati jalan raya sepi.
Rendy terus menambah kecepatan motornya, Rendy melihat ke arah jalan raya yang berada di depan. Rendy melihat sesuatu yang tergeletak di jalan raya tersebut. Sehingga dengan cepat Rendy menginjak rem kaki motornya, sehingga menimbulkan bunyi.
Ciiitt............ Ciiitt
Motor yang di kendarai oleh Rendy pun berhenti di jalan raya tersebut. Rendy segera memakirkan motor di jalan raya tersebut. Rendy melepaskan helem nya lalu dia meletakan helem nya di atas motornya. Rendy turun dari motornya, Rendy berjalan ke arah jalan raya yang berada di depan.
Sesampainya Rendy di jalan raya tersebut dia melihat kucing tergeletak dengan bersimbah darah di atas aspal jalan raya tersebut. Rendy berjongkok untuk memeriksa kuncing tersebut. Saat Rendy hendak memeriksa kucing tersebut tiba-tiba sebuah motor berhenti di sampingnya.
"Hei kamu, kalau nabrak kucing harus tanggung jawab." Si pengendara motor tersebut membuka kaca helem nya. Si pengendara motor ternyata seorang perempuan yang berpakaian seperti ibuk-ibuk.
"Bukan saya nabrak buk."
"Heleh, lebih baik kamu ngaku gak usah ngeles." Si ibuk tersebut ngotot bahwa yang nabrak kucing itu Rendy.
"Saya memang tidak menabrak kucing ini buk. Saat saya sampai di sini kucingnya sudah tergeletak." Rendy mengecek keadaan kucing yang tergeletak di atas aspal sudah tidak bernyawa lagi.
"Saya tidak percaya dengan kamu, kucing itu pasti mati karena kamu tabrak jadi kamu harus bertanggung jawab.
"Ah, susah sekali berbicara dengan ibuk, sudah saya katakan bahwa saya tidak menabrak kucing ini." Rendi bersih keras berbicara kepada si ibuk tersebut bahwa dia tidak menabrak kucing tersebut.
"Saya tidak percaya dengan kamu, sekarang kamu singkirkan kucing ini dari jalan raya lalu kamu kuburkan kucing ini dengan layak." Si ibuk tersebut berbicara sambil memerintah Rendy untuk menyingkirkan kuncing tersebut dari jalan raya setelah itu dia menyuruh Rendy menguburkan kucing.
"Baiklah ibuk akan saya lakukan." Rendy pun menangkat kucing yang telah tidak bernyawa tersebut.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
Zoe evarqlisha
salut banget sma orng yng pemikiran nya kayak gini😾
2025-01-04
3
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
aseeeek 😁
2023-10-11
0
ᥫ᭡⃠RaKa❤Ryᥫ᭡⃠
Tumben bijak
2023-09-22
0