"Gak akan rugi kok jadi orang baik, walaupun gak semua sikap baik kita balas yang baik."
Tary sudah terlebih dahulu berjalan masuk ke kantor kelurahan. Zainel turun dari motor di berjalan mengikuti Tary yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kantor kelurahan. Tary yang sudah berada di dalam kantor kelurahan berjalan ke arah sebuah ruangan.
"Abang Ijal." Tary yang melihat seorang laki-laki duduk di atas bangku kerjanya, Tary mengenali si laki-laki tersebut yang merupakan teman sekolah mbak Fina maka nya Tary masuk saja keruangan tersebut.
"Tary." Mendengar namanya di sebut si laki-laki tersebut menoleh ke arah suara tersebut, ternyata sumber suara itu berasal dari suara adek temannya.
"Apa abang kerja di sini?" Tary sudah berdiri di depan meja kerja Ijal.
"Gak aku lagi main di sini." Ijal jengah dengan pertanyaan dari Tary yang tidak berbobot.
"Heleh, pasti abang kerja di sini. Mana ada orang main di kantor kelurahan."
"Nah kalau udah tahu kenapa masih tanya. Kamu sendiri ngapain ke sini?"
"Mau ngambil KK." Tary menarik bangku di depan meja kerja Ijal lalu dia mendudukkan pantatnya di depan meja kerja tersebut.
"Kamu makan enak gak ngundang abang."
"Ah, kapan aku makan enak?" Tary terlihat bingung karena belum mengerti maksud dari ucapan Ijal.
"Eh ternyata kamu di sini." Zainel mendengar suara Tary sedang berbicara dengan seorang laki-laki yang berasal dari sebuah ruangan, sehingga Zainel berjalan ke arah ke ruangan tersebut. Zainel berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Nah dia ini suami kamu kan." Ijal melihat ke arah Zainel yang sedang berdiri di samping Tary.
"Bukanlah."
"Lah, abang dengar waktu itu Fina cerita kalau kamu udah di jodohkan dengan anak teman papa kamu."
"Perjodohan itu batal satu tahun yang lalu abang."
"Berarti dia pacar kamu ?"
"Bukan juga, lagian aku itu jomblo abang."
"Heleh gak percaya abang."
"Terserah abang lah. Abang mana KK pak ustadz Faisal?" Tary mengulurkan tangan ke arah Ijal.
"Jadi kamu orang yang di suruh ngambil KK pak ustadz."
"Iya cepet sini KK."
"Sabar abang ambil dulu." Ijal berdiri dari kursi kerjanya lalu dia berjalan keluar dari ruangan tersebut.
"Dia siapa kamu? kok kalian terlihat akrab."
"Di teman mbak Fina."
"Pantas saja kalian berdua terlihat akrab."
"Ini KK yang kamu minta." Ijal sudah berada di dalam ruangan sambil membawa KK di tangan kanannya. Dia menujukan Kk itu kepada mereka
"Iya sini." Tary hendak mengambil KK dari tangan Ijal.
"Tidak usah biar aku saja." Zainel mengulurkan tangan ke arah Ijal.
"Kamu siapa? kenapa ingin mengambil KK pak Ustadz?"
"Nama aku ada dalam KK itu."
"Abang berikan KK itu ke dia, soalnya dia itu saudara pak ustadz."
"Ini ambilah." Ijal memberikan KK itu kepada Zainel.
"Terima kasih abang." KK sudah berada di tangan Zainel.
Setelah mendapatkan KK mereka berpamitan lalu mereka pergi dari ruangan tersebut. Mereka sudah berada di samping motor.
"Mana kunci motornya?" Tary meminta kunci motor kepada Zainel.
"Untuk apa?"
"Aku yang akan bawak motornya."
"Jangan biar aku saja yang bawak motornya."
"Kalau kamu bawa motornya entar kita terkena razia motor."
"Kenapa kita gak lewat jalan tikus?"
"Gak ada jalan tikus kalau ke kantor camat. Sini kunci motor."
Tary mengendarai motor sedangkan Zainel duduk di jok belakang. Tary mengendarai motor dengan kecepatan standar sesuai dengan perkiraan Tary, di persimpangan tiga yang berada di depan sudah ada seorang beberapa pakpol yang sedang melakukan razia motor.
Priiitt........... Priiitt
"Berhenti." Seorang pakpol meniup peluit lalu dia menyuruh motor yang Tary kendarai berhenti.
Tary menepikan motornya di pinggir jalan raya, setelah itu dia memberikan motor yang dia kendarai.
"Mana SIM dan STNK?" Pakpol sudah berdiri di depan mereka.
"Ini pak." Tary mengeluarkan SIM dan STNK dari dompet lalu dia memberikan kepada pak polisi.
"Buka helem kamu." SIM dan STNK Ry sudah berada di. tangannya, pakpol yang penasaran dengan pengendara motor menyuruh membuka helemnya.
Tary membuka kaca helemnya tetapi Pakpol menyuruh Tary melepaskan helemnya. Tary pun melepaskan helem dari kepalanya.
"Ternyata benar kamu perempuan." Pakpol terus saja memandangi Tary.
"Apa ada yang namanya Tary itu laki-laki pakpol?"
"Saya cuma mau memastikan, apa yang di SIM dan di hadapan saya itu orang yang sama?"
"Itu memang saya, memang ada apa pakpol?"
"Ternyata lebih cantik aslinya dari pada foto di Sim." Pakpol memuji kecantikan Tary.
"Hm." Zainel juga ikut melepaskan helemnya lalu dia berdehem.
"Lah, kamu boncengin laki-laki." Pakpol melihat ke arah belakang yang di boncengin Tary.
"Iya, pakpol apa sudah bisa SIM dan STNK saya di kembalikan?"
"Bisa bisa." Pakpol membalikkan SIM dan STNK kepada Tary.
Setelah mendapatkan kembali SIM dan STNK nya Tary mengendarai motor memboncengi Zainel. Beberapa pengendara melihat Zainel yang seorang laki-laki di bonceng oleh seorang perempuan pun tertawa. Mereka jarang melihat seorang perempuan mengendarai motor sport memboncengi seorang laki-laki.
Maka nya mereka menertawakan hal itu, pakpol yang tadi juga ikut tertawa. Zainel menoleh ke arah belakang lalu dia melihat mereka yang sedang tertawa. Kening Zainel berkerut saat mendapati mereka sedang tertawa. Zainel tidak mengetahui bahwa mereka sedang menertawakan dirinya.
Mereka sudah tiba di kantor camat, mereka berjalan beriringan menuju ke ruangan pembuatan KTP. Saat berpapasan dengan beberapa pegawai kecamatan, beberapa pegawai kecamatan yang berjenis kelamin perempuan terus saja melihat ke arah Zainel.
"Apa ada yang salah dengan aku?"
"Tidak ada."
"Lantas kenapa dari tadi perempuan-perempuan itu terus saja melihat ke arah aku?"
"Masak hal seperti itu juga kamu tidak tahu." Tary berhenti melangkah kan kakinya.
"Aku tidak tahu." Zainel juga ikut berhenti jalan kaki.
"Benaran kamu gak tahu?" Tary menoleh ke arah Zainel.
"Kalau aku tahu, buat apa aku tanya ke kamu."
"Mereka kayak gitu itu karena kamu ganteng." Setelah mengatakan itu Tary kembali menoleh kedepan lalu dia kembali berjalan kaki.
"Apa aku ganteng?" Zainel sudah sering mendengar dari perempuan lain bahwa dia itu ganteng tapi baru kali ini dia mendengar dari Tary. Zainel menoleh ke arah ke arah Tary ternyata Tary sudah berjalan menjauhi dari dia. Zainel jalan sambil mempercepat langkah kakinya agar bisa menyusul Tary yang sudah berada jauh di depannya
"Tunggu."
Tary mendengar Zainel yang memintanya untuk menunggu tetapi Tary sama sekali tidak memperdulikan Zainel. Dia terus saja menuju ke ruang pembuatan KTP.
...~ Bersambung ~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 174 Episodes
Comments
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
ciee ciee ganteng
2023-10-13
1
Rahma AR
ciee ... dipuji ganteng
2023-09-28
1
💫GoodLooK!Ng☀️
Kan dpt pahala kalau berbuat baik
2023-09-16
1