Dewi

Banyak kesalah pahaman yang akhirnya terjawab dengan kejelasan semuanya satu persatu. Yang masih belum selesai dari kecurigaanku terhadap Mas Bagas dan Pak Bisma.

Tentang apa motif Mas Bagas sebenanya ingin mengambil alih semua asetku. Dan sosok misterius yang menurutku itu adalah Pak Bisma juga kecurigaanku terhadapnya yang semakin kuat setiap harinya.

Pak Bisma juga sepertinya berkaitan dengan kematian Jasmine. Aku hanya belum mendapatkan informasi yang jelas dan fakta yang bisa aku jelaskan sebagai kebenaran.

...----------------...

Ku ikuti langkah Dewi masuk ke dalam kamar di lantai 1. Dia berdiri menatap ke bawah dan berkata siap menjaga hotel ini.

Dewi menjelaskan semua kebenaran yang telah terjadi, ternyata semuanya sesuai dengan apa yang Kakek Ruwo ceritakan. Tetapi asisten Kakek Ruwo bukan hanya menyekap dan menyiksanya tetapi juga melecehkan dirinya.

Sebagai seorang perempuan dari berbagai jenis apapun harga diri bagi Dewi adalah satu hal yang sangat berharga. Kakek Ruwo masih sangat peduli padanya karena baginya dia seperti anaknya sendiri.

Kakek Ruwo akan datang membawakan dia makanan pada malam hari. Kebaikan Kakek Ruwo baginya adalah segalanya. Apapun yang menimpa dirinya Dewi bersedis untuk melindungi dia terus, begitu juga denganku yang sudah menyelamatkannya.

Dewi sudah pernah hilang kendali dan membunuh semua pengawal Kakek Ruwo di malam ritual pengusiran jiwa Jasmine.

Dia juga yang membuat Pak Bisma pingsan tetapi tidak dengan Pak Bisma. Dewi juga merasa heran karena Mbak Tati seolah langsung terjatuh begitu saja padahal tidak dia sentuh sama sekali.

Malam itu Dewi membiarkan tubuh mereka bertiga kering dan berakhir dengan menyedihkan. Keesokan harinya Mbah Pardi dan Mbah Melati datang memukuli Dewi saat Kakek Ruwo sibuk dengan persiapan ritual.

Mereka berdua datang tanpa di ketahui oleh Kakek Ruwo, mereka hanya menginginkan mustika yang aku miliki. Tetapi mereka tidak bisa mendapatkannya. Sebab aku terus menolak sekeras apapun mereka memaksa.

Mustika ular adalah mahkota yang ular miliki dan mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa, tentu saja siapapun menginginkannya. Dewi juga menyadari akan kehilangan kendali.

Jadi tadi malam dia kabur dari rumah sakit, sayangnya tubuhnya sudah sangat lemah.

"Mengapa tidak menggunakan mustika sebagai obat bagimu? "

Tanyaku dengan mata berkaca-kaca sedih.

"Jika aku menggunakan mustika itu dan aku kehilangan kendali maka semua orang akan aku bunuh. "

Hidupnya hanya berharga ketika bersama Kakek Ruwo dia menganggap dirinya sebagai seorang anak dan juga lembut terhadapnya. Walaupun sudah Dewi bohongi namun Kakek Ruwo tetap baik terhadapnya.

Dia juga memuji ku yang menolongnya tanpa mengenalku padahal bisa saja aku adalah orang jahat. Dia tak lupa bersyukur bahwa kehidupannya menjad berharga di akhir hidupnya.

Dia sekarang adalah arwah yang datang sebagai tamu. Dewi mengatakan hotel ini menampung arwah yang belum ingin kembali ke akhirat. Dia akan tetap disini untuk sementara waktu.

Aku yang mempunyai hotel ini sendiri malah tidak mengetahui hal ini. Dewi menjelaskan bahwa semua arwah yang tidak mempunyai jalan pulang akan melihat tujuan mengarah ke hotel ini. Itulah banyak arwah orang yang sudah meninggal datang ketika malam hari ke hotel untuk bertemu satu sama lain untuk berpesta.

Mereka akan membayar banyak uang dan meminta untuk di kelola diberikan kepada keluarga, di amalkan, atau diberikan kepada orang yang membutuhkan. Jadi semua penghasilan hotel bukanlah uang bersih yang di peroleh tetapi masih bagi hasil.

Dewi mengetahui semuanya dari Kakek Ruwo yang juga mengetahui sistem hotel ini. Dewi juga meminta ku untuk bertanya langsung kepada dia karena Dewi yakin Kakek Ruwo mengetahui semuanya.

Dewi kemudian menghilang dan hanya akan menampakkan diri pada malam hari. Sebelum itu dia memberikan mustika hijau miliknya sebagai penjaga bagiku.

...----------------...

Udara dingin Dewi membuatku kurang enak badan dan memutuskan untuk kembali ke kamar saja. Tujuanku bangun buku-buku adalah menemui Dewi namun dia juga sudah meninggal.

Jasadnya juga sudah di bakar oleh warga pasti jadi aku ingin mengistirahatkan diri dulu hari ini.

Dengan tidak melakukan apapun.

Aku akan menemui Kakek Ruwo nanti saja karena pasti dia sibuk untuk memburu Dewi hari ini yang sebenarnya sudah tiada.

Rasanya aneh mengapa Dewi memberikan mustika yang sangat berharga kepadaku. Aku juga tidak tahu harus menyembunyikan mustika ini dimana. Aku takut jika sampai aku salah gunakan.

Kembali aku tertidur dengan nyenyak dan terbangun ketika sudah siang dan perutku sudah memanggil dengan kriak kriuknya.

Dibawah sudah tersaji makanan yang cukup lengkap, bagaimana bisa Mbak Tati menyiapkan semua makanan ini sendirian.

Mbak Tati tersenyum dan mempersilahkan aku untuk segera makan karena yang laki-laki sudah makan dan pergi lagi mencari Dewi. Mas Bagas juga ikut dengan mereka.

Entah sejak kapan suamiku menjadi sangat tertarik dengan siluman tetapi biarkan saja agar dia mendapatkan semangat masa mudanya lagi.

Mataku mencari ke mana-mana keberadaan Mbah Melati. Tak lama beliau keluar dari kamar yang ada di lantai 1.

Sorot mataku langsung berubah dan menanyakan mengapa dia bisa mendapatkan kamar nomor satu, bukankah kamar itu hanya di peruntukkan bagi para arwah.

Mereka berdua saling menatap heran karena aku yang sudah mengetahuinya. Aku hanya menjelaskan bahwa mengetahui dari warga yang bercerita.

Begitu saja percakapan kami berlalu, Mbah Melati menjawab jika kamar itu di siapkan oleh Mbak Tati untuknya karena lantai diatas sudah penuh semua.

Kening ku mengerut karena lantai empat dimana kamarku berada saja semua kamarnya kosong hanya kamar yang aku tempati dengan Mas Bagas saja yang terisi.

Setelah makan siang Mbah Melati ingin pergi kembali kerumahnya dulu untuk mengambil pakaian karena akan tinggal disini lebih lama.

Aku merasa jengkel karena tanpa persetujuan dariku. Mereka menjadi sewenang-wenang namun aku tidak tertarik dengan apapun apalagi berdebat untuk saat ini.

Mbah Melati dengan di bonceng Mbak Tati pun pergi meninggalkan hotel. Tinggallah aku sendiri disini.

Bosan sudah pasti, akhirnya sosok anak kecil yang biasa aku lihat kembali menampakkan diri. Dia berlari di sekitar koridor hotel dengan gembira.

Aku memanggilnya untuk mendekat dan dia juga berlari kearahku. Setelah aku bertanya dia mengatakan namanya Kurnia.

"Jadi kamu anaknya Jasmine? "

Anak kecil itu mengangguk dan tersenyum. Dia juga bertanya kepadaku sampai kapan aku akan disini. Dia ingin aku mencari ibunya yang menghilang.

Aku hanya diam dan tidak bisa berkata apapun. Bagaimana pun Jasmine sudah hancur menjadi udara yang pekat dan terluka.

Aku menanyakan mengapa dia belum pergi dari tempat ini? dia mengatakan akan menunggu ayah dan ibunya untuk pergi bersama.

Kurnia mengatakan jika ayahnya juga ada di hotel ini tetapi dia belum meninggal. Dia masih ada disini.

Siapa ayah Kurnia sebenarnya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!