"Tidak apa-apa Laras. "
"Suamimu pasti baik-baik saja. "
Suara Jasmine mengagetkanku, mengapa dia ada disini padahal jelas-jelas dia ada dibawah. Entahlah, aku juga tidak paham lagi. Kami akhirnya sampai di lantai 5. Rama terus menerus mencari dari kamar ke kamar. Hingga langkahnya terhenti di kamar pojok dengan nomor 50B.
"Disini? "
"Disini? "
Rama seperti kerasukan sesuatu yang memberikan petunjuk kepadanya. Awas saja jika dia sampai tidak menemukan Mas Bagas.
Rama kemudian mendobrak pintu di depannya.
Aku mengikuti Rama masuk. Mas Bagas rupanya ada di dalam kamar ini. Dia tertidur dengan sangat pulas tanpa mengenakan pakaian.
"Mas, Mas. " Aku terus menggoyang-goyangkan tubuhnya. " Akhirnya Mas Bagas sadar juga. Dia terlihat kaget dan panik melihat kami.
"A... aku bisa jelaskan sayang. "
"Apasih Mas. " Aku langsung memeluk Mas Bagas dengan tangis, aku tidak bisa menahan tasa takut ku kehilangan Mas Bagas.
Rama tiba-tiba melangkah menuju tembok dengan mata putihnya. Dia terus menerus mengetok-ngetok tembok putih tersebut. Dia seperti menggila dan mengeruk-ngeruk tembok tanpa henti.
Mas Bagas yang baru melihat Rama menjadi sangat heran. Pasti dia bertanya-tanya dimana aku memungut anak aneh ini. Aku akan mengintrogasi Mas Bagas nanti, sekarang kami hanya perlu membawa Rama pergi. Tetapi Rama terus saja berontak dan menunjuk tembok di kamar ini.
Mas Bagas lalu berjanji akan mengeceknya besok dan meminta Rama untuk sadar. Syukurlah cara ini ternyata berhasil. Kami kemudian meminta Rama istirahat, kami sengaja memilihkan kamar di samping kami kamar kami , agar bisa mengawasinya jika sewaktu-waktu ada apa-apa.
Syukurnya sampai keesokan harinya Rama tidak kesurupan lagi tetapi karena tadi malam Rama harus dibawa pulang oleh Pak Bisma karena dia juga demam. Remaja belasan tahun sepertinya pasti masih sangat rentan bersinggungan dental makhluk halus apalagi dia yang mempunyai mata batin terbuka.
...----------------...
Aku dan Mas Bagas mengucapkan terima kasih kepada Rama dan memberikan uang kepadanya meskipun anak itu menggelengkan kepala tetapi aku tetap memaksanya. Setelah Rama pergi aku dan Mas Bagas sarapan dan mengobrol tentang kehilangan Mas Bagas selama 24 jam. Mas Bagas menjelaskan kalau dia mengikuti Pak Bisma malam itu yang mencurigakan ke lantai 5 tetapi kemudian Mas Bagas tidak ingat lagi.
Entah mengapa dari penjelasan Mas Bagas membuatku curiga. Karena Pak Bisma dan Mbak Tati sudah menjelaskan lebih dulu. Atau mereka berdua yang berbohong. Tetapi jika mereka yang sengaja menjebak Mas Bagas tidak mungkin membantu aku menemukan Mas Bagas. Aku juga melihat ketulusan dari mereka berdua. Aku hanya bisa menahan semua fikiranku saat ini.
Setelah sarapan, aku mengingatkan janji Mas Bagas untuk mengecek tembok yang ada di lantai 5. Tetapi kami memilih menunggu kedatangan Pak Bisma untuk membantu. Meskipun Mas Bagas ogah-ogahan tetapi dia sudah berjanji kepada Rama.
Kami menunggu cukup lama akhirnya Pak Bisma datang.
Aku kemudian menjelaskan semuanya kepada Pak Bisma.
"Aduh sebaiknya tidak perlu di bongkar Mas. " Ucap Mbak Tati yang ikut nimbrung percakapan kami.
"Kenapa gitu Mbak? "
"Bangunan disini kan sudah tua Mbak. "
"Benar juga. " Gumamku.
Meskipun begitu ini adalah janji Mas Bagas jadi apa boleh buat.
Kami berempat naik keatas untuk ke lantai 5, Mas Bagas dan Pak Bisma membawa palu untuk menghancurkan tembok.
Setelah dicoba ternyata cukup kuat, Pak Bisma dan Mas Bagas terlihat sangat kewalahan. Namun akhirnya berhasil juga.
"Mas Bagas menoleh kearahku dengan gusar. "
"Ada apa Mas? "
"Rambut.. " Ucap Mas Bagas juga Pak Bisma yang terlihat tidak nyaman, ditambah kepala yang menjulur kebawah dengan rambut yang sangat panjang.
Mas Bagas dan Pak Bisma menarik keluar dan benar saja seorang perempuan dengan plastik menutup kepalanya berhasil di keluarkan. Sepertinya mayat ini sudah cukup lama terbukti dengan kulit yang sudah mengering sempurna dan melapuk menyatu dengan tembok. Tetapi jika dilihat mayat ini masih hitungan 2-4 tahun disini.
...----------------...
Aku ingin menelepon polisi tetapi Pak Bisma melarang karena nantinya akan menyulitkan apalagi citra hotel yang sudah tidak bagus.
"Benar juga " Gumamku. Tetapi jika tidak di usut tuntas maka mayat wanita ini akan berakhir sia-sia tanpa keadilan secara nyata. Aku menatap mayat di hadapanku saat ini, terasa tidak asing ditambah gaun yang dia kenakan. Akupun teringat dengan sosok Jasmine.
"Mas, ini mirip Jasmine. " Ucapku spontan.
Mas nampak terkejut juga menatap mayat di hadapan kami saat ini.
Pak Bisma dan Mbak Hartati tidak kalah terkejutnya. Bahkan mereka berdua matanya sampai berkaca-kaca.
"Ini pasti mayat yang ingin kalian bereskan kan. " Ucap Bagas spontan menatap tajam kearah Pak Bisma dan Mbak Hartati.
"Maksudnya apa Mas, kami tidak mengerti? "
"Kalian tidak perlu menutupi apapun. Karena saya sudah tahu semuanya. "
"Apa ini Mas . " Aku penasaran dengan Perubahan sikap Mas Bagas.
Mas Bagas terus saja emosi dan menuduh Pak Bisma, jadi aku meminta Pak Bisma dan Mbak Hartati untuk segera meninggalkan kami lebih dulu.
Sepergi mereka berdua aku tanpa mendengarkan apapun lagi langsung menelepon polisi untuk menangani mayat yang kami temukan.
Mas Bagas menjelaskan tentang apa yang dia ketahui. Hal ini juga menjawab pertanyaan yang ingin aku ketahui. Berarti jelas Mas Bagas yang berbohong tentang semalam.
Tetapi aku hanya diam dan memilih tidak meresponnya lagi.
Kami hanya perlu menunggu polisi datang dan menyelidiki mayat ini.
Aku tidak sengaja melihat liontin yang menggantung di lehernya. Aku sangat tertarik dengan apa yang aku lihat saat ini. Saat Mas Bagas menoleh ke belakang aku langsung mengambilnya dan memasukkan ke dalam saku celanaku.
Tidak lama dari itu, polisi datang dan mengumpulkan bukti juga mengintrogasi kami satu persatu. Kemudian Polisi yang datang akan menyelidiki dan menginformasikan kepada kami secepatnya.
Anehnya Mbak Tati dan Pak Bisma sangat terpukul melihat mayat di balik tembok tersebut. Aku bisa melihat jelas Mbak Tati yang menangis.
Rasa peduli memancingku untuk bertanya namun beliau tidak menceritakan apapun.
Pada malam harinya kembali aku bertemu dengan Jasmine. Aku menanyakan tentang mayat yang berada di balik tembok yang sangat mirip dengannya. Aku menatap mata Jasmine dengan intens. Dia memegang tanganku dan sebuah kejadian terlihat di depan mataku.
Jasmine memasuki kamar di lantai 4 dengan panik dia mengunci pintu dan bersembunyi.
Sayangnya seorang pria paruh baya dengan dua orang lainnya datang mendobrak pintu dan menarik Jasmine. Jasmine di perkosa secara paksa setelah itu datang pria lain dan membunuh Jasmine dengan kejam. Pria itu menghadap ke depan seorang yang tidak bisa aku kenali. Dia sudah sangat tua, dan lebih menjijikkan kakek itu menarik kepala dan menjilati darah di kepala Jasmine.
Kemudian aku di tarik kembali kedunia nyata, aku merasa sesak dan pusing dengan apa yang baru saja aku lihat.
"Berarti kamu..... " Aku menatap kearah Jasmine dengan sedikit takut. Tetapi Jasmine tidak terlihat menakutkan.
Kisah Jasmine membuatku penasaran, dan berjanji akan menegakkan keadilan untuk Jasmine. Aku akan mulai dengan mencari tahu tentang kakek di dalam penglihatanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments