Aku mengintip dibalik celah syukurlah yang datang ternyata Mbak Tati yang membawakan susu hangat untuk kandunganku.
Aku meneguknya hingga tandas lalu beliaupun pamit kembali kebawah.
Ketika masuk ke dalam kamar rasa kantuk meminta mataku segera terpejam. Jadi aku memilih tidur disamping Mas Bagas.
Saat bangun ternyata sudah siang. Mas Bagas membangunkanku untuk makan siang.
Mas Bagas membawakan nasi, sayur asam, dan cumi bakar.
Mata yang tadinya masih sangat ingin tidur kini menjadi sangat segar dan buru-buru bangkit untuk mencuci muka.
Aku dan Mas Bagas kemudian makan siang bersama. Kami menikmatinya.
Rasanya sangat kenyang dan membuatku kembali mengantuk tetapi aku baru ingat aku belum mandi. Pantas saja menjadi mudah ngantuk.
"Sebelum mandi minum susu dulu sayang. "
Mas Bagas menyodorkan susu yang masih hangat. Katanya dia yang membuatnya secara khusus untukku.
"Terima kasih Mas. "
Aku meneguk susu buatan Mas Bagas dengan khitmat.
Kemudian aku memilih segera mandi. Namun baru saja satu langkah kakiku masuk ke kamar mandi. Perutku terasa teraduk-aduk dengan kasar.
Darah segar mulai mengalir di pahaku. Aku sangat panik dan memanggil Mas Bagas.
Kesadaranku menghilang sedikit demi sedikit lalu aku sudah tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi.
Perutku terasa nyeri saat bangun ternyata aku sudah berada dirumah sakit.
Guncangan ombak nestapa memukul telak batinku.
Aku kehilangan bayi yang aku kandung.
Singkatnya aku keguguran. Dokter Cahya yang menanganiku mengatakan jika efek kelelahan dan kekurangan asupan gizi selama hamil.
Benar saja karena selama Hamil aku sangat lelah ditambah makan daging terus.
Aku juga terus minum soda yang sebenarnya tidak baik untuk ibu hamil.
Air mata mengalir pelan di kedua pipiku. Mas Bagas yang baru saja datang menghiburku dengan terus memeluk tubuhku pelan.
Mbak Tati juga datang ke sisiku dia bersimpati untuk apa yang telah menimpaku.
Aku hanya ingin sendiri jadi mereka semua keluar dari ruangan dan membiarkan aku menabur garam ke lukaku sendiri.
Di benakku bahkan sudah aku siapkan nama terbaik untuk bayiku nanti.
Allah melihatku belum siap menjadi seorang ibu jadi mengambil anakku sebagai malaikat di syurgaNya. Malaikat yang semoga kelak membantuku menyebrangi jembatan siratul mustaqim.
Aku dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Ketika rahimku sudah bersih akupun di perbolehkan pulang.
Sebelum pulang Dokter Cahya menyelipkan secarik kertas kedalam saku bajuku. Sembari tersenyum dengan isyarat.
Kakek Ruwo ternyata sudah berada di hotel menunggu kepulangan kami.
Mengingat kondisiku yang sedang tidak stabil saat ini. Mas Bagas izin membawaku ke kamar dulu dan dia akan menemui Kakek Ruwo.
Meskipun aku mengatakan aku baik-baik saja. Tetapi Mas Bagas bersikukuh untuk tidak membiarkanku banyak fikiranku.
Pak Bisma membuatku tenang karena dia mengatakan Jasmine sudah dikurung oleh Kakek Ruwo. Meksipun aku belum selesai membaca buku dairy miliknya tetapi bagiku Jasmine sangat menakutkan. Dibalik wajahnya yang cantik menyimpan kebusukan sampai ke lubuk hatinya yang terdalam.
Dikamar aku merebahkan tubuhku dengan nyaman setelah mengganti pakaian.
Aku kemudian teringat dengan kertas yang di berikan oleh Dokter Cahya.
"Kamu harus berhati-hati Laras"
"Keguguran kandunganmu disebabkan karena kamu mengonsumsi obat keguguran"
Air mataku jatuh menetes di kedua pipiku. Luka yang sudah aku ikhlaskan kembali dengan benturan dia kali lipat sakitnya.
Hanya ada dua orang yang bisa melakukannya antara Mbak Tati dan Mas Bagas.
Setelah meminum susu pemberian Mbak Tati aku baik-baik saja. Bahkan aku bisa tidur dengan nyenyak ketika bangun tubuhku juga lebih nyaman.
Ketika meminum susu pemberian Mas Bagas aku langsung merasakan kontraksi hebat yang membuatku keguguran.
Ku coba mencari di semua barang-barang Mas Bagas.
Mataku membulat sempurna. Aku mendapatkan nota apotek yang berada di dalam tas kecil yang biasa Mas Bagas bawa kemana-mana.
Terdapat label satu obat ketika aku cari di internet fungsi obat itu adalah untuk mengugurkan kandungan.
Bagaimana mungkin seorang ayah tega membunuh darah dagingnya sendiri.
Amarah dan emosiku memuncak. Tepat saat itu juga Mas Bagas datang dengan senyuman khasnya.
Aku menjelaskan semua penemuanku. Tetapi Mas Bagas tidak merespon apapun.
Rasanya aku sangat ingin mencekik Mas Bagas saat ini juga.
Keadaan diam Mas Bagas menjawab semuanya.
Ternyata benar dia yang sudah membunuh bayi dalam kandunganku.
Mas Bagas dengan penuh penyesalan berlutut di hadapanku. Dia belum siap menjadi seorang ayah.
Dia mempunyai trauma tentang kehamilan dan seorang anak. Dia menangis seperti anak kecil penuh penyesalan.
Mas Bagas menceritakan tentang Ibunya yang meninggal setelah melahirkannya dan ayahnya juga yang sudah meninggal. Itulah mengapa dia sangat takut tidak bisa menjaga aku dan calon bayi kami.
Meskipun sangat emosi aku tidak bisa mengabaikan air mata Mas Bagas yang sangat menyedihkan.
Segera aku langsung memeluk tubuhnya dan membiarkan dia berduka meski pedih di pelukanku.
Aku ternyata tidak mengenal suamiku dengan baik. Selama ini aku hanya mau di dengarkan tanpa pernah bertanya banyak hal tentang bagaimana perasaan Mas Bagas.
Ternyata hari dimana aku dikatakan hamil oleh Dokter Cahya tangis bahagianya hanya sekedar alibi menjeda traumanya sebentar.
Tidak bisa aku menyalahkan Mas Bagas sepenuhnya karena trauma itu benar nyata dan menakutkan.
"Dela Novelina"
Nama yang sudah aku fikirkan untuk bayiku pupus begitu saja. Tetapi aku juga tidak bisa melanjutkan hidup tanpa Mas Bagas.
Kami saling memaafkan dan akan saling menjaga lebih baik lagi. Aku memilih untuk menerima Mas Bagas meskipun sudah membuat separuh hidupku hilang begitu saja.
Hubungan antara dua orang yang saling mencintai memang rumit untuk dijelaskan dengan notasi kata yang sederhana.
Malam harinya kembali suara keramaian di bawah mulai terdengar dan cahaya terang hotel mewah yang luar biasa.
Kakek Ruwo belum bisa melakukan pengusiran arwah Jasmine karena dia masih menunggu bantuan.
Mas Bagas menceritakan keraguannya tentang desa dan orang-orang yang ada disini.
Mas Bagas juga sangat curiga dengan Mbak Tati dan Pak Bisma yang sangat jelas menyembunyikan sesuatu.
Mas Bagas juga curiga dengan Kakek Ruwo meskipun dia tidak menyebutkan alasannya.
Aku hanya bisa membatin bahwa aku juga mencurigai mereka semua termasuk Mas Bagas.
Saat Mas Bagas sudah tertidur nyenyak. Aku kembali berfikir tentang trauma yang dikatakan oleh Mas Bagas.
Dulu Mas Bagas mengatakan bahwa dia besar di desa ini dan merupakan warga asli disini. Namun Mas Bagas tidak tahu apapun tentang Desa ini.
Padahal menurut Kakek Ruwo desa ini tidak pernah berubah banyak hanya bertambah bangunan-bangunan tinggi saja.
Tidak ada juga yang mengenal dan menjadi kerabat Mas Bagas. Entah mengapa aku sangat menyimpan curiga kepada suamiku sendiri.
Dia begitu tega membuat istrinya sendiri keguguran. Pasti dia mempunyai darah yang dingin dan hati yang beku terhadap nyawa orang lain.
Perlu penyelidikan yang lebih rinci kepada orang-orang di dalam hotel ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments