Aku membuka daftar tamu di hotel tetapi tidak juga kutemukan tentang kakek dalam penglihatanku. Aku terus membukanya tidak ada informasi yang menarik.
"Cari apa Bu? " ucap Mbak Tati menaikkan alisnya sebelah.
Aku terus sibuk sendiri tetap fokus membuka buku.
"Tidak Ada Mbak, aku hanya ingin melihat-lihat. "
Mbak Tati hanya membulatkan mulutnya menjawah Ohh setelah itu berlalu meninggalkanku.
Lelah rasanya jadi aku memilih untuk keluar jalan-jalan dan mencari udara segar. Aku pergi sendiri karena Mas Bagas tertidur.
Aku singgah di toko daging karena aku sangat ingin makan daging sapi hari ini, sekalian jalan-jalan ke pasar. Suasana pasar sangat ramai dan membuatku lebih bersemangat menjelajahi setiap sudut jalan disini.
Pandanganku terhenti di depan toko daging yang sangat ramai. Aku ikut mengantri dan ketika akan membayar daging yang telah aku pilih malah aku salah fokus dengan laki-laki yang menjaga daging. Dia sangat mirip dengan laki-laki yang ada dalam pandanganku tentang Jasmine. Laki-laki yang sudah merenggut kesucian Jasmine. Pasti dibalik toko ini yang begitu ramai ada si Kakek yang mengatur semuanya.
Seorang pegawai wanita membantuku memilihkan daging yang baik dan sesuai dengan kualitas yang aku inginkan. Pria yang tadi selalu membentak pegawai perempuan itu dengan emosi.
Aku membayar dan mengambil daging yang aku pilih sebelumnya. Kemudian masuk ke dalam mobil. Aku akan mengamati pria di pasar itu sampai dia pulang karena dagangannya yang sudah sedikit. Pasti nanti dia akan kembali mengambil barang dagangan.
Tetapi lama aku menunggu malah toko itu ditutup begitu saja. Aku hanya bisa pulang dengan kecewa karena tidak bisa mengikuti lelaki tersebut. Setidaknya aku punya tujuan awal untuk mencarinya. Sayang sekali aku juga tidak bisa memberitahu polisi karena aku tidak mungkin mengatakan aku di beritahu oleh Jasmine.
“Kamu dari mana dek?”
Mas Bagas berdiri di depan pintu menunggu kedatanganku dengan setia. Aku hanya bisa tersenyum kearahnya sembari mengangkat keatas daging segar yang aku bawa.
“Kamu lagi hamil dek, jangan kemana-mana dulu. Kalau butuh sesuatu biar aku yang beliin.”
“Iya Mas.”
Aku kemudian memberikan daging bawaanku kepada Mbak Tati untuk diolahkan untuk makan siang. Jujur saja aku tidak terlalu pandai memasak apalagi mengolah daging. Jadi aku hanya bisa mempercayakan kepada Mbak Tati.
Butuh waktu lama menunggu sebab harus di masak dirumahnya, karena alat masak disini yang kurang. Padahal kalo malam semua makanan yang disajikan itu mewah semua.
2 Jam menunggu akhirnya Mbak Tati datang membawa satu rantang daging.
Kami makan Bersama dengan lahap, beberapa kali aku bergantian memuji masakan Mbak Tati Bersama Pak Bisma. Tetapi berbeda dengan Mas Bagas yang memilih untuk diam dan makan dengan tenang sepertinya Mas Bagas masih mencurigai Pak Bisma dan juga Mbak Tati padahal sudah jelas sekali Mas Bagaslah yang bercerita secara bertele-tele.
“Dagingnya lembut banget yaa.”
Aku menutup mata menikmati makanan enak yang mengalir di tenggorokanku.
“Iya bener bu, Ibu beli daging dimana?”
Mbak Tati dan Pak Bisma menoleh bersamaan kearahku.
Aku kemudian menjelaskan tentang toko daging di pojok pasar. Secara spontan Mbak Tati dan Pak Bisma langsung memuntahkan makanan yang masih belum tertelan sempurna.
Sontak aku dan Mas Bagas langsung kaget dan menatap heran kepada pasangan suami istri di hadapan kami saat ini.
“Ada apa Mbak, kenapa sampai dimuntahin?”
“Sebaiknya Ibu berhenti beli daging di tempat itu”
Jawab Pak Bisma yang masih menahan perutnya dengan perasaan tidak nyaman.
“Kenapa Mbak sedangkan dagingnya enak banget.”
“Penyembelihan hewannya tidak secara islami Bu”
Aku dan Mas Bagas hanya bisa mengangguk pelan meskipun belum selesai tetapi kami membiarkan Mbak Tati membereskan semuanya.
“Masa hanya karena tidak di sembelih secara Islami, mereka muntahin kayak jijik banget Mas”
Aku mengadu kepada Mas Bagas dengan tidak nyaman.
Aku tidak menceritakan yang aku temukan karena takutnya Mas Bagas akan melarangku untuk menyelidiki.
Besok aku akan tetap melakukan pengawasan toko daging tersebut untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak dan menemukan kakek yang ada di penglihatanku.
Aku memilih pergi ke pasar keesokan harinya ketika sudah sore agar bisa mengikuti kemana pemilik toko daging itu pergi. Benar saja sesampainya di pasar mereka terlihat sedang berkemas dengan mengendarai mobil pickup hitam.
Aku mengekor di belakang mobil milik pria penjaga toko, cukup jauh ternyata ditambah jalanan yang tidak bagus dan penuh bebatuan. Untungnya aku membawa mobil jadi tidak terlalu kesulitan.
Butuh 45 menit untuk sampai di sebuah pabrik yang cukup besar tetapi agak terpencil berada di ujung desa. Aku juga baru melihat bangunan ini mungkin karena ditutupi oleh pohon-pohon yang tinggi.
Sengaja aku memarkirkan mobil agak jauh agar tidak diketahui oleh mereka dan aku akan berjalan kaki secara diam-diam.
Laki-laki yang lain turun dari mobil lainnya menggotong karung diatas bahunya dengan keadaan bergerak-gerak.
“Jangan-jangan yang ada di dalam itu seekor babi hutan karena laki-laki yang datang dari dalam hutan.”
Aku meraba-raba prediksi di kepalaku. Namun aku dikejutkan dengan tangan yang terjuntai keluar dari dalam karung.
“Astagfirullah”
Mataku terbuka lebar saat melihatnya tetapi aku mencoba untuk terus tenang dan bersembunyi dibalik pohon.
Tidak sanggup rasanya menyelesaikan semua pengamatanku. Aku harus menjaga keselamatanku juga.
Aku kemudian naik ke mobil dengan buru-buru.
"Tok..Tok.."
Mataku membulat sempurna, kakek yang aku takuti berdiri di samping mobilku dengan mengetuk-ngetuk kaca mobilku.
Tidak Ada yang bisa aku lakukan saat ini selain tidak membuka jendela.
"Bukaaa.."
"Keluar"
Kakek tua itu terus mengetuk-ketuk mulai naik pitam. Ditambah pengawalnya mulai berjalan kearah kami.
Aku spontan memundurkan mobil, dan mencoba untuk langsung pergi.
Kakek itu terlihat sangat marah dan mulai
memberikan kode untuk mengejar.
sepanjang jalan aku terus di kejar-kejar dengan di lempari bebatuan bahkan mereka mulai menembaki ke arah mobilku.
Kaca mobilku bahkan sampai pecah sampai kaca-kaca mobil mulai terlempar yang membuatku langsung menunduk.
Untungnya aku sudah terlatih untuk balap mobil hingga berhasil mencapai tempat ramai dan para pengawal mulai mundur.
"Alhamdulillah"
Buru-buru aku langsung mengemudi kembali ke hotel dengan badan masih gemetar. Selama di jalan aku langsung menelepon Mas Bagas.
Sembari aku menangis-menangis membuat Mas Bagas panik.
Sesampainya di hotel Mas Bagas langsung menunggu di depan hotel. Begitu juga Pak Bisma dan Mbak Tati. Mereka sangat panik dan khawatir.
Aku menangis dan berlari ke pelukan Mas Bagas. Rasanya aku sangat takut dan mengingat terus bayangan Jasmine di kepalaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments