The Lovers - 09

Donovan's Mansion, Brooklyn, NYC.

"Lelah?"

Tristan tahu jika pertanyaan itu hanya-lah basa basi. Robert Donovan ayah-nya pasti sudah tahu tanpa perlu bertanya, tapi Tristan tetap menjawab, "tidak masalah, dad."

Robert mengangguk singkat, lantas memotong ujung cerutu yang sudah ia selipkan di sela-sela jarinya.

"Semua lancar?" tanya Robert setelah membakar ujung cerutu.

Mengangguk singkat, Tristan menjawab tanpa keraguan, "iya, dad."

"Jadi ada apa, dad?" tanya Tristan sambil mengeluarkan kotak nikotin dari saku.

Menghembuskan asap panjang, Robert menatap lekat putra-nya. "Kau sudah dua puluh delapan tahun," ujar Robert. "Kau sudah cukup matang." Lanjutnya.

Satu alis Tristan menukik, "ya, lalu?"

"Kau belum berpikir untuk menikah?"

Menghisap dalam-dalam asap nikotin, Tristan menatap ayah-nya dengan lekat. "Belum. Aku belum pernah memikirkan itu."

Jawaban Tristan membuat Robeth menegakkan bahu. Dengan asap yang mulai terus mengepul ia mengatakan sesuatu yang langsung membuat tubuh Tristan menegang. "Aku bertemu dengan Mr Hamilton. Ia meminta sesuatu pada-ku."

"Sesuatu?" ulang Tristan.

Robert mengangguk. "Iya. Dia meminta-mu."

Merasa bingung, Tristan menunjuk diri-nya sendiri, "aku, dad?" ada nada bingung tapi juga cemas di dalam suaranya.

Mengangguk singkat, Robert menjawab, "iya. Mr Hamilton meminta-mu untuk menikahi putrinya."

Tristan menatap ayah-nya dengan lekat, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang sedang berputar di dalam kepalanya. Tapi Robert tidak menunjukkan ekspresi apapun hingga membuatnya harus bertanya. "Kenapa Mr Hamilton meminta-ku untuk menikahi putri-nya?"

Pertanyaan Tristan membuat sebelah sudut bibir Robert tertarik ke atas. "Ayolah, son. Apa kau sedang berperan pura-pura bodoh di hadapan-ku?" sindir Robert.

Memasang wajah datar, Tristan tampak tidak terganggu sama sekali dengan sindiran itu. Setelah memenuhi paru-paru dengan asap ia menjawab. "Aku tidak mengerti."

Robert terkekeh pelan. Menghisap dan menghembuskan asap ke udara, ia mengatakan hal yang sebenar-nya sudah menjadi rahasia yang Tristan simpan selama ini. "Lalu kau tidak berniat untuk menikahi kekasih-mu?

Meski tahu jika tidak mungkin selama hampir sepuluh tahun bisa menyembunyikan begitu saja hubungannya, Tristan tetap merasa sedikit terkejut saat di tanya langsung oleh Robert.

"Belum. Aku belum berniat, dad."

"Sudah selama ini, dan kau masih belum berniat?" ujar Robert dengan sindiran. "Sebenarnya kau serius tidak?" ada nada tuduhan di dalam pertanyaan-nya.

"Aku serius." Jawab Tristan cepat. Bahkan sangat cepat.

Tapi jawaban itu malah terdengar lucu di telinga Robert. Dan ia ingin tahu apa alasan Tristan masih juga belum berniat untuk meneruskan ke urusan lebih serius tentang hubungannya.

"Lucu sekali." Cibir Robert. "Kenapa?" Tanya-nya langsung.

Mengedipkan bahu acuh, Tristan menjawab diplomatis. "Masih muda. Masih ingin berkarir. Dan belum siap."

Tawa Robert menggema. Dengan kepala menggeleng-geleng karena merasa takjup ia mencibir, "klasik sekali. Aku tahu bukan itu alasan-mu kan?" Hardik Robert.

Cibiran Robert nyata-nya tidak sedikit-pun mempengaruhi ketenangan Tristan.

"Iya dan juga tidak, dad." Tristan menjawab dengan penuh ambigu.

Kembali terkekeh, Robert menatap raut wajah putra-nya yang memang selalu bisa tenang. "Dan itu-lah kesalahan-mu." kritik Robert

Penilaian Robert membuat Tristan menegakkan bahu. "Kesahalah?" ulang-nya.

"Ya. Kesalahan fatal." Robert mengulangi ucapan-nya dengan acuh tanpa peduli dengan raut wajah Tristan yang tampak tenang tapi menyimpan penolakan atas kritik-nya.

"Kenapa kesalahan? Aku yang menjalani hubungan, bukan kau, dad." Tegas tristan. Ia tidak suka di hardik tentang hubungan-nya yang tidak di mengerti orang lain.

Dengan sebelah sudut bibir tertarik ke atas, Robert bertanya dengan retoris. "Kau hanya tidak pernah berpikir untuk menikahi-nya kan? Kau selama ini tidak pernah memikir-kan tentang keseriusan, karena kau hanya serius pada hubungan sepasang kekasih." Ada jeda di ucapan-nya, lalu melanjutkan. "Tristan, aku juga seorang pria, jangan pernah berdalih di depan ayah-mu ini."

Menghisap dalam-dalam asap ke dalam paru-paru, dan menghembuskan panjang-panjang ke udara, Tristan tampak enggan menjawab. Ia tidak ingin berdebat dan mengatakan urusan pribadinya pada orang yang seolah mengerti dirinya. Padahal, selama ini apa peran Robert? Selain menjadi seorang ayah abu-abu.

Hanya karena Tristan menutupi segala kenangan pahitnya dan menjalani kehidupan di dalam keluarga sebagai seorang putra, bukan berarti ia akan membuka diri sebagai seorang putra seutuhnya. Ia, hanya menjalani permainan rumah-rumahan yang ayah-nya buat.

Menghembuskan nafas panjang, Robert menatap putra-nya dengan lekat. "Son ...," sambil menggeser sebuah map yang sudah ada di atas meja ke arah Tristan.

Tristan melirik tidak tertarik pada map yang sudah berada tepat di depannya. Robert yang melihat jika tidak ada ketertarikan dari Tristan, berujar pelan. "Bukalah." Pinta-nya.

Menghembuskan nafas panjang, Tristan menegakkan punggung. Menekan ujung batang nikotin ke asbak, lalu mulai meraih map.

Melirik ayah-nya sejenak, Tristan mulai membuka map. Membaca isi dengan saksama selama beberapa menit, lalu kembali menutup map.

"Ini konyol." komentarnya setelah membaca dengan jelas isi map.

Robert pikir, Tristan akan bingung atau-pun terkejut. Ia sudah siap untuk menjelaskan jika Tristan tersesat setelah membaca isi map yang ia dapatkan dari Bennedict tadi siang. Tapi respon Tristan membuat dahi Robert mengeryit samar.

"Konyol?" ulang Robert dengan raut wajah mulai serius.

"Iya. Aku tidak bersedia." jawab Tristan cepat dan tenang sambil meraih kembali batang nikotin baru.

Gestur dan respon Tristan mulai membuat Robert tercengang.

"Listen, son. Mr Hamilton memberikan waktu selama seminggu agar kau berpikir. Ini keuntungan yang hanya datang sekali se-umur hidup, dan sekali untuk-mu." jelas Robert.

Kepala Tristan mengangguk singkat. "Aku tahu. Tidak perlu menunggu selama seminggu. Jawaban sudah ku sudah katakan pada-mu, dad."

Mendengus kasar, Robert menekan kuat ujung cerutu-nya yang masih separuh ke dalam asbak.

"Kau pikirkan lagi. Lagi pula tidak ada alasan untuk-mu menolak." Tegas Robert.

Hening sejenak, tiba-tiba Tristan menggeleng sambil terkekeh ringan. Membuat Robert menatap putra-nya dengan tatapan penuh tanya.

Rasa penasaran Robert terjawab saat Tristan berujar, "aku memiliki kekasih. Kau tahu itu, dad. Dan aku juga yakin jika Mr Hamilton tahu itu. Apa kalian bodoh jika masih tetap ingin meminta-ku untuk menikahi putri Hamilton yang lain?"

Sindiran dan hina-an Tristan membuat Robert mengeram kesal. Tapi, belum sempat ia memumtahkan rasa kesal, ucapan Tristan membuat-nya bungkam.

"Kau tidak bisa menjual-ku untuk ke-untunganmu, dad. Aku mempunyai keinginan-ku sendiri. Aku memiliki rencana sendiri untuk masa depan-ku." menghidupkan batang nikotin, lalu menghembuskan asap panjang, Tristan melanjutkan, "aku tidak akan pernah menikahi siapa-pun selain Keyla." lanjut-nya.

Senyum remeh Robert terbit. Ia juga menatap remeh raut wajah tenang Tristan. "Kau tidak akan mendapat-kan apapun jika menikahi-nya."

Menatap ayah-nya dengan tajam. Satu alis Tristan menukik tinggi.

"Jangan berpikir karena kau sudah membuat perusahaan semakin maju semenjak kau menduduki kursi-ku, kau jadi berpikir semua itu milik-mu?" Robert berdecih. "Ingat, son. DOV tetap bagian dari UnitedHealth. Jika bukan karena keputusan-ku mengikat perusahaan dengan Hamilton, kau tidak akan pernah ada di posisi-mu sekarang. Dan nama DOV sudah lama lenyap karena ke-bangkrutan." Terang Robert dengan setengah geraman.

"Terserah. Aku tetap tidak akan menikahi siapun selain, Keyla." Tristan mendengus kasar. "Lagi pula Keyla juga putri Hamilton. Jika ini masalah bisnis, apa bedanya?" Ungkap Tristan dengan nada tajam seolah tidak bisa di tawar.

"Adopsi. Dia bukan putri Hamilton." sambar Robert tanpa perasaan.

"Dad!!" Tristan, akhirnya kehilangan ketenangan.

His mask is falling ... Guman Robert dalam hati. Membuat seringai licik-nya terbit.

"Kau pikir setelah menolak permintaan untuk menikahi putri bungsu mereka, lantas mereka bersedia menikah-kan kau dengan putri sulung mereka?" Robert terkekeh penuh cibiran. "Jangan naif Tristan."

Menatap ayah-nya dengan lekat, Tristan mengangguk singkat. "Jadi hanya seperti ini keluarga Hamilton menganggap Keyla?" kembali mengangguk singkat, Tristan melanjutkan. "Aku jadi semakin ingin menikahi Keyla. Dengan atau tanpa ijin dari mereka." Tegas Tristan.

"Jangan gegabah, Tristan! Ini semua bukan hanya tentang-mu dan cinta konyol-mu itu!!" bentak Robert dengan nada meninggi.

"Aku tahu." ujar Tristan cepat tanpa keraguan. "Kalau begitu tidak masalah jika kau ingin mengambil kembali kursi kepemimpinan-mu, dan juga segala warisan-mu."

"Tristan!!" Murka Robert. Bahkan ia sudah melempar cerutu yang terselip di jari-nya ke arah tubuh Tristan yang hanya diam tanpa mengelak.

"Apa, dad? Apa? Jika kau memang sangat menginginkan hubungan erat dengan Hamilton, kenapa bukan kau saja yang menikahi putri bungsu mereka."

Brak!!!

Robert melempar asbak ke arah Tristan, dan tepat mengenai pelipis putra-nya yang tidak mengelak sedikit-pun.

"Son of a bit**!!" umpat Robert dengan nafas memburu. "You better watch your f*cking mouth, Tristan!!"

Mengusap dahi-nya yang terasa sedkit basah karena cairan merah, Tristan menatap ke arah foto keluarga yang menggantung mewah di ruang kerja Robert. "Apa kau ingin aku menjadi seperti-mu, dad?"

Mencoba menarik nafas dalam berulang kali untuk meraih ketenangan, Robert menjawab pertanyaan Tristan dengan pertanyaan tanpa meninggalkan suara tajam-nya. "Apa maksutmu?"

Tatapan tajam dan dominan Tristan melunak. Ia menatap nanar foto keluarga barunya, meski satu orang di sana juga pernah menjadi bagian di dalam keluarga lamanya.

"Kau menikah dengan mom karena hal seperti ini juga-kan? Dan kau ingin aku mengulangi-nya?" ujar Tristan tanpa emosi.

Robert menegang di tempat. Ia mengikuti arah pandang Tristan dengan rahang terkatup rapat tidak bisa mengucapkan apapun.

"Kau tidak pernah mencintai mom. Hati-mu hanya milik dia. Meski hanya kebohongan, hingga mom menghembuskan nafas terakhir-pun kau tetap tidak bisa sekedar memberikan perhatian padanya. Kau tidak sanggup untuk sekedar berbohong hanya untuk menyenangkan sisa hidup ibu-ku." lanjut Tristan dengan tajam. Berbeda dengan tatapan-nya yang tidak pernah Robert lihat sebelumnya selama ia membesarkan dan mendidik putra-nya.

"Aku tidak ingin menikahi perempuan yang tidak ku cintai. Aku tidak ingin terjebak bersama perempuan yang tidak pernah ada di dalam hati-ku."

Setelah mengatakan itu, tanpa menatap dan peduli dengan raut wajah seperti apa yang sedang di pasang ayah-nya sekarang, Tristan langsung berdiri dan melangakah menuju pintu keluar. Setelah ia membuka pintu, tanpa berbalik ia kembali berucap. "Kau membuat ibu-ku menderita dan selalu menangis bahkan hingga nafas terakhir-nya. Dan aku tidak ingin melihat perempuan lain menjadi seperti ibu-ku."

Setelah itu, Tristan keluar dan menutup pintu. Meninggalkan Robert yang langsung memijat pelipis karena berdenyut hebat.

Saat baru akan melangkah menuruni tangga, langkah Tristan terhenti karena seseorang akan melangkah menaiki tangga.

"Tris ...," tegur-nya dengan senyuman tipis saat melihat Tristan. Lalu mengerutkan alis dalam saat melihat pelipis Tristan yang terluka. "Hei ... Kau terluka, Tris."

Tristan melanjutkan langkah tanpa menjawab. Membuat seseorang yang berniat menaiki tangga itu membatalkan niat. Saat langkah Tristan berada tepat di sebelah-nya, tangannya mencoba meraih sebelah bahu Tristan dengan tatapan khawatir.

Tapi, tepisan kuat yang ia dapatkan.

"Jangan menyentuh-ku, Kamala!" Bentak Tristan tanpa menatap. Lantas kembali melanjutkan langkah menuju pintu keluar mansion.

Kamala memegangi sebelah tangannya yang terasa cukup sakit setelah mendapatkan tepisan kuat. Ia menatap kepergian Tristan hingga punggung lebar itu hilang tertelan pintu yang tertutup.

Lalu kembali memutar wajah ke depan, dan terkejut saat menemukan sosok seseorang sedang mengintip ke arahnya dari balik pinggiran pembatas lantai dua. Kamala dengan cepat memperbaiki raut wajah dan memasang senyuman.

"Kenapa belum tidur, sayang?"

Kamala mulai menaiki tangga. Menuju seseorang yang menatap-nya dengan tatapa sedih.

"Mom, kenapa Tristan membentak dan memukul-mu?" tanya-nya dengan polos.

Dengan cepat Kamala menggeleng, lalu setelah sampai di tangga atas, membalas tatapan sedih yang membuah hati-nya berdenyut. "Mom yang salah, sayang. Mom duluan yang memarahi Tristan karena dia akan keluar malam-malam. Mom juga tadi akan menerik telinga-nya dan Tristan menepis untuk menghindar." Dusta Kamala sambil membelai lembut surai berantakan dari kepala kecil yang ada di depannya.

"Mom, Tristan sudah besar. Mom tidak boleh memarahi-nya seperti memarahi-ku. Apa lagi ingin menarik telinga-nya seperti anak kecil. Sudah pasti Tristan akan marah."

Kamala tersenyum lalu mengangguk. "Iya sayang. Mom yang salah. Mom berjanji tidak akan melakukannya lagi." ada jeda di ucapannya, "lalu bagaimana dengan jawaban yang mom tanya-kan, huh. Kenapa belum tidur?" lanjut Kamala.

Memberikam cengiran menggemaskan, ia menjawab, "aku terbangun saat teringat Tristan akan kembali malam ini. Aku ingin menemui-nya dan mengatakan sesuatu."

Seolah tertarik, Kamala bertanya sambil menuntun tubuh anak berusia delapan tahun itu untuk kembali ke kamarnya. "Oiya. Apa itu? Apa yang ingin kau ceritakan pada Tristan?"

Menggeleng singkat. Jari kecil anak berusia delapan tahun itu menempel di depan bibirnya yang terkatup. Tanda jika itu adalah rahasia, dan ia tidak ingin mengatakannya.

Kamala terkekeh pelan, lantas berucap. "Baiklah, Theo. Sekarang kembali tidur ya. Tristan sedang sibuk. Kau bisa mengatakan ceritamu besok."

"Ok, mom." ucap anak itu tanpa protes. Dan langsung masuk ke dalam kamar setelah mengecup sebentar sebelah pipi Kamala.

Setelah menutup pintu kamar putra-nya. Kamala berbalik dan mendapati Robert yang berdiri di ujung lantai dua, di depan ruang kerjanya.

Melangkah untuk mendekati Robert, Kamala menatap lekat raut wajah lelah dan tertekan suaminya.

"Tidak berhasil, Rob?" tebak Kamala langsung.

Menghembuskan nafas panjang, Robert hanya menjawab dengan gelengan frustasi. Ia benar-benar frustasi setelah menghadapi Tristan. Ia tidak tahu jika Tristan ternyata bisa menyerang-nya dengan telak seperti tadi.

"Theodore sudah kembali tidur?" tanya Robert mengalihkan topik. Ia sedang tidak ingin kembali memikirkan Tristan yang akan membuatnya kembali teringat serangan yang ia dapat.

Sambil mengusap pelan sebelah bahu Robert, Kamala mengangguk lantas menjawab. "Iya. Dia hanya terbangun karena teringat ucapanmu jika Tristan akan ke rumah."

Robert membuang nafas panjang. Lalu melirik pintu kamar putra-nya dan Kamila tanpa mengatakan apapun lagi.

Sedangkan di sisi lain, Tristan yang sedang memacu kuda besi-nya terus mencoba menghubungi seseorang. Berulang kali ia mencoba menghubungi tapi berulang kali juga sambungan tidak di jawab dan hanya di biarkan.

Keyla seorang dokter. Dan seorang dokter disiplin seperti Keyla tidak pernah membiarkan ponsel-nya dalam keadaan ter-silence. Tristan yakin jika Keyla pasti melihat panggilan-nya.

Dan satu-satunya alasan kenapa sambungannya tidak juga di jawab meski ia sudah berulang kali menghubungi hingga dering berakhir terputus, hanya satu. Keyla memang tidak ingin menjawab.

"Sialan!!!" umpat Tristan. Lalu menepikan mobil ke sembarang tempat. "F*ck!! F*ck!! F*ck!!" umpat-nya kembali, sambil memukul-mukul stir.

Terpopuler

Comments

Tri Dikman

Tri Dikman

Baru sampai sini ,,,,aaahhh makin penasaran
Semanggat up nya thor

2023-06-08

0

lihat semua
Episodes
1 The Lovers - 01
2 The Lovers - 02
3 The Lovers - 03
4 The Lovers - 04
5 The Lovers - 05
6 The Lovers - 06
7 The Lovers - 07
8 The Lovers - 08
9 The Lovers - 09
10 The Lovers - 10
11 The Lovers - 11
12 The Lovers - 12
13 The Lovers - 13
14 The Lovers - 14
15 The Lovers - 15
16 The Lovers - 16
17 The Lovers - 17
18 The Lovers - 18
19 The Lovers - 19
20 The Lovers - 20
21 The Lovers - 21
22 The Lovers - 22
23 The Lovers - 23
24 The Lovers - 24
25 The Lovers - 25
26 The Lovers - 26
27 The Lovers - 27
28 The Lovers - 28
29 The Lovers - 29
30 The Lovers - 30
31 The Lovers - 31
32 The Lovers - 32
33 The Lovers - 33
34 The Lovers - 34
35 The Lovers - 35
36 The Lovers - 36
37 The Lovers - 37
38 The Lovers - 38
39 The Lovers - 39
40 The Lovers - 40
41 The Lovers - 41
42 The Lovers - 42
43 The Lovers - 43
44 The Lovers - 44
45 The Lovers - 45
46 The Lovers - 46
47 The Lovers - 47
48 The Lovers - 48
49 The Lovers - 49
50 The Lovers - 50
51 The Lovers - 51
52 The Lovers - 52
53 The Lovers - 53
54 The Lovers - 54
55 The Lovers - 55
56 The Lovers - 56
57 The Lovers - 57
58 The Lovers - 58
59 The Lovers - 59
60 The Lovers - 60
61 The Lovers - 61
62 The Lovers - 62
63 The Lovers - 63
64 The Lovers - 64
65 The Lovers - 65
66 The Lovers - 66
67 The Lovers - 67
68 The Lovers - 68
69 The Lovers - 69
70 The Lovers - 70
71 The Lovers - 71
72 The Lovers - 72
73 The Lovers - 73
74 The Lovers - 74
75 The Lovers - 75
76 The Lovers - 76
77 The Lovers - 77
78 The Lovers - 78
79 The Lovers - 79
80 The Lovers - 80
81 The Lovers - 81
82 The Lovers - 82
83 The Lovers - 83
84 The Lovers - 84
85 The Lovers - 85
86 The Lovers - 86
87 The Lovers - 87
88 The Lovers - 88
89 The Lovers - 89
90 The Lovers - 90
91 The Lovers - 91
92 Extra Part I
93 Extra Part II
94 Info
Episodes

Updated 94 Episodes

1
The Lovers - 01
2
The Lovers - 02
3
The Lovers - 03
4
The Lovers - 04
5
The Lovers - 05
6
The Lovers - 06
7
The Lovers - 07
8
The Lovers - 08
9
The Lovers - 09
10
The Lovers - 10
11
The Lovers - 11
12
The Lovers - 12
13
The Lovers - 13
14
The Lovers - 14
15
The Lovers - 15
16
The Lovers - 16
17
The Lovers - 17
18
The Lovers - 18
19
The Lovers - 19
20
The Lovers - 20
21
The Lovers - 21
22
The Lovers - 22
23
The Lovers - 23
24
The Lovers - 24
25
The Lovers - 25
26
The Lovers - 26
27
The Lovers - 27
28
The Lovers - 28
29
The Lovers - 29
30
The Lovers - 30
31
The Lovers - 31
32
The Lovers - 32
33
The Lovers - 33
34
The Lovers - 34
35
The Lovers - 35
36
The Lovers - 36
37
The Lovers - 37
38
The Lovers - 38
39
The Lovers - 39
40
The Lovers - 40
41
The Lovers - 41
42
The Lovers - 42
43
The Lovers - 43
44
The Lovers - 44
45
The Lovers - 45
46
The Lovers - 46
47
The Lovers - 47
48
The Lovers - 48
49
The Lovers - 49
50
The Lovers - 50
51
The Lovers - 51
52
The Lovers - 52
53
The Lovers - 53
54
The Lovers - 54
55
The Lovers - 55
56
The Lovers - 56
57
The Lovers - 57
58
The Lovers - 58
59
The Lovers - 59
60
The Lovers - 60
61
The Lovers - 61
62
The Lovers - 62
63
The Lovers - 63
64
The Lovers - 64
65
The Lovers - 65
66
The Lovers - 66
67
The Lovers - 67
68
The Lovers - 68
69
The Lovers - 69
70
The Lovers - 70
71
The Lovers - 71
72
The Lovers - 72
73
The Lovers - 73
74
The Lovers - 74
75
The Lovers - 75
76
The Lovers - 76
77
The Lovers - 77
78
The Lovers - 78
79
The Lovers - 79
80
The Lovers - 80
81
The Lovers - 81
82
The Lovers - 82
83
The Lovers - 83
84
The Lovers - 84
85
The Lovers - 85
86
The Lovers - 86
87
The Lovers - 87
88
The Lovers - 88
89
The Lovers - 89
90
The Lovers - 90
91
The Lovers - 91
92
Extra Part I
93
Extra Part II
94
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!