Marquee Club, Manhattan, NYC.
Ruang eksekutif yang tadinya menjadi ajang adu tinju dan percobaan pemerkosaan sudah tenang.
Sofa-sofa panjang yang saling berhadapan sudah penuh menampung orang-orang yang memasang ekspresi wajah berbeda.
Keheningan masih terjadi di antara mereka. Hanya suara dentuman musik disc joke yang terus menggema. Masih belum ada yang berniat membuka mulut.
"Pukul tiga dini hari." gertak Blake tanpa menatap hal lain selain jacob&co yang melingkar mewah di pergelangan tangan kanannya.
Arah pandang putra pertama mentri perdagangan dan juga CEO dari salah satu perusahan tekstil terbesar mendunia -Kn&Ox incorm- itu tampak belum tertarik pada apapun selain jam yang melingkari pergelangan tangannya.
Regina, Dante, Logan dan Keleigh terus diam, tanpa berniat untuk menjelaskan. Menurut pengalaman mereka, lebih baik diam dari pada salah berbicara. Apa lagi yang mereka hadapi adalah para CEO dengan taring tersembunyi. Tapi, pemikiran mereka tidak sama dengan musuh utama mereka malam ini.
"J*lang kecil itu yang memulai."
"Language, Hayley." peringat Dominic dengan tenang. Pria yang sudah menduduki perusahaan keluarganya itu hanya sepintas melirik wajah babak belur Dante. CEO dari perusahaan dunia hiburan -Sharman Entertaimend Group- itu terlihat sangat tenang untuk ukuran pria yang baru saja melihat adiknya terkapar babak belur di atas lantai.
"Dia memang j*lang, Dom! Kenapa kau memihaknya, hah!!" Teriak Hayley dengan keras. Ia terlihat penuh amarah hingga wajahnya sudah berubah merah.
Belum cukup melepaskan kekesalannya, Hayley menunjuk Blake yang hanya terus menatap jam tangan super mahalnya, "dan kau s*alan! Kau mengacaukan urusanku."
"Urusanmu?" ulang seseorang yang menjabat sebagai CEO perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan -DOV Corp-, yang tidak ikut duduk di sofa. Pria yang terus berdiri menghadap kaca yang menampakkan pemandangan dance floor itu terus memegangi gelas vodka-nya tanpa menoleh.
Uuhh ... Darah Keleigh berdesir saat suara itu ikut ambil bagian. Bisa-bisanya di saat mencekam seperti itu ia malah sedang terpesona.
Hayle mendengus kesal, "kau tidak usah ikut campur, Tristan."
Semua kembali diam. Hingga suara Blake kembali terdengar, "Logan?"
Cukup dengan menyebutkan namanya, Logan tahu jika itu adalah sebuah ancaman tapi, Logan tidak akan membuka mulut. Selain karena ia tidak berniat, alasan utamannya karena ia juga tidak ada di tempat kejadian saat Keleigh dan Hayley adu jambak. Ia tidak terlalu paham cerita.
"Masih tidak ada yang ingin menjelaskan masalahnya?" Blake mengulangi gertakannya yang sekarang sudah terasa seperti ancaman.
"Keleigh?" Blake menegur dengan suara melembut. Sangat berbeda dengan suaranya tadi.
Keleigh melirik ke kanan dan kiri tempat sahabat-sahabatnya duduk, tetap tidak menjawab bahkan langsung melipat bibir ke dalam.
Dengusan Hayle kembali terdengar, "pengecut." ejeknya sambil menunjukkan senyum penuh kemenangan ke arah Keleigh.
Dominic merogoh saku. Mengambil kotak nikotin. Dan mulai menghidupkan satu batang, lantas melempar kotak nikotin berserta zippo ke atas meja. "Kami bisa menunggu bahkan jika harus berhari-hari di sini," menghembuskan asap ke udara, Dominic melanjutkan, "hingga kalian membuka mulut."
Pergerakan Blake yang juga sudah mengambil kotak nikotin dan zippo menandakan jika ia sudah setuju dengan Dominic.
Ancaman tidak kasat mata itu membuat Logan mulai gelisah. Dante mulai menggerak-gerakkan kaki tidak tenang. Regina *******-***** gugup kedua tangannya. Dan hanya Keleigh yang tetap masih bisa tenang. Hingga suara Tristan ikut ambil bagian.
"Sepertinya kalian belum mengabari Kenneth, Blake."
Sial! Sial! Sial!
Ancaman tidak langsung Tristan membuat kepala Keleigh berdenyut kesal dengan hati yang masih tetap saja terpesona.
Demi Tuhan. Jika Keleigh harus mengurutkan daftar nama orang-orang yang di takutinya, maka nama Kenneth-lah yang akan tertera paling atas.
Blake dan Domnic menyeringai b*jingan. Kenapa dari tadi mereka tidak memikirkan itu? Lantas menoleh pada Keleigh.
"Apa lebih baik jika aku minta Kenneth untuk menjemputmu, sweetheart?" Tanya Dominic lembut tapi mengandung makna tajam.
"Fine!!" Keleigh menyerah.
Dominic mengulum senyum. Blake menghisap kuat-kuat batang nikotin untuk menahan senyum. Sedangkan pria penuh pesona bagi Keleigh hanya diam sambil memutar-mutar gelas di tangan.
"Aku akan mulai dari awal." Ucap Keleigh pasrah.
Sebelum melanjutkan ia melirik Hayley yang duduk pongah memindahkan satu sakitnya untuk di tumpuk. Menunjukkan potongan gaunnya yang sampai hingga ke pangkal paha.
Blaaah! Tubuh model memang beda. Meski berat, tapi Keleigh tidak menampik fakta itu. Tubuh sexy itu mengingatkannya pada Keyla.
"Awalnya aku tidak sengaja menabrak pria yang wanita itu katakan sebagai kekasihnya." Keleigh sudah memulai penjelasan dengan enggan menyebut nama Hayley.
Hayley yang mendengar itu hanya bisa mendengus tidak terima. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena ia bahkan menyebut Keleigh dengan sebutan j*lang kecil.
"Aku sudah minta maaf, tapi dengan kurang ajarnya pria s*alan itu mencoba menyentuhku. Bahkan mengajakku untuk memesan satu kamar di sini." Lanjut Keleigh dengan kesal.
"Kau tidak punya kaca?" sindir Hayley.
Dengan santai Keleigh mengibaskan rambut pirang aslinya, lantas menarik separuh bibir ke atas sambil menatap Hayley dengan tatapan merendahkan, "well ... Fakta memang menyakitkan. Bahkan seorang model Victoria Secret dapat ku kalahkan hanya dengan sekali kibasan rambut."
"Kau-"
"Stop, Hayley." Blake memotong ucapan Hayley dengan tenang. Seolah serangan Keleigh bukanlah sesuatu yang berat. Padahal, perkataan itu sudah cukup untuk menggores harga diri seorang model Victoria Secret.
Seperti yang Keleigh katakan, jika fakta memang menyakitkan.
"Lanjutkan, Ke." Pinta Dominic dengan suara tenang.
"Aku menendang b*jingan menjijikkan itu." Keleigh melanjutkan dengan santai terkesan tanpa beban.
Hampir membuat Blake dan Dominic tergelak tawa. Tapi mereka terlalu mahir untuk menyembunyikan emosi.
Keleigh melanjutkan, "dan tiba-tiba entah datang dari mana wanita itu mendorongku. Dan yaah ... Tentu saja aku yang terkejut langsung mengumpatinya."
"Kau menghinaku, j*lang. Bukan hanya mengumpatiku." Sanggah Hayley tidak terima. Hanya mengumpat katanya? Ia tidak terima karena Keleigh jelas berbohong.
Mengedipkan kedua bahu dengan acuh Keleigh membalas, "kan aku tidak tahu jika kau kekasih pria menjijikan itu, aku pikir kau pel*cur yang tidak ingin kehilangan pelanggan."
"Brengsek!!!" Hampir saja Hayley berhasil meraih gelas yang ada di atas meja jika saja tangannya tidak di tahan seseorang.
"Hentikan, Hay. Kau hanya semakin mempermalukan dirimu sendiri." Tegasnya dengan wajah datar yang sangat indah di mata Keleigh.
"Jangan ikut campur, Tristan. Kau adalah orang yang paling tidak ada hubungannya dengan masalah ini! F*ck off!!"
Menarik tangan dengan kasar, Hayley menatap Tristan berapi-api, "tahu posisimu, Donovan. Kau bukan siapa-siapa di sini!!"
Raut wajah tampan dengan pahatan adonis itu masih datar tanpa ekspresi. Tapi ia menatap Hayley dengan tatapan tajam dan dominan yang sangat jelas, "apapun yang berhubungan dengan Hamilton juga berhubungan denganku, jika kau lupa, Ms King."
Hayley mengeram kesal, "Kau-"
"Dan itu tidak hanya berlaku hanya untukku." potong Tristan tanpa menahan-nahan lagi.
Benar. Kenapa sedari tadi Hayley tidak juga sadar jika semua yang ada di sana berhubungan. Ia pikir karena Tristan, Blake dan Dominic adalah temannya maka mereka akan ada di pihak yang sama?
Belum tentu. Ini tidak se-simple itu. Karena ini tidak hanya menyangkut pertemanan saja. Tapi juga menyangkut persaudaraan sedarah, aliansi, dan yang terpenting adalah bisnis.
Hayley sekarang baru menyadari jika ia terlalu naif. Lantas melirik Dominic yang dengan santai mengadahkan kepala sambil menghembuskan panjang-panjang asap nikotin.
Lalu menatap Blake yang kembali menatapi jam tangan super mahalnya sambil sesekali menghisap nikotin. Dua pria itu terlihat santai dan seolah tidak mendengar ucapan Tristan. Tapi, ketenangan itu mulai membuat Hayley merasa terpojok.
Dan yang terakhir Tristan, pria itu yang paling tenang, tapi tidak akan mungkin bisa tetap setenang itu jika Keleigh benar-benar menyelesaikan ceritanya. Hayley yakin dengan itu.
Belum lagi kenyataan jika dia secara tidak langsung hampir melecehkan putri dari penjabat pajak negara ini, putri satu-satunya keluarga Ramsdale, Regina Ramsdale.
Yang terakhir, ini adalah yang ter-fatal dan bodohnya baru bisa Hayley pahami. Jika Keleigh Hamilton adalah putri kesayangan keluarga itu. Sekali saja Keleigh mengadu pada Bennedict Hamilton ayahnya, maka saat itu juga Hayley yakin jika ayahnya sendiri akan langsung memanggilnya ke ruang kerja pribadi kediaman mereka.
Ini buruk. Dan dengan bodohnya ia baru menyadari semua hanya dengan sedikit ucapan Tristan.
Pergerakan Tristan mengalihkan lamunan Hayley. Pria itu kembali menuju ke dinding kaca ruangan. Membuat Hayle mulai merasa ... Gugup?
Keleigh yang semakin menumpuk gunungan rasa terpesonannya tanpa sadar terus menoleh ke arah Tristan. Membuatnya di hadiahi senggolan dari Dante, dan bisikan dari Regina, "kau hampir meneteskan liurmu bodoh." cibir Regina yang bisa di dengar jelas oleh Dante dan Logan. Membuat mereka hampir tergelak.
"Ada apa?" tanya Blake saat ke-empat pembuat masalah itu mulai gelisah karena menahan tawa.
"Tidak ada." jawab Keleigh cepat.
"Iya. Jangan hiraukan kami, Blake." Logan ikut menjawab.
"Jadi, apa aku harus tetap melanjutkan?" Keleigh bertanya bukan kepada Dominic ataupun Blake. Karena tidak perlu banyak berpikir, cara duduk Heyley yang berubah gusar sudah menunjukkan kemenangannya.
"Entahlah ...." Blake menjawab pongah.
"Bagaimana, Hayley?" Dominic menimpali dengan pertanyaan jelas pada yang tertuju. Membuat Hayley terjepit terpojok ... Sendirian.
"Tidak perlu," jawab Hayley cepat.
"Ohh benarkah?" pancing Keleigh. Gadis yang sudah merasakan kemangan itu benar-benar merasa sudah di atas angin.
Hayley mengeram kesal, tapi tidak mampu untuk melawan. Setidaknya untuk sekarang. Lantas dengan pasrah ia mencoba mengakhiri, "baiklah. Ini hanya salah paham dan keadaan mabuk membuat kita jadi tidak terkontrol."
"Tapi kingkong-kingkong yang mencoba untuk mencium dan menyobek gaunku tadi, seribu persen dalam keadaan sadar." setelah sekian lama diam, Regina akhirnya ikut berbicara.
Ohh ayolah ... Regina tidak akan membuat ini mudah. Ia juga sudah melihat garis kemenangan, dan ia akan tunjukkan dengan siapa wanita itu mencari masalah.
Kembali mengeram kesal, Hayley menatap Regina dengan tajam, "tapi tidak terjadi apapun padamu-kan, sialan?!"
"Tapi itu tetap tindakan kriminal." protes Dante tidak terima. Enak saja wanita itu mengatakan tidak terjadi apapun. Mari lupakan saja bagian babak belurnya tapi, ingatan tentang bagaimana takut saat ia melihat Regina di lecehkan masih terekam jelas. Bahkan mengingat kembali saja membuatnya ingin sekali menggunduli rambut pirang palsu Heyley.
"Jadi apa mau kalian, hah?!!"
"Reka ulang." jawaban cepat Keleigh membuat semua orang menoleh padanya. Bahkan ketenangan Tristan-pun ikut terganggu. Ia menoleh, menatap Keleigh penuh tanda tanya.
Dengan susah payah akibat dari botox, alis cantik Hayley mengerut, "apa maksutmu?." Tanyanya dengan bingung.
Mengedipkan bahu acuh, Keleigh melipat kedua tangan di depan dada sambil menatap Hayley dengan penuh hinaan, "kau bodoh ya? Kau tidak ngerti apa itu reka ulang?"
Damn! Regina langsung menutup mulut agar tidak tergelak. Sedangkan Dante dan Logan hanya bisa mengulum senyum.
Tidak jauh berbeda dengan kedua CEO di depan mereka, yang barus memakai pendidikan keras mereka untuk mengatur emosi sebagai seorang pewaris, agar tidak mudah menunjukkan senyum apa lagi tawa.
Hayley bungkam tidak bisa berkata-kata lagi. Antara karena sudah terlalu kesal atau menahan keinginan agar tidak menampar wajah Keleigh.
"Kau ingin mengulang kejadian tadi, Ke?" Blake bertanya untuk mengetahui maksut dari gadis manis yang tidak ada manis-manisnya sama sekali jika kau sudah mengenal Keleigh dengan baik.
"Yap. Aku ingin mengulang kejadian tadi. Secara lengkap." jawab Keleigh yakin dengan bibir tersenyum lebar menunjukkan dengan cantik kedua dimple-nya.
Tahu jika Blake akan kembali berbicara, Keleigh langsung menyalip dengan cepat, "bagian pelecehan yang akan di perankan langsung oleh dia." tujuknya dengan mengedipkan dagu ke arah Hayley.
"Aku setuju." Regina ikut dalam permainan yang di buat Keleigh.
"Apa maksutmu hah! Kau ingin membalas dengan melecehkanku?!" Teriak Hayley murka. Cukup! Ia tidak peduli lagi dengan apapun. Bocah-bocah dewasa baru itu sudah menguras habis kesabarannya.
"Melecehkan? Kan tadi tidak terjadi apapun pada teman kami, Ms King." Dante, sudah ikut dalam permainan.
"Well ... Bukankah ini hanya reka ulang, Mr King. Kenapa mesti takut dengan hal yang tidak terjadi?" Logan juga sudah ikut dalam permainan.
Baru saja Keleigh akan membuka mulut, Hayley tiba-tiba bangkit berdiri. Membuat mulutnya kembali mengatup sambil memasang tingkat kewaspadaan tinggi. Ia siap, jika harus kembali saling jambak dengan si pirang palsu itu.
Tapi, hal mengejutkan dan membingungkan terjadi. Hayley dengan raut wajah murka melangkah menuju pintu ruangan. Membuka pintu tanpa menoleh lagi, dan ... Menutup pintu dengan batingan kuat.
"Oh Tuhan! Aku terkejut." ujar Keleigh dramatis sambil memegangi dadanya dengan tidak kalah dramatis.
Akhirnya, suara gelak tawa di dalam ruangan itu terdengar ....
Dante tergelak sambil sesekali meringis. Regina tergelak kuat seperti baru saja tidak mengalami hal mengerikan. Sedangkan Logan mencoba untuk tidak membuka mulut dengan lebar karena kedua sudut bibirnya sangat sakit jika bergerak.
Dominic terkekeh. Blake menggeleng-gelengkan kepala dengan pasrah, lantas mengingatkan, "kalian ini sudah dua puluh tahun."
"Baru dua puluh tahun, Blake." sanggah Keleigh dengan nada geli.
"Sudahlah. Kau tidak akan menang, Blake." Saran Dominic sambil menepuk-nepuk sebelah bahu Blake.
Di tengah-tengah gelak tawa, single sofa kosong milik Hayley tiba-tiba di isi. Membuat Keleigh yang sedang terkekeh geli langsung mematung. Tristan, menduduki sofa itu sambil meletakkan gelas kosong ke atas meja.
"Kalian tidak apa-apa?" Tanya Tristan sambil menuangkan sisa cairan dari botol vodka kesukaan Dante dan Logan. Tanpa menatap.
"Iya. Kami baik-baik saja. Terimakasih, Tristan." Keleigh menjawab cepat dengan gestur malu-malu. Bahkan sambil menyelipkan kedua rambut ke belakang telinga.
Padahal, jika di telaah dengan saksama, pertanyaan itu bukan tertuju untuknya. Di antara mereka berempat, Keleigh-lah yang memang paling baik-baik saja. Tapi Tristan tetap mengangguk, tidak ingin ambil pusing.
Keleigh masih dengan gestur malu-malunya. Ia bahkan mengatur cara duduknya agar bisa terlihat anggun. Senyum tipis masih mencetak bibirnya. Hingga senyum itu lenyap saat Regina berbisik, "kau terlihat menggelikan, baby."
Pukulan keras mendarat di atas paha Regina. Keleigh memukul dengan kesal dan juga malu. Sial! Apa benar ia terlihat memalukan?
"Alright, guys. Ini sudah hampir pagi. Sebaiknya kalian pulang." Perintah Blake sambil melihat jam tangan super mahalnya.
"Pulang?" ulang Keleigh. Ada nada tidak terima di dalam ucapannya.
"Iya pulang. Tempat ini juga sebentar lagi akan tutup." Jawab Blake tegas.
Keleigh mengerucutkan bibir sebal. Ia memutar otak dengan keras agar moment berbunga-bunganya tidak cepat selesai.
"Aku tidak bisa mengantar." Ujar Logan dengan serius.
"Hah? Mana bisa, Lo. Jika kau tidak mengembalikan Keleigh seperti aturan dia bisa dalam masalah." Protes Dante. Ia sangat tahu benar jika Logan tidak mengantarkan Keleigh kembali, bisa-bisa seluruh kejadian hari ini akan terbongkar dan bukan hanya Keleigh yang bisa dalam masalah, ia juga bisa-bisa ikut terseret.
Kembali Dante akan melayangkan protes, injakan di kakinya membuat ia langsung menelan protes. Regina menegurnya agar diam.
"Logan benar. Jika saat mengantar Keleigh Mr Hamilton menemukan bentuk wajah itu-" Ragina menunjuk wajah Logan yang mulai membengkak, "maka sama saja mencari cela untuk masalah."
Aahh ya, Dante lupa jika wajah mereka berdua sekarang sedang babak belur.
Dominic membuang nafas panjang mendengar penjelasan Regina. Gadis itu benar. Dan jika Bennedict tahu putri kesayangannya mengalami insiden berbahaya yang ternyata pelakunya adalah temannya bahkan, di tempat yang sama dengannya, maka masalah bisa menyebar ke semua orang. Tidak hanya ia tapi juga Blake, Tristan, terlebih Hayley.
"Aku sebentar lagi harus kembali ke London. Jet-ku sudah siap." ungkap Blake sambil menatap jam super mahalnya. Menjelaskan jika ia tidak bisa mengantar.
"Aku juga harus kembali ke Kanada dengan penerbangan pertama." Dominic ikut menjelaskan jika ia tidak bisa mengantar.
Mereka bedua benar-benar tidak bisa, bukan tidak bersedia. Karena jika mereka mengantar, saat kembali dari pagi hari dari kediaman Hamilton untuk menuju bandara, jejalanan New York pasti akan mulai ramai dan yang terburuk mereka bisa terjebak macet.
Sebenarnya Keleigh tidak khawatir sama sekali. Ia yakin jika ayah dan ibunya pasti masih tidur saat ia pulang. Ia juga bisa saja mengelabui penjaga gerbang.
Hayolaaah ... Ada yang namanya masker di dunia ini. Lagi pula saat ia sampai gerbang mansion keadaan langit pasti masih gelap. Ia yakin jika bengkak-bengkak di wajah Logan yang belum berubah warna tidak akan terlihat jelas. Ini bukan hal baru. Sudah pernah empat atau lima kali ia dan Logan melakukan ini.
Tapi karena yakin Regina punya maksut, Keleigh hanya mengikuti kemana sahabatnya itu akan membawanya masalah antar mengantar ini.
"Ku rasa aku bisa." Tutup Tristan sambil menatap cartier limited edition yang melingkar elegant di pergelangan tangan kirinya.
Demi Tuhan. Sekarang Keleigh benar-benar ingin memeluk Regina sambil bersorak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Kaarimba
kok bisa bikin cerita menarik gini Thor?
2023-07-22
0
Tri Dikman
Jangan lupa mampir tempatku ya dom 🤭
2023-06-08
0