The Lovers - 08

St. Andreas Orphanege, California, USA.

"Sayang. Mereka adalah Mr dan Mrs Hamilton yang akan menjadi orangtuamu. Mereka akan yang akan menjadi keluargamu."

Dari belakang tubuh, Keyla mengintip malu-malu pasangan yang sedang menatapnya dengan senyum ramah. Meski sekilas wajah mereka terlihat ramah dan baik, Keyla masih tetap belum berani hanya untuk sekedar menunjukkan wajah.

"Ayo sekarang sapa mereka," kali ini, Suster Margareth sedikit menggeser tubuhnya yang terus di jadikan pelindung oleh Keyla kecil, "ayo nak." Pintanya kembali setelah benar-benar menggeser tubuh. Membuat Keyla jadi tidak punya lagi tempat untuk bersembunyi. Dan mau tidak mau harus menghadapi calon orangtuanya.

"Halo Keyla ...."

Suara wanita cantik yang menyapa membuat Keyla menundukkan kepala karena malu dan sedikit takut. Wanita yang terlihat baik dengan senyum anggun itu membuat Keyla melirik ke arah Suster Margareth, dan di hadiahi dengan anggukan singkat. Suster Margareth kembali meyakinkan dan memberikan semangat dari anggukannya.

Keyakinan dan dorongan semangat yang di berikan dari Suster kesayanganya berhasil menghentikan jari-jari Keyla yang terus memilin ujung kaus. Meski masih malu, akhirnya Keyla mengangkat wajah, dan menatap pasangan calon orangtuanya.

Mereka berdua indah. Mereka berdua adalah impian Keyla. Mereka berdua adalah masa depan Keyla. Dan mereka berdua akan menjadi ... orangtuanya, impian Keyla yang mendamba untuk memiliki keluarga.

"Keyla ...," Tegur Suster Margareth, saat Keyla hanya terpaku menatap kedua calon orangtuanya. Tapi arah pandang Keyla masih tetap bergeming. Terus menatap mereka dengan mulut sedikit terbuka.

Pasangan suami istri itu tersenyum, lantas saling menoleh untuk berkomunikasi dari senyuman dan tatapan mereka. Calon putri mereka sangat cantik dan menggemaskan, hingga sang calon ibu Keyla, harus meremas kuat lengan suaminya karena merasa gemas.

"H-halo ...," Membalas sapaan dengan terbata, Keyla menatap tangan cantik calon ibunya yang ter-ulur, "sa-saya Keyla." Sambungnya masih dengan terbata, sambil menyambut uluran tangan yang terasa hangat dan halus saat menggenggam lembut telapak tangan kecilnya.

Calon ibu Keyla tersenyum cantik, cantik sekali. Kedua bola mata berwarna amber indah yang belum pernah Keyla lihat itu berbinar indah, "halo Keyla. Aku Donna, jangan takut ya." Tuturnya lembut dan anggun."

Menggigit bibir dengan malu, Keyla bisa merasakan wajahnya yang memanas. Gantian, setelah Donna melepas genggamam tangan Kayla, tangan calon ayahnya ter-ulur, "Halo nak, aku Bennedict." Ucap calon ayahnya dengan senyum hangat dan penuh wibawa. Suara berat itu pun terasa sangat menenangkan di telinga Keyla, seolah bisa menawarkan perlindungan untuknya.

Keyla kembali melirik Suster Margareth yang tersenyum lebar hingga menimbulkan kerutan di bawah matanya. Suster kesayangannya itu memang sudah tidak muda lagi, dan Keyla yang berusia enam tahun sedikit takut dengan fakta itu.

"Maaf sebelumnya Suster Margareth. Kira-kira kapan kami sudah bisa membawa Keyla?" Donna bertanya seperti tidak sabaran.

"Sayang, jangan terburu-buru." Tegur Bennedict bijak. Karena ia bisa melihat gelagat Keyla yang masih jauh dari kata nyaman di pertemuan pertama mereka sekarang. Karena itu, ia tidak ingin terburu-buru apa lagi memaksa calon putri adopsinya. Jika memang mereka butuh waktu untuk pengenalan, maka Bennedict akan menjalani selama yang di butuhkan, memberikan waktu yang di butuhkan sesuai prosedur. Tapi yang paling penting adalah Keyla, ia ingin calon putrinya bisa merasa nyaman dan suka saat bersama mereka untuk nanti dan selamanya.

Donna meringis saat menyadari kesalahannya, lantas kembali menatap Keyla yang sudah kembali menunduk sambil memilin-milin ujung kaus, "Keyla sayang."

Panggilan Donna, membuat Keyla menanikkan sedikit wajah. Tidak berani menatap langsung, ia hanya mengintip dari bulu-bulu matanya yang lebat.

"Apakah kau suka dengan boneka?" Tanya Donna menahan gemas. Demi apapun, Donna sudah jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis kecil bersurai pekat itu.

Kepala Keyla mengagguk kecil dengan wajah yang masih menunduk. Lantas, untuk yang kesekian kalinya ia melirik Suster Margareth.

"Ke ...," Tegur Suster Margareth karena anak itu hanya menjawab dengan anggukan yang mungkin saja tidak bisa di lihat orang lain.

"I-iya. Aku suka." Keyla akhirnya menjawab.

Donna tersenyum dan kembali mencengkam lengan Bennedict. Sedangkan Bennedict hanya bisa menahan ringisan. Ia tahu jika istrinya itu pasti sangat gemas, sama seperti ia yang merasa jika Keyla sangatlah cantik dan menggemaskan.

"Baiklah," Donna menoleh ke belakang. Di belakangnya ada seorang pria tegap bertubuh besar. "Josh, tolong ambilkan paper bag yang ada di dashboard ya." Pintanya dengan anggun dengan suara yang lembut.

Josh yang di perintahkan langsung menjawab paham. "Baik, ma'am."

Kembali dengan bibir yang tersenyum, suster Margareth kembali mendekat pada Keyla. Mengusap surai hitam pekat anak itu sambil menatap pasangan calon orang tua Keyla, "Mr dan Mrs Hamilton, mari masuk ke dalam," ajaknya dengan sopan. "Mari kita berbincang di dalam." Pintanya dengan sopan.

"Oh baiklah ...," Donna melirik ke belakang saat suara alarm suv mereka terdengar. Josh sudah datang.

Sambil menuntun langkah calon orang tua Keyla untuk menuju ke pintu panti asuhan, sebelah tangannya terus di genggam lembut oleh tangan kecil Keyla. Suster Margareth menoleh pada Keyla, lantas berbisik kecil, "jangan takut dan malu, Ke. Kau lihat kan? Mereka orang-orang baik."

Keyla mendongak dengan bibir mengerucut, "iya Suster Marga. Tapi aku tetap saja malu."

Bisikan pelan Keyla membuatnya mendapatkan usapan lembut di tangan mereka yang saling menggenggam, "tidak apa-apa sayang." Bisik Suster Margareth. "Aku akan selalu menemanimu."

Keyla mengangguk lega.

***

"Jadi Keyla sudah berada di kelas berapa?"

Donna bertanya saat mereka sudah duduk berhadap-hadapan di ruang tunggu panti asuhan. Ia menahan diri sekuat tenaga agar tidak langsung mengusap sudut bibir Keyla yang menyisakan sedikit remahan kookies.

Ia harus sabar dan tidak boleh terburu-buru atau, calon putrinya akan merasa malu dan bahkan yang terburuk, akan menjadi takut. Karena seperti informasi yang mereka dapatkan jika Keyla termasuk gadis kecil pemalu dan sedikit sulit untuk di dekati.

Menelan dengan cepat kookies yang masih di kunyahnya, Keyla menjawab, "kelas dua, ma'am."

Donna terkekeh, sedangkan Bennedict mengulum senyum. Mereka tahu jika Keyla belum selesai mengunyah tapi memaksakan diri agar bisa menjawab pertanyaan.

Bukankah itu sangat mengemaskan?

"Kau suka dengan kookiesnya?" Kali ini Bennedict yang bertanya. Ia juga ingin mencoba mendekatkan diri.

Keyla mengangguk dengan kedua tangan yang sudah kembali memegang kookies besar. "Iya. Ini sangat enak."

"Benar-kan enak. Aku juga sangat menyukai kookies itu. Itu kookies kesukaan-ku." Ujar Bennedict seolah bangga.

"Benarkah? Anda membeli ini di mana, sir?"

"Oohh ... Aku tidak membelinya," Bennedict menjedah untuk mengulum senyum, lantas menoleh ke samping, "itu buatan istriku."

Keyla mengejap. Kedua bola mata berwarna hazel-nya berbinar. Kembali menelan cepat kookies di mulutnya, langsung beralih menatap Donna, "anda yang membuat ini, ma'am?" ia melirik kedua tangan Donna yang terlihat cantik, dan juga tadi terasa sangat lembut saat mereka berjabat tangan, "anda membuatnya ... sendiri?" tanyanya kembali seolah ragu.

Oh Tuhan ... Tolong beri Donna kesabaran agar tidak langsung mencubit pipi bulat menggemaskan Keyla.

"Iya sweetheart. Kau suka ya? Jika mau aku akan membuatkan lagi khusus untukmu dan anak-anak yang lain."

"Apakah ... boleh ada juga untuk suster-suster di sini?" jawab Keyla setelah memohon.

Donna kembali terkekeh. Selain cantik dan menggemaskan, ternyata Keyla juga pintar dan baik hati. "Sure ... Aku nanti akan buat yang banyak," Donna melirik Suster Margareth yang tersenyum. "Sangat banyak." Sambungnya dengan nada dramatis dan bibir mengulum senyum.

Lantas, mereka semua langsung terkekeh. Sedangkan Keyla yang hanya bisa tersenyum dengan wajah memanas.

"Ahh aku hampir lupa Keyla," Donna memutar kepalanya ke belakang, "Josh ...," Ia memanggil Josh yang selalu setia membuntuti dan menjaga mereka bersama satu bodyguard lain.

Josh mengangguk paham. Langsung berjalan mendekati kursi kayu tua sederhana yang sedang menampung majikan billioner-nya. "Ini ma'am." Josh memberikan dengan gestur sopan sebuah paperbag besar yang terlihat penuh.

"Thanks, Josh." Setelah menerima paperbag ke dua yang sudah ia siapkan, Donna kembali memutar kepalanya dengan anggun. Lantas tersenyum hangat sambil mengulurkan paper bag pada Keyla, tepat setelah kookies di tangan anak itu habis, "ini sayang."

Sejenak, Keyla menatap paperbag yang sudah melayang di depannya, lantas langsung melirik Suster Margareth seolah bertanya.

Anggukan singkat dengan senyum yang tercetak di bibir Suster Margareth membuat Keyla dengan malu-malu menerima kembali pemberian dari Donna, setelah sebelumnya sudah menerima paperbag lain berisi kookies yang sekarang dan selamanya akan menjadi kookis kesukaan Keyla.

"Bukalah, Keyla." Bennedict meminta dengan bibir tersenyum. Ia bisa melihat gelagat Keyla yang terlihat sedang menahan diri ingin mengintip isi paper bag.

Keyla terlihat ragu. "Apa boleh?"

"Tentu saja Keyla. Itu milikmu. Istriku yang memilihnya dan semoga kau suka."

Jawaban Bennedict membuat Keyla yang memang penasaran langsung membuka penutup paperbag. Tanpa sadar kali ini, tidak ada lirikan ke arah Suster Margereth terlebih dahulu untuk bertanya dan minta di yakinkan.

Kedua mata Keyla berbinar, mulutnya menganga, dengan cepat langsung mengeluarkan benda lembut berwarna biru tua yang selalu ia idamkan.

"Ini stitch! Ini boneka stitch! Ini cantik sekali!" Keyla menatap Donna, "Terimakasih, ma'am," dan menatap Bennedict. "Terimakasih, sir."

Kebahagiaan Keyla yang tergambar jelas membuat Donna, Bennedict dan Margareth saling melirik dengan bibir mencetak senyum.

Mereka bahagia, jika Keyla bahagia. Dan berjanji, mulai saat ini dan selamanya akan selalu membahagiakan Keyla seperti darah daging mereka sendiri.

Bennedict dan Donna berjanji.

***

Dua puluh dua tahun, Keyla sudah masuk ke dalam kelurganya. Selama ini, Bennedict dan Donna sudah selalu berusaha memberikan kebahagian untuk Keyla.

Bahkan setelah satu tahun mengambil Keyla dari panti asuhan, Donna mendapatkan berkat yang selalu di idamkannya -mengandung- Bennedict dan Donna tidak pernah membedakan anak-anak mereka. Mereka semua sama, mereka semua adalah putra dan putri-putrinya. Bennedeict dan Donna memperlakukan Keyla seperti darah daging mereka sendiri.

Tapi kali ini ia gagal. Dan seumur hidup, Bennedict tidak pernah merasa segagal dan sejatuh ini.

"Dad ...."

Ketukan pintu di susul suara putra-nya, membuat Bennedict berhenti dari ingatan masa lalu. Lantas menjawab, "Masuk-lah, son."

Wajah Donna yang terlebih dahulu muncul. Lalu di susul Kenneth yang langsung menutup kembali pintu.

Melihat ayah-nya ya masih saja menatap dinding kaca yang menampakan langit malam tanpa bintang, Kenneth langsung mengambil tempat duduk. Sedangkan Donna mengikuti tempat suaminya masih berdiri.

"Sepertinya akan hujan," ujar Donna.

Mengangguk singkat, sebelah tangannya langsung merangkul mesra pinggang Donna, "iya. Langit sangat mendung." Bennedict menyetujui ucapan penilaian Donna.

Melirik dari pantulan dinding kaca, Bennedict bertanya, "ada janji keluar malam ini, son?"

Kenneth yang sedang membuka ponsel menggeleng, lantas menjawab sambil memasukkan kembali ponsel ke dalam saku. "Tidak ada, dad."

Satu alis Bennedict menukik dengan wajah yang masih berada di depan dinding kaca. "Kemana teman-teman mu?"

Menyandarkan punggung dengan nyaman, Kenneth menjawab. "Mereka tidak sedang berada di New York, dad."

Donna melirik Bennedict yang juga sudah meliriknya. Tidak biasanya Kenneth yang sudah beberapa hari pulang ke Manhattan belum juga bertemu teman-temannya.

Tapi mau bagaimana lagi. Teman-teman Kenneth adalah para CEO muda yang sibuk. Kenneth memang tidak pernah mempunyai teman yang se-usia dengannya. Blake, Domonic dan Tristan bukan pelajar lagi.

Sambil menggiring Donna untuk menuju sofa, Bennedict kembali bertanya, "bagaimana kantor?"

Dengan cepat Kenneth kembali menegakkan punggung. "Sejauh ini aku sudah mulai semakin mengerti, dad." jawab-nya dengan serius.

Memang setiap Kenneth kembali ke Manhattan setiap libur smester, ia yang akan memegang kantor dengan Bennedict yang akan memantau di balik layar dari ruang kerja kediamannya.

Mengambil posisi nyaman, Donna ikut bertanya pada Kenneth, "ada kesuliatan, sayang?"

"Tidak ada, mom." jawab Kenneth cepat, bahkan sangat cepat tanpa keraguan.

Donna tersenyum bangga. Putra mereka memang luar biasa.

"Bagus jika kau tidak mempunyai janji. Karena banyak yang akan aku bahas, memerlukan waktu yang cukup lama." ujar Bennedict.

Kenneth mengangguk. Ia sangat suka berdiskusi dengan ayah-nya tentang banyak hal, terlebih tentang masalah bisnis.

Sedari kecil, ayah-nya adalah sosok yang selalu menjadi teladan untuk Kenneth. Ia sangat mengagumi sosok ayah-nya.

"Bagaimana sekolah?" tanya Bennedict. Mereka memang belum sempat bercerita banyak hal setelah Kenneth kembali.

Menatap raut wajah ayah-nya yang terlihat santai, Kenneth menjawab santai. "Seperti biasa."

"Pekerjaan?" Donna menimpali.

"Lancar, mom."

Jawaban cepat dan santai Kenneth membuat Donna menatap putra-nya dengan lekat. Wajah putra-nya sangat mirip dengan-nya. Tidak seperti saudari kembar-nya yang meng-copy paste segala bentuk dirinya, Kenneth mewarisi sedikit tentang Bennedict.

Iris biru sebiru laut musim panas milik Bennedict. Postur tubuh tegap dan tinggi milik keluarga Hamilton. Dan rambut lurus brunette milik  Bennedict.

Donna tersenyum, ini adalah bukti jika ia memang melahirkan putra dan putri milik Bennedict. Karena dulu, saat ia di nyatakan akan sulit mendapat keturunan dan masalah ini bocor ke publik, kehamilan-nya selalu menjadi sorotan dan perbincangan, tidak hanya di kalangan pembisnis.

"Jangan terlalu keras, Ken. Tolong katakan pada ayah-mu jika kau menemukan kesulitan atau-pun kelelahan." Pinta Donna dengan lembut dan penuh perhatian.

Mengangguk singkat, Kenneth menjawab tanpa keraguan. "Jangan khawatir pada-ku, mom. Sejauh ini aku selalu bisa, dan yang terpenting aku suka dengan apa yang sedang ku jalani." kedua sudut bibir Kenneth melengkung tipis. "Aku yang meminta dan memilih, jadi mom jangan banyak berpikir. Aku selalu baik-baik saja, mom."

Bennedict dan Donna tahu jika Kenneth adalah anak cerdas yang menyukai tantangan. Sedari kecil putra mereka selalu menonjol. Mulai dari akademis dan di luar akademis, Kenneth selalu berkilau tanpa perlu sengaja menaiki panggung untuk menunjukkan diri. Keputusan yang selalu putra mereka ambil-pun selalu mengesankan.

Seperti saat Kenneth yang menolak untuk ikut olimpiade, padahal putra satu-satunya keluarga Hamilton itu sangat cocok untuk menjadi perwakilan sekolah atau-pun tingkat negara.

Alasan Kenneth yang tidak ingin ikut sederhana, karena ia ingin hanya fokus untuk menyelesaikan sekolah-nya secepat mungkin, tanpa gangguan dari ajang olimpiade yang pasti akan merepotkan menurut-nya.

Lalu pemilihan universitas. Alih-alih memilih universitas terbaik jurusan bisnis yang ada di negara-nya, Kenneth memilih BLS atau London Business School yang berada di Inggris, London.

Alasan-nya karena selain BLS adalah universitas bisnis terbaik di Inggris, program di sana juga sangat cocok dan sesuai dengan apa yang Kenneth cari. Analisa keuangan, analisis dan management, serta kepemimpinan dan strategi adalah hal dasar yang terlebih dahulu ingin Kenneth pelajari dan dalami untuk mendapatkan ilmu serta pembentukan karakter. Sisa-nya, akan ia dapatkan di S2, dan ia memilih Harvard sebagai garis finishing dan penyempurna.

Yang terakhir. Saat Kenneth mengatakan ingin terlebih dahulu mendalami karakter dan menganalisa tentang banyak hal dalam bisnis. Bennedict langsung memberikan tantangan yang juga dulu orang tua Bennedict berikan untuknya.

Selama di universitas menduduki jabatan rendah tanpa ada pengecualian di salah satu anak perusahaan-nya di London, adalah tantangan yang langsung di sambut gembira oleh Kenneth.

Dan sejauh ini, kilau Kenneth selalu menjalankan semua-nya tanpa kendala berarti.

Donna termenung sejenak saat Bennedict dan Kenneth sudah memulai pembahasan. Kenneth dan Keleigh seperti yin&yang, yang serupa tapi sangat berbeda.

Karakter mereka-pun sangat bertolak belakang. Jika Kenneth di berkati dengan kecerdasan dan juga hati yang 'sedkit' dingin, Keleigh adalah kebalikannya. Jika Kenneth semasa sekolah sering mendapatkan surat prestasi dalam akademis, maka Keleigh akan sering mendapatkan surat teguran karena kenakalan-nya. Jika Kenneth selalu mengambil keputusan dalam pemikiran yang matang, maka Keleigh akan mengambil keputusan yang selalu hampir membuat Donna mengelus dada karena terkejut.

Bibir Donna tersenyum, ia sangat di sayang Tuhan. Bahkan Tuhan menyempurnakan hidup-nya dengan kedatangan Keyla. Si penengah dalam banyak hal dari putra dan putri kembarnya.

Donna sangat menyayangi anak-anaknya. Tapi, hari ini, setelah tadi sempat menatap wajah Keyla setelah keluar dari ruang kerja Bennedict, ia tahu jika ia dan suami-nya sudah melanggar janji mereka.

Terpopuler

Comments

Kaarimba

Kaarimba

semoga Keyla tidak bertingkah

2023-07-22

0

Tri Dikman

Tri Dikman

O ternyata ,keyla anak angkat

2023-06-08

0

lihat semua
Episodes
1 The Lovers - 01
2 The Lovers - 02
3 The Lovers - 03
4 The Lovers - 04
5 The Lovers - 05
6 The Lovers - 06
7 The Lovers - 07
8 The Lovers - 08
9 The Lovers - 09
10 The Lovers - 10
11 The Lovers - 11
12 The Lovers - 12
13 The Lovers - 13
14 The Lovers - 14
15 The Lovers - 15
16 The Lovers - 16
17 The Lovers - 17
18 The Lovers - 18
19 The Lovers - 19
20 The Lovers - 20
21 The Lovers - 21
22 The Lovers - 22
23 The Lovers - 23
24 The Lovers - 24
25 The Lovers - 25
26 The Lovers - 26
27 The Lovers - 27
28 The Lovers - 28
29 The Lovers - 29
30 The Lovers - 30
31 The Lovers - 31
32 The Lovers - 32
33 The Lovers - 33
34 The Lovers - 34
35 The Lovers - 35
36 The Lovers - 36
37 The Lovers - 37
38 The Lovers - 38
39 The Lovers - 39
40 The Lovers - 40
41 The Lovers - 41
42 The Lovers - 42
43 The Lovers - 43
44 The Lovers - 44
45 The Lovers - 45
46 The Lovers - 46
47 The Lovers - 47
48 The Lovers - 48
49 The Lovers - 49
50 The Lovers - 50
51 The Lovers - 51
52 The Lovers - 52
53 The Lovers - 53
54 The Lovers - 54
55 The Lovers - 55
56 The Lovers - 56
57 The Lovers - 57
58 The Lovers - 58
59 The Lovers - 59
60 The Lovers - 60
61 The Lovers - 61
62 The Lovers - 62
63 The Lovers - 63
64 The Lovers - 64
65 The Lovers - 65
66 The Lovers - 66
67 The Lovers - 67
68 The Lovers - 68
69 The Lovers - 69
70 The Lovers - 70
71 The Lovers - 71
72 The Lovers - 72
73 The Lovers - 73
74 The Lovers - 74
75 The Lovers - 75
76 The Lovers - 76
77 The Lovers - 77
78 The Lovers - 78
79 The Lovers - 79
80 The Lovers - 80
81 The Lovers - 81
82 The Lovers - 82
83 The Lovers - 83
84 The Lovers - 84
85 The Lovers - 85
86 The Lovers - 86
87 The Lovers - 87
88 The Lovers - 88
89 The Lovers - 89
90 The Lovers - 90
91 The Lovers - 91
92 Extra Part I
93 Extra Part II
94 Info
Episodes

Updated 94 Episodes

1
The Lovers - 01
2
The Lovers - 02
3
The Lovers - 03
4
The Lovers - 04
5
The Lovers - 05
6
The Lovers - 06
7
The Lovers - 07
8
The Lovers - 08
9
The Lovers - 09
10
The Lovers - 10
11
The Lovers - 11
12
The Lovers - 12
13
The Lovers - 13
14
The Lovers - 14
15
The Lovers - 15
16
The Lovers - 16
17
The Lovers - 17
18
The Lovers - 18
19
The Lovers - 19
20
The Lovers - 20
21
The Lovers - 21
22
The Lovers - 22
23
The Lovers - 23
24
The Lovers - 24
25
The Lovers - 25
26
The Lovers - 26
27
The Lovers - 27
28
The Lovers - 28
29
The Lovers - 29
30
The Lovers - 30
31
The Lovers - 31
32
The Lovers - 32
33
The Lovers - 33
34
The Lovers - 34
35
The Lovers - 35
36
The Lovers - 36
37
The Lovers - 37
38
The Lovers - 38
39
The Lovers - 39
40
The Lovers - 40
41
The Lovers - 41
42
The Lovers - 42
43
The Lovers - 43
44
The Lovers - 44
45
The Lovers - 45
46
The Lovers - 46
47
The Lovers - 47
48
The Lovers - 48
49
The Lovers - 49
50
The Lovers - 50
51
The Lovers - 51
52
The Lovers - 52
53
The Lovers - 53
54
The Lovers - 54
55
The Lovers - 55
56
The Lovers - 56
57
The Lovers - 57
58
The Lovers - 58
59
The Lovers - 59
60
The Lovers - 60
61
The Lovers - 61
62
The Lovers - 62
63
The Lovers - 63
64
The Lovers - 64
65
The Lovers - 65
66
The Lovers - 66
67
The Lovers - 67
68
The Lovers - 68
69
The Lovers - 69
70
The Lovers - 70
71
The Lovers - 71
72
The Lovers - 72
73
The Lovers - 73
74
The Lovers - 74
75
The Lovers - 75
76
The Lovers - 76
77
The Lovers - 77
78
The Lovers - 78
79
The Lovers - 79
80
The Lovers - 80
81
The Lovers - 81
82
The Lovers - 82
83
The Lovers - 83
84
The Lovers - 84
85
The Lovers - 85
86
The Lovers - 86
87
The Lovers - 87
88
The Lovers - 88
89
The Lovers - 89
90
The Lovers - 90
91
The Lovers - 91
92
Extra Part I
93
Extra Part II
94
Info

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!