Manhattan Mall, Manhattan, NYC.
Ucapan ingin ikut belajar memasak ternyata hanyaan ucapan semata. Karena setelah Kamala datang bersama Theodore, Keleigh malah membawa anak itu keluar dan berbelanja.
"Yang ini atau yang ini, Keleigh?" tanya Theodore sambil membawa dua kotak action figure pahlawan marvel berukuran sedang, dan satu kotak brick pahlawan marvel berukuran sangat besar yang di bawakan oleh satu bodyguard Donovan.
"Ambil semua." Jawab Keleigh tanpa berpikir.
"Yeee!! Kau yang terbaik Keleigh." Sorak Theodore. Lalu segera memberikan apa yang ada di tangannya ke bodyguard, agar segera di tumpuk ke semua belanjaan mereka.
Sambil memilih lego, Keleigh melirik tiga bodyguard yang terus mengikuti mereka.
Berlebihan, pikirnya.
Ia berpikir sangat berlebihan, jika setiap Theodore atau Kamala akan keluar, mereka harus selalu di tempeli bodyguard.
Bukan ingin menyepelehkan, tapi bahkan ayah dan ibunya-pun jarang di tempeli bodyguard seperti Theodore sekarang. Bahkan ia, Keyla dan Kenneth si pewaris-pun tidak pernah dari kecil hingga sekarang terus di kawal seperti seorang anggota keluarga kerajaan Inggris.
"Lego! Lego! Lego!" tunjuk jari kecil Theodore ke arah rak teratas tempat lego berbahan aman di letakkan. Lego termahal yang ada di sana.
Gemas. Keleigh mengangguk, sambil mencubit gemas pipi Theodore. "Kau ini tahu saja barang terbaik ya." ujar Keleigh setengah menyindir.
Theodore terkekeh geli sambil menghindari cubitan gemas Keleigh. Di sela-sela tawa gelinya ia berucap dengan susah payah. "Sudah ... Sudah ... Keleigh aku lapar. Jangan membuatku tertawa dan jadi bertambah lapar."
Menghentikan cubitan, Keleigh mengangkat lengan kiri untuk melihat waktu. Waktu yang di tunjukan rolex lady datejust gold-nya ternyata memang sudah menunjukkan waktu makam siang.
Keleigh sedikit membungkuk untuk berbicara pada Theodore. "Ingin makan di rumah-ku atau di sini?" tanya Keleigh sambil mengusap suarai Theo yang sama persis seperti milik suaminya.
"Di sini?" jawab Theodore ragu sambil melirik bodyguard.
Melihat keraguan dan mungkin juga sedikit ketakutan adik setengah darah suaminya. Melirik bodyguard sejenak, Keleigh semakin mendekatkan wajahnya pada Theodore. "Kenapa? Apa kau tidak boleh sembarangan makan di luar?" tebaknya.
Dan anggukan singkat takut-takut Theodore membuat bibir Keleigh menyeringai. Benar penilaiannya, jika Robert Donovan terlalu over dalam menjaga keluarganya.
Tapi well ... Itu bukan urusan Keleigh. Ia juga tidak ingin ikut campur hanya ... Mungkin sedikit ingin mengganggu?
***
B Flow3rs Caffe, Manhattan Mall, Manhattan, NYC.
"Maafkan kami sebelumnya ma'am. Tapi Mr Theo tidak bisa makan di luar sebelum mendapatkan ijin dari Mr Donovan. Mr Theo tidak biasa makan di tempat sembarangan." ucap seorang bodyguard dengan sangat sopan. Dengan cara setengah memohon, setengan memperingati.
Mereka juga mulai panik saat Keleigh mengabaikan ucapan mereka, dan hanya terus berjalan untuk menuju caffe langgananya sambil menggandeng Theodore.
"Ma'am tolong ... Setidaknya ijinkan kami untuk menghubungi Mr Donovan terlebih dahulu." pinta seorang bodyguard lain dengan sangat memohon, tanpa meninggalkan kesopanan.
Keleigh masih mengabaikan dan mulai memasuki caffe. Ia menuju kasir. "Aku belum resevasi. Apa masih ada meja kosong?" tanya-nya pada pegawai kasir.
Pegawai kasir menatap Keleigh dengan lekat. B Flow3r caffe adalah tempat makan eksklusif luxury di dalam Manhattan Mall. Kasarnya, golongan menengah ke bawah tidak akan sanggup untuk sekedar memesan burger dan minum soda di sana. Apa lagi, di sana memakai sistem reservasi terlebih dahulu.
Melihat pegawai kasir yang terlalu lama berpikir, Keleigh merogoh tas medium D-lite Dior pink-nya. Lalu mengeluarkan kartu namanya yang baru ia sadari jika masih menggunakan Hamilton. Keleigh meringis, ia lupa.
Dengan cepat pegawai kasir menunduk sopan saat membaca nama belakang Keleigh. "Maafkan saya miss ... Saya orang baru dan kurang pengetahuan." ia meringis sambil menyenggol temannya sesama pegawai kasir yang ikut menjaga kasir. "Teman saya akan mengantarkan ke meja anda, Ms Hamilton."
"Tidak perlu, sir. Tunjukkan saja di mana meja yang masih kosong." Pinta Keleigh ramah.
Kembali menunduk sopan, pegawai kasir langsung menjawab sopan. "Baik, Ms Hamilton." Dan dengan gestur tidak kalah sopan, menunjukkan meja yang ia maksut. "Di sebelah sana belum di booking, miss. Silahkan."
Keleigh mengangguk. Tanpa sadar jika setiap gerak gerik dan perlakuannya, selalu Theodore perhatikan dengan bangga. Ia mempunyai kakak ipar yang cantik dan juga baik, pikirnya.
"Ma'am ...," Tegur Bodyguard, saat Keleigh sudah melihat meja yang di maksut kasir, dan mulai melangkah ke sana.
Keleigh mendengus. Mendudukkan Theodore di kursi yang ia pilih, lalu ikut duduk di depan anak itu. Ia melirik Theodore yang terus menunduk, tapi tidak menunjukkan raut wajah setuju dengan ucapan bodyguard-nya.
"Biar aku yang menghubungi Mr Donovan." final Keleigh.
Membuat para bodyguard saling menoleh, lantas hanya bisa mengangguk pasrah.
Seorang pelayan langsung datang dengan gestur sangat ramah dan sopan. "Silahkan, Ms Hamilton ...," sambil menyodorkan buku menu.
Keleigh membukakan buku menu, lalu memberikan pada Theodore. "Pilihlah, Theo." pintanya.
Sebelum menerima buku menu yang sudah melayang di depannya, Theodore melirik para bodyguard yang berdiri si sisi kanan dan kirinya. Persis memperlakukan Theodore layaknya seorang pangeran pewaris tahta.
Kembali membaca keraguan dan juga sedikit ketakutan Theodore, Keleigh meyakinkan. "Aku akan menghubungi Mr Donovan. Jadi kau saja yang pesankan ya, Theo." pinta-nya dengan lembut.
Akhirnya Theodore mengangguk dan menerima buku menu. Keleigh tersenyum sambil kembali merogoh tas-nya untuk mengambil ponsel. "Jangan lupa untuk-ku juga." Keleigh mengingatkan.
"Aku boleh memesan apapun?" pertanyaan Theodore benar-benar membuat Keleigh gemas. Gemas karena memamg anak tampan itu mengemaskan, dan juga kerena kesabarannya mulai terganggu.
"Iya tampan. Apapun. Karena aku akan melaporkan semua kepada Mr Donovan." jawab Keleigh sambil menatap ponsel.
Setelah tidak ada lagi pertanyaan yang mengandung keraguan dari Theodore, Keleigh menekan angka salah satu di panggilan cepat ponsel-nya.
Menempelkan ponsel ke telinga, ia melirik para bodyguard yang membuat mereka menjadi pusat perhatian.
"Ck! Membuat tidak nyaman saja." cibirnya dalam hati.
Sambungan ponselnya di angkat. "Halo, Keleigh."
"Halo Mr Donovan. Ini aku, Keleigh istri Tristan, daddy." balas Keleigh sambil melirik Theodore yang sedang berbicara dengan pelayan, sambil menunjukkan sesuatu yang ada di dalam buku menu.
Terjadi keheningan sesaat di sebrang ponsel. Membuat sudut bibir Keleigh berkedut geli. Tristan pasti bingung.
"Aah iya menantu-ku, apa kabar, nak?" jawaban dari Tristan, membuat Keleigh hampir menyemburkan tawa.
Cepat-cepat iya mengulum senyum. Lalu membalas. "Aku baik, daddy. Dan sekarang sedang bersama Theo di B Flow3r caffe."
"Apa terjadi sesuatu?" nada suara yang terdengar serius itu, membuat Keleigh memutar bola mata dengan malas.
"Tidak ada, daddy. Aku hanya ingin meminta ijin membawa Theo makan di luar. Apa boleh?" tanya Keleigh sambil tersenyum, membalas senyum Theodore padanya.
Kembali terjadi keheningan sesaat hingga Tristan kembali menjawab, "silahkan. Tapi Theo alergi kacang dan buah peach, jadi jangan berikan itu ya menantu-ku."
Keleigh kembali mengulum senyum agar tidak tergelak tawa. "Baik daaaadddyyy ... Terimakasih. Dan nanti aku hubungi lagi ya, bye." tutup Keleigh setengah menggoda, setengah mengingatkan.
Terdengar gelak tawa Tristan, hingga akhirnya sambungan di matikan.
"Apa kata dad, Keleigh? Apa boleh?" todong Theodore penasaran, dan sedikit takut-takut jika tidak mendapatkan ijin dari ayahnya.
Keleigh mengangguk sambil meletakkan ponsel ke atas meja. "Aman. Semua aman, tampan." ucapnya. Lalu menatap menu-menu yang masih Theodore pegang, seolah belum berani memberikan pada pelayan sebelum mendapat kepastian.
Keleigh memeriksan menu-menu, dan bahkan memastikan dengan bertanya kepada pelayan, jika tidak ada campuran kacang dan buah peach di setiap menu makanan dan minuman yang Theodore pilih. Ia menambahkan mojito untuk minumannya sendiri.
"Sudah tidak ada lagi yang ingi di pesan?" tanya Keleigh.
Kepala Theodore mengangguk, lalu akhirnya mengembalikan buku menu ke pelayan. "Ini, nona. Yang aku pesan tadi di buat dua porsi ya." pinta Theodore sopan. Mengikuti cara bagaimana setiap kali Keleigh berbicara selama berbelanja.
"Baik, sir." jawab pelayan sopan. Lalu pamit undur diri.
Keleigh menatap para bodyguard dengan malas. "Sir, apa kalian tidak lapar?" tanya-nya.
Serempak, kepala tiga bodyguard langsung menggeleng. "Tidak, ma'am." seseorang menjawab untuk mewakili.
Keleigh berdecih, kembali mengangkat lengan kirinya. "Ini sudah waktunya makan siang." ungkap Keleigh. "Aku akan memesankan satu meja untuk kalian." tegas Keleigh.
Melihat bodyguard akan membuka mulutnya, yang pasti untuk menolak, Keleigh mengangkat tangan. "Aku baru mendapatkan gaji pertama. Jadi anggap saja ini traktiran-ku. Tolong jangan menolak." dusta Keleigh, lalu tertawa dalam hati.
Tidak lama pelayan datang membawa trolly.
Melirik Theodore, Keleigh tersenyum. Kedua iris abu-abu yang juga sama persis seperti milik suaminya itu berbinar, saat chesse pizza, beef pizza, volcano shimp tacos, grand fried calamari, big burger theree season, buffalo wings no spicy di hidangkan ke atas meja. Lalu es cream coklat tanpa sedikit-pun ada campuran dan taburan kacang, dua air mineral murni di botol kaca, yang terakhir mojito pesanannya.
"Ada lagi, Ms Hamilton?" tanya pelayan saat semua menu besar terhidang di atas meja mereka, yang membuat meja menjadi penuh.
Keleigh mengangguk. "Iya. Jika masih ada meja kosong, tolong aku pesan satu untuk teman-teman-ku." tunjuk Keleigh pada para bodyguard yang jadi salah tingkah, dan terlihat jelas sangat ingin menolak, tapi tidak mampu. "Jika mereka tidak ingin memesan, pilihkan saja menu besar yang simple tapi enak." pinta Keleigh.
"Baik, miss." jawab pelayan sopan. Lalu melirik takut-takut pada para bodyguard berbadan besar dan berwajah tidak ramah. "Mari, sir. Saya akan tunjukkan mejanya." pinta pelayan sopan.
"Ma'am ...," satu bodyguard ingin mencoba kembali menolak. Tapi lagi-lagi Keleigh mengangkat tangan, membuat mereka akhirnya pasrah dan mengikuti pelayan.
Theodore akhirnya terkekeh geli. "Mereka tidak berkutik menghadapi-mu Keleigh." ucap Theodore sambil menyendokkan es cream tidak sabaran.
Keleigh langsung menghentikan tangan Theodore yang akan menyuapkan sendok es cream ke mulut kecilnya. "Nope. Tidak boleh es cream yang duluan. Air putih dulu, atau langsung makan dulu. Atau perut-mu akan sakit dan kita bisa dapat masalah, Theo." Keleigh mencoba memberi pengertian dengan sedikit mengancam.
Theodore dengan patuh menuruti. Selain karena tidak ingin sakit perut, ia sangat tidak ingin jika Keleigh jadi mendapatkan masalah.
Setelah Theodore mulai makan, ia meringis melihat banyak-nya piring-piring. Mana mungkin perut mereka berdua bisa menghabiskan ini, pikir Keleigh.
Lalu diam-diam, menyingkirkan empat piring menu berbeda ke sisi sampingnya. Berencana untuk di bungkus. Lantas mulai menyantap makanan sambil menghubungi seseorang dan memasang pengeras suara.
Cukup lama, hingga akhirnya panggilan video-nya di angkat. "Halo menantu." jawab Tristan dengan layar bergoyang-goyang, hingga akhirnya stabil. Tristan meletakkan ponsel di depannya yang sedang mengguratkan pulpen.
"Hai daddy. Sudah makan siang?" tanya-nya. Lalu menggigit beef pizza.
Melirik layar, lalu kembali menatap kertas, Tristan mengangguk. "Aku sudah memesan tadi, Malik sedang dalam perjalanan." jawabnya. "Enak?" tanya-nya, melihat Keleigh yang sedang mengunyah.
"Enak." jawab Keleigh. Lalu meletakkan ponsel ke tempat Theodore dan dirinya bisa bersaan melihat layar. "Theo, sapa kakak-mu." pinta Keleigh sambil mengusap sudut bibir Theodore yang penuh saus dari burger besar tiga musimnya.
Theodore melihat layar ponsel. Dengan mulut penuh ia tersenyum. "Halo, Tris." sapanya tidak jelas dengan mulut penuh mengunyah burger.
Senyum Tristan terbit. Meletakkan pulpen, ia menundukkan sedikit kepala. "Senang bersama istri-ku?" tanya Tristan ingin tahu.
Dengan cepat kepala Theodore mengangguk kuat. "Iya. Istri-mu yang terbaik, Tris. Aku juga nanti ingin punya istri sepertinya." ucap Theodore dengan mulut penuh, dan dengan cara yang membuat hati Keleigh melayang bangga.
Tristan tersenyum geli, kembali meraih pulpen. "Lalu si pirang Candice bagaimana?" tanya Tristan sambil mengerling.
"Tristan!" Theodore memperingati dengan nada sedikit meninggi. Ia langsung menekan bibir penuh sausnya dengan jari telunjuk. "Ssstt!" hardiknya.
Membuat Tristan langsung terkekeh. "Baik-baik. Maaf, Ok, boy?" ujarnya dengan nada geli.
"Siapa Candice?" tanya Keleigh. Lalu mencondongkan tubuh ke layar ponsel. "Siapa si pirang Candice, Tris?" todong Keleigh.
Membuat Theodore langsung menggeleng kuat ke arah layar. Memberi peringatan para Tristan.
Tristan kembali terkekeh. "Ra-ha-si-a." tekan Tristan dengan nada geli.
Keleigh menyerah. "Baiklah. Ini masalah pria, right?" tanya-nya dengan nada mencibir.
Dengan mengemaskan Theodore mengangguk. "Yes, ma'am." Tristan di sebrang sambungan terkekeh.
Mengulum senyum, Keleigh melirik Tristan yang ternyata menatapnya sambil tersenyum tampan.
"Tris, kau tampan dan sexy sekali." puji Keleigh spontan. Membuat Theodore hampir tersedak, lantas terkekeh bersama Tristan. Dengan Keleigh yang hanya tersenyum geli.
Ya Tuhan ... Ia bahagia. Keleigh sangat bahagia dan merasa hidupnya sudah sempurna. Ia berharap jika hidup sempurnanya akan selalu seperti ini.
Semoga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Tri Dikman
Astaga ternyata keleigh manggil Tristan Daddy 🤭🤭
2023-06-08
0
Tri Dikman
Emang bapak nya Tristan jg Tristan kah nama nya ,kok dari tadi Tristan terus ,,,typo ya thor
2023-06-08
0
Akutanpanama
paling dagdigdug kalo bakal masuk kebagian problem
2023-06-01
0