Menantu Pengganti
Malam itu, entah kenapa jembatan yang biasanya ramai dipadati para wisatawan atau penduduk pribumi terutama para muda mudi yang kadang hanya sebatas nongkrong di atas jembatan yang memang sengaja dilengkapi bangku bangku besi di pinggir jembatan tersebut itu tiba tiba saja begitu sunyi.
Seorang gadis mengenakan seragam berlogo nama sebuah restoran siap saji itu berjalan menyusuri sisi jembatan. Hal yang biasanya ia lakukan saat sepulang bekerja karna jarak tempatnya bekerja dan kosannya yang tak begitu jauh.
"Heh, kamu sudah gila ya!" pekik gadis itu seraya menarik sebuah lengan kekar milik seorang pemuda yang hampir saja melompat terjun dari atas jembatan ke dalam sungai tersebut.
"Siapa kau, tidak usah ikut campur urusanku!" pemuda itu menatap tajam dan menepis tangan gadis yang kini masih mencekal lengannya itu dan lagi lagi pemuda itu hendak mengulang aksinya kembali. Namun gadis itu pun kembali menariknya.
"Kalau ada masalah dibicarakan saja baik baik!" pekik gadis itu lagi
"Biarkan aku mati. Kau tak perlu ikut campur!"
"Apa kamu yakin setelah kamu terjun kedalam sungai itu kamu bakal langsung mati? Bagaimana jika kamu hanya cacat dan tuhan memberikan kamu umur panjang hingga tua nanti? Hah! Apa kamu siap menjalani kehidupanmu selanjutnya dengan kondisimu yang tak sempurna!" ucap gadis itu setengah berteriak dan berhasil membuat pemuda itu bergeming.
"Kau tidak akan tahu rasanya jadi aku. Dikhianati oleh orang yang begitu aku cintai! Ditinggalkan saat persiapan pernikahan sudah sempurna! Kau tidak akan pernah tahu!" ucap pemuda tersebut.
"Itu memang sangat menyakitkan, tapi kita juga harus memikirkan diri kita. Orang lain yang sayang dan peduli pada kita. Apa dengan kamu bunuh diri semuanya akan selesai begitu saja?!" cicit gadis itu.
"Kau bisa berbicara seperti itu karna kau tidak mengalami dan merasakannya. Coba saja kalau kau jadi aku dan merasakan semua itu. Kau pasti akan melakukan hal yang sama!" racaunya lagi.
"Aku juga mengalami hal itu. Tapi mati, hanya akan membuat orang yang menyakiti kita semakin merasa senang dan semakin puas menertawakan diri kita yang menjadi bodoh karenanya!" ucap Cahaya namun hanya dalam hati. Karena dirinya tidak mau menceritakan kisah pilu yang dialaminya beberapa bulan lalu kepada orang asing.
"Hanya orang bodoh yang mampu melakukan hal seperti itu. Lakukan saja jika kamu termasuk salah satu orang seperti itu!" Gadis itu tersenyum getir lalu pergi meninggalkan pemuda tersebut.
Dialah Cahaya gadis bertubuh mungil yang hidup sebagai anak rantau di kota palembang.
"Tunggu!" pemuda itu menghentikan langkah Cahaya.
"Karna kau sudah menggangguku maka kau harus bertanggung jawab!" menarik tangan Cahaya.
"Bertanggung jawab apa, maaf aku harus pulang, ini sudah malam!"
Cahaya kembali berjalan menuju kosannya dan meninggalkan pemuda itu.
"Jika begitu aku lebih baik melompat saja!" seru pemuda tersebut.
Cahaya menghentikan langkahnya namun sesaat kemudian, "Lompat saja! Dasar bodoh!" titah Cahaya lalu kembali berjalan. Meski dirinya tak yakin jika kata - katanya itu berhasil membuat pemuda itu berpikir kembali dari aksi nekadnya tersebut.
"Aku tidak bodoh seperti katamu. Dasar wanita bertindak sesukanya saja!" gerutu pemuda itu.
Dia adalah Langit, pemuda berusia 28 tahun seorang anak dari salah satu konglomerat di kota Palembang. Kegagalan pernikahan yang akan diadakan seminggu lagi akibat sang kekasih yang berkhianat dengan temannya sendiri membuat hatinya hancur berantakan dan berniat mengakhiri hidupnya dengan melompat dari sebuah jembatan tersebut.
"Tuan muda hampir saja melakukan bunuh diri di atas jembatan AMPERA tuan, namun seorang gadis mencegahnya dan berhasil membuat Tuan Muda mengurungkan niatnya!"
"Bawa gadis itu dan nikahkan mereka minggu depan, pesta pernikahan akan tetap dilakukan walau tanpa Nesha gadis sembrono itu!" jawaban yang cukup membuat sang asisten itu tercengang.
"Baik Tuan besar!" meski dengan rasa bingung namun sang asisten hanya mampu menjawab dengan kalimat tersebut.
Terdengar percakapan melalui sambungan telpon dibalik mobil milik salah satu asisten Tuan Arga Wiratama orang tua dari Langit Musi Wiratama.
Di dalam kamar kostnya Cahaya kembali mengingat peristiwa beberapa bulan lalu.
Saat itu dirinya yang akan menikah dengan lelaki pujaannya tiba tiba saja batal karna tiba tiba seorang perempuan datang menjadi tamu tak diundang, lebih mirisnya lagi perempuan itu mengaku didepan semua orang jika dirinya tengah hamil anak dari calon mempelai lelaki yang akan mengucapkan ijab qobul itu.
Dan akhirnya pernikahan pun dibatalkan karna sang lelaki harus mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap perempuan tersebut.
Saat itu hati Cahaya begitu hancur berkeping keping dan bahkan hampir mengalami gangguan kejiwaan. Karna bersamaan dengan peristiwa itu sang ayah pun meninggal dunia.
Sama sekali tidak ia sangka jika lelaki yang selama ini selalu terlihat baik didepannya tapi ternyata hanya seorang lelaki bejat dan tak punya moral.
Bukan hanya menanggung malu tapi kedua orang tuanya pun mendadak terkena serangan jantung bahkan ayahnya meninggal dunia bersamaan dengan rasa malu yang telah ditorehkan oleh lelaki brengsek bernama Rendi.
Seminggu setelah peristiwa itu kondisi sang ibu juga melemah . Hal itu semakin membuat Cahaya merasakan sakit hati berkali kali lipat. Cobaan terus datang dengan bertubi tubi.
Saat hatinya sedang merasa bimbang, tiba tiba salah satu teman lamanya datang karna mendengar kabar tentang kegagalan pernikahannya, setelah beberapa lama bertukar kata dan saling bercerita, akhirnya Serly mengajaknya untuk bekerja di kota palembang dengan upah yang cukup tinggi, selain cahaya butuh uang untuk pengobatan sang ibu dirinya juga ingin mengubur semua kenangan dan rasa sakit hati yang teramat.
Akhirnya Cahaya memutuskan untuk meninggalkan kota kelahirannya dengan ijin dari sang ibu, Cahaya pun berniat akan membawa sang ibu saat keadaannya nanti di kota yang baru sudah stabil dan mendapatkan tempat tinggal yang layak.
"Woy, melamun aja terus!" tegur salah satu teman kostnya yang bernama Serly yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Eh, Serly. Belum berangkat kerja?" tanya balik Cahaya pada temannya itu.
"Lagi nunggu jemputan!" jawab Serly. Dan benar tak berapa lama deruan sura mobil terdengar Serly pun pamit pergi pada Cahaya.
Tak lama Cahaya pun tertidur hingga pagi menjelang, seperti biasanya gadis itu bersiap untuk pergi bekerja.
Saat sedang berjalan dengan gontai tiba tiba saja matanya tertutup sesuatu dan tubuhnya terasa melayang ke udara. Karna seseorang menutup setengah tubuhnya menggunakan karung lalu mengangkatnya.
"Hei, siapa kau? apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" teriaknya. Namun semua itu sia sia karna seseorang itu menghiraukan teriakannya dan terus membawa dirinya pergi entah kemana.
"Maaf nona, Tuan besar ingin bertemu denganmu!" hanya kata itu yang mampu Cahaya dengar sebelum akhirnya ia merasakan sebuah mobil berjalan membawa dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
al-del
betul sekali...👍
2023-06-13
0
al-del
harusnya bukti kepadanya kamu bisa mendapatkan yang lebih baik dari nya
2023-06-13
0
al-del
pengen main ke sana....!
2023-06-13
0