NovelToon NovelToon

Menantu Pengganti

MP. Bab satu

Malam itu, entah kenapa jembatan yang biasanya ramai dipadati para wisatawan atau penduduk pribumi terutama para muda mudi yang kadang hanya sebatas nongkrong di atas jembatan yang memang sengaja dilengkapi bangku bangku besi di pinggir jembatan tersebut itu tiba tiba saja begitu sunyi.

Seorang gadis mengenakan seragam berlogo nama sebuah restoran siap saji itu berjalan menyusuri sisi jembatan. Hal yang biasanya ia lakukan saat sepulang bekerja karna jarak tempatnya bekerja dan kosannya yang tak begitu jauh.

"Heh, kamu sudah gila ya!" pekik gadis itu seraya menarik sebuah lengan kekar milik seorang pemuda yang hampir saja melompat terjun dari atas jembatan ke dalam sungai tersebut.

"Siapa kau, tidak usah ikut campur urusanku!" pemuda itu menatap tajam dan menepis tangan gadis yang kini masih mencekal lengannya itu dan lagi lagi pemuda itu hendak mengulang aksinya kembali. Namun gadis itu pun kembali menariknya.

"Kalau ada masalah dibicarakan saja baik baik!" pekik gadis itu lagi

"Biarkan aku mati. Kau tak perlu ikut campur!"

"Apa kamu yakin setelah kamu terjun kedalam sungai itu kamu bakal langsung mati? Bagaimana jika kamu hanya cacat dan tuhan memberikan kamu umur panjang hingga tua nanti? Hah! Apa kamu siap menjalani kehidupanmu selanjutnya dengan kondisimu yang tak sempurna!" ucap gadis itu setengah berteriak dan berhasil membuat pemuda itu bergeming.

"Kau tidak akan tahu rasanya jadi aku. Dikhianati oleh orang yang begitu aku cintai! Ditinggalkan saat persiapan pernikahan sudah sempurna! Kau tidak akan pernah tahu!" ucap pemuda tersebut.

"Itu memang sangat menyakitkan, tapi kita juga harus memikirkan diri kita. Orang lain yang sayang dan peduli pada kita. Apa dengan kamu bunuh diri semuanya akan selesai begitu saja?!" cicit gadis itu.

"Kau bisa berbicara seperti itu karna kau tidak mengalami dan merasakannya. Coba saja kalau kau jadi aku dan merasakan semua itu. Kau pasti akan melakukan hal yang sama!" racaunya lagi.

"Aku juga mengalami hal itu. Tapi mati, hanya akan membuat orang yang menyakiti kita semakin merasa senang dan semakin puas menertawakan diri kita yang menjadi bodoh karenanya!" ucap Cahaya namun hanya dalam hati. Karena dirinya tidak mau menceritakan kisah pilu yang dialaminya beberapa bulan lalu kepada orang asing.

"Hanya orang bodoh yang mampu melakukan hal seperti itu. Lakukan saja jika kamu termasuk salah satu orang seperti itu!" Gadis itu tersenyum getir lalu pergi meninggalkan pemuda tersebut.

Dialah Cahaya gadis bertubuh mungil yang hidup sebagai anak rantau di kota palembang.

"Tunggu!" pemuda itu menghentikan langkah Cahaya.

"Karna kau sudah menggangguku maka kau harus bertanggung jawab!" menarik tangan Cahaya.

"Bertanggung jawab apa, maaf aku harus pulang, ini sudah malam!"

Cahaya kembali berjalan menuju kosannya dan meninggalkan pemuda itu.

"Jika begitu aku lebih baik melompat saja!" seru pemuda tersebut.

Cahaya menghentikan langkahnya namun sesaat kemudian, "Lompat saja! Dasar bodoh!" titah Cahaya lalu kembali berjalan. Meski dirinya tak yakin jika kata - katanya itu berhasil membuat pemuda itu berpikir kembali dari aksi nekadnya tersebut.

"Aku tidak bodoh seperti katamu. Dasar wanita bertindak sesukanya saja!" gerutu pemuda itu.

Dia adalah Langit, pemuda berusia 28 tahun seorang anak dari salah satu konglomerat di kota Palembang. Kegagalan pernikahan yang akan diadakan seminggu lagi akibat sang kekasih yang berkhianat dengan temannya sendiri membuat hatinya hancur berantakan dan berniat mengakhiri hidupnya dengan melompat dari sebuah jembatan tersebut.

"Tuan muda hampir saja melakukan bunuh diri di atas jembatan AMPERA tuan, namun seorang gadis mencegahnya dan berhasil membuat Tuan Muda mengurungkan niatnya!"

"Bawa gadis itu dan nikahkan mereka minggu depan, pesta pernikahan akan tetap dilakukan walau tanpa Nesha gadis sembrono itu!" jawaban yang cukup membuat sang asisten itu tercengang.

"Baik Tuan besar!" meski dengan rasa bingung namun sang asisten hanya mampu menjawab dengan kalimat tersebut.

Terdengar percakapan melalui sambungan telpon dibalik mobil milik salah satu asisten Tuan Arga Wiratama orang tua dari Langit Musi Wiratama.

Di dalam kamar kostnya Cahaya kembali mengingat peristiwa beberapa bulan lalu.

Saat itu dirinya yang akan menikah dengan lelaki pujaannya tiba tiba saja batal karna tiba tiba seorang perempuan datang menjadi tamu tak diundang, lebih mirisnya lagi perempuan itu mengaku didepan semua orang jika dirinya tengah hamil anak dari calon mempelai lelaki yang akan mengucapkan ijab qobul itu.

Dan akhirnya pernikahan pun dibatalkan karna sang lelaki harus mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap perempuan tersebut.

Saat itu hati Cahaya begitu hancur berkeping keping dan bahkan hampir mengalami gangguan kejiwaan. Karna bersamaan dengan peristiwa itu sang ayah pun meninggal dunia.

Sama sekali tidak ia sangka jika lelaki yang selama ini selalu terlihat baik didepannya tapi ternyata hanya seorang lelaki bejat dan tak punya moral.

Bukan hanya menanggung malu tapi kedua orang tuanya pun mendadak terkena serangan jantung bahkan ayahnya meninggal dunia bersamaan dengan rasa malu yang telah ditorehkan oleh lelaki brengsek bernama Rendi.

Seminggu setelah peristiwa itu kondisi sang ibu juga melemah . Hal itu semakin membuat Cahaya merasakan sakit hati berkali kali lipat. Cobaan terus datang dengan bertubi tubi.

Saat hatinya sedang merasa bimbang, tiba tiba salah satu teman lamanya datang karna mendengar kabar tentang kegagalan pernikahannya, setelah beberapa lama bertukar kata dan saling bercerita, akhirnya Serly mengajaknya untuk bekerja di kota palembang dengan upah yang cukup tinggi, selain cahaya butuh uang untuk pengobatan sang ibu dirinya juga ingin mengubur semua kenangan dan rasa sakit hati yang teramat.

Akhirnya Cahaya memutuskan untuk meninggalkan kota kelahirannya dengan ijin dari sang ibu, Cahaya pun berniat akan membawa sang ibu saat keadaannya nanti di kota yang baru sudah stabil dan mendapatkan tempat tinggal yang layak.

"Woy, melamun aja terus!" tegur salah satu teman kostnya yang bernama Serly yang baru saja keluar dari kamar mandi.

"Eh, Serly. Belum berangkat kerja?" tanya balik Cahaya pada temannya itu.

"Lagi nunggu jemputan!" jawab Serly. Dan benar tak berapa lama deruan sura mobil terdengar Serly pun pamit pergi pada Cahaya.

Tak lama Cahaya pun tertidur hingga pagi menjelang, seperti biasanya gadis itu bersiap untuk pergi bekerja.

Saat sedang berjalan dengan gontai tiba tiba saja matanya tertutup sesuatu dan tubuhnya terasa melayang ke udara. Karna seseorang menutup setengah tubuhnya menggunakan karung lalu mengangkatnya.

"Hei, siapa kau? apa yang kau lakukan! Lepaskan aku!" teriaknya. Namun semua itu sia sia karna seseorang itu menghiraukan teriakannya dan terus membawa dirinya pergi entah kemana.

"Maaf nona, Tuan besar ingin bertemu denganmu!" hanya kata itu yang mampu Cahaya dengar sebelum akhirnya ia merasakan sebuah mobil berjalan membawa dirinya.

MP. Bab dua

"Apa! Menikah? anda tidak waras ya!" pekikan suara terkejut wanita yang bernama Cahaya, saat dirinya mendengar seseorang menyuruhnya menikah dan menggantikan calon pengantin wanita untuk keluarga konglomerat itu.

Saat ini Cahaya berada didalam rumah mewah milik keluarga Wiratama dan sedang berhadapan langsung dengan Tuan Besar Arga Wiratama karena diculik oleh sang asisten saat dirinya hendak pergi bekerja. Selama ini ia hanya dengar dari cerita para teman teman kostnya tentang nama keluarga kaya itu. Namun siapa sangka jika saat ini dirinya sedang berpijak pada lantai rumah salah satu orang paling berpengaruh di kota pempek tersebut.

"Ya, sebagai imbalannya kau berhak meminta apapun dari keluarga ini, meski itu setengah dari harta kami, kami akan memberikannya asalkan kau mau menyelamatkan nama baik keluarga kami."

"Dari sekian banyak gadis di kota ini, kenapa saya yang anda pilih untuk menjadi menantu pengganti untuk keluarga anda Tuan Arga Wiratama?" tanya Cahaya, yang entah mendapatkan keberanian darimana sehingga membuatnya berani bertanya seperti itu.

"Karna dari sekian banyak gadis hanya kau terpilih olehku! Harusnya kau bangga karna telah menjadi satu - satunya gadis yang terpilih bukan malah protes seperti ini!" ucapnya dengan geram karna gadis dihadapannya terlalu banyak bicara.

Dan baru kali ini Wiratama yang sejatinya orang yang selalu disegani oleh masyarakat di kota itu melakukan negosiasi secara langsung tentang jodoh untuk putra semata wayangnya.

Sebenarnya ia bisa saja memilih gadis lain yang berasal dari keluarga setara dengannya, namun entah apa alasannya hanya Wiratama yang tahu.

"Tapi pernikahan bagiku bukan main main Tuan, dan saya tidak bisa menikah dengan orang asing! Bagi saya menikah adalah sekali seumur hidup!" tolak Cahaya dengan mantap.

"Jika itu yang kau inginkan, maka akan terjadi, pernikahan ini akan menjadi pernikahan pertama dan terakhir untukmu, bukankah kau datang ke kota ini untuk melupakan rasa sakit hati dan malu karna kegagalan pernikahanmu yang dulu hanya tinggal beberapa detik saja?!"

Cahaya terkesiap mendengar perkataan Tuan Wiratama yang ternyata telah mengetahui semua tentang dirinya dan peristiwa yang pernah dialaminya beberapa bulan lalu.

"Tapi, saya tidak mengenal anda dan lelaki yang akan anda nikahkan dengan saya!" Cahaya masih berusaha untuk menolak.

"Kau akan mengenalnya setelah menikah, dia adalah anakku, pemuda yang baik dan juga sangat tampan seperti ayahnya! Bukan begitu Za?" tanyanya pada asistennya yang bernama Reza dengan rasa percaya dirinya yang begitu tinggi namun kenyataannya memang tak bisa ditampik karna dirinya memang terlihat begitu tampan meski diusianya yang sudah tidak muda lagi.

"Cih, percaya diri sekali, aku yakin jika sikap anaknya pasti tak jauh beda darinya!" cibirnya lirih namun masih terdengar jelas oleh Wiratama dan asistennya. Lelaki itu tidak begitu mempedulikan ejekan yang keluar dari mulut gadis dihadapannya itu. Bahkan lelaki itupun mencegah sang asisten yang hendak membuka mulutnya untuk menimpali cibiran gadis dihadapannya. Yang terpenting baginya adalah membuat gadis itu menerima tawarannya untuk menyelamatkan nama baik keluarga Wiratama.

"Tapi maaf, saya tidak bisa menerima tawaran anda untuk menikah dengan anak anda, karna bagi saya pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan suci, saya tidak mau mempermainkan janji suci sebuah pernikahan!" Cahaya membalikan tubuhnya dan berlalu pergi meninggalkan rumah mewah tersebut.

Penolakan Cahaya nyatanya membuat Tuan Wiratama semakin merasa yakin jika dirinya tidak salah memilih menantu pengganti untuk keluarganya.

"Tunggu!" seru lelaki paruh baya yang masih terlihat nampak gagah itu lalu mendekati Cahaya.

"Pikirkan kembali dengan baik tawaranku, jika kau berubah pikiran hubungi aku!" Wiratama memasukan secarik kertas yang berbentuk persegi yang disebut kartu nama kedalam saku kemeja seragam pelayan yang dikenakan Cahaya.

Tanpa menjawab satu patah katapun Cahaya kembali mrlanjutkan langkahnya menuju tempat kerja.

"Orang kaya terkadang suka aneh!" lirihnya seraya menggelengkan kepalanya.

*

*

*

Malam itu Langit kembali mendatangi jembatan tempat dirinya bertemu dengan wanita yang mencegah dirinya melompat kedalam sungai itu. Namun tak terlihat sosok wanita yang ia cari.

"Kemana wanita itu? bukankah di jam seperti ini harusnya dia lewat," gumamnya sendiri lalu mendudukan dirinya pada sebuah bangku besi yang berada disisi jembatan.

Tak terasa 2 jam sudah Langit berada disana tapi tak juga mendapati sosok yang yang dtunggunya itu melintas, akhirnya Langit pun beranjak dari sana dan menuju tempat yang biasa ia datangi yaitu club malam.

Sementara Cahaya yang kini berada didalam kamar kostnya sedang asik mengobrol dan bercerita dengan temannya.

Tiba tiba saja ponselnya berdering.

"Apa! Ibu pingsan dan sekarang di rumah sakit?!" pekik Cahaya. "Baiklah aku akan pulang malam ini juga!" ucapnya kemudian.

"Tunggu Aya, tadi dokter bilang ibumu harus segera dioperasi dan biayanya sekitar 75 juta," ucap Pak RT yang menjadi penanggung jawab atas ibu dari Cahaya saat membawanya kerumah sakit. Selain Rt ia juga tetangga terdekat rumah Cahaya dan ibunya tinggal di kota tersebut.

"75 juta?" Cahaya membelalakan matanya karna terkejut. Darimana ia akan dapatkan uang sebanyak itu sedangkan ia batu saja berapa bulan bekerja, dan uang ia kumpulkan pun belum sampai sebanyak itu.

Seketika Cahaya panik dan pikirannya pun menjadi kacau. Ia tak dapat berpikir dengan benar. Namun satu yang telintas dalam otaknya yaitu tawaran dari Tuan Wiratama pagi tadi. Tanpa pikir panjang ia pun langsung menghubunginya.

Setelah seminggu dari kejadian itu kini Cahaya telah resmi menjadi menantu pengganti salah satu keluarga tersohor di kota itu dengan syarat sang ibu mendapatkan perawatan yang baik di kota itu yang tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Sama sekali tidak menyangka jika dirinya saat ini menjadi menantu dari salah keluarga konglomerat ini, bahkan bermimpi saja tidak pernah.

Dan lebih mengejutkan lagi jika ternyata lelaki yang ia nikahi adalah lelaki yang pernah ia temui di atas jembatan malam itu saat hendak mengakhiri hidupnya.

"Cih, ternyata kau tak lebih dari sekedar wanita picik, kau memanfaatkan keadaanku lalu mendekati ayahku agar kau bisa menikah dengan anak konglomerat sepertiku! Cerita apa yang kau karang hingga ayahku terperangkap dalam rencana licikmu itu !" Ejek lelaki yang kini telah menjadi suaminya itu.

Deg

Kata kata pedas itu berhasil menyusup kedalam relung hati cahaya. "Aku tidak pernah merencanakan apapun, bahkan aku saja tidak tahu jika lelaki itu adalah kamu!" sahutnya jujur.

"Omong kosong! Jangan pernah bermimpi aku akan menjadi suami yang baik untukmu! Pernikahan ini sama sekali tidak aku inginkan! Dan satu hal yang harus kau tahu, aku sangat mencintai Nesha dan sampai kapan pun hanya wanita itu yang ada di dalam hatiku, camkan itu baik baik!" lelaki itu kembali melontarkan kata kata pedas bahkan kali ini penuh dengan peringatan sebelum akhirnya keluar dari kamarnya.

Meskipun ia sadar jika dirinya hanyalah menantu pengganti namun perkataan lelaki itu kali benar benar berhasil membuat air mata Cahaya mengalir deras, rasanya sungguh sakit mendengar perkataan yang begitu menyakitkan dari lelaki yang kini telah menjadi suaminya itu. Dan iapun tahu jika pernikahan ini hanyalah sebuah kesepakatan antara dirinya dan ayah dari lelaki itu. Namun hatinya tetap terasa tercabik dengan perkataan pedas suaminya.

Kuat Cahaya, ini semua demi ibu! Batinnya terus menguatkan dirinya sendiri. Sambil mengusap air matanya Cahaya berjalan ke kamar mandi berniat membersihkan dirinya dan sejenak melepas lelah karna seharian terus berdiri menyambut ribuan tamu undangan.

Gadis itu merendam tubuhnya dengan air hangat. Hingga merasa lebih baik dan barulah ia keluar dari kamarnya. Namun saat berjalan keluar ia berpapasan dengan suaminya.

"Mas, aku mau keluar dulu!" ucapnya pada Langit.

"Mas, mas, kau pikir aku mas mas jualan bakso keliling, enak aja panggil aku mas!" protesnya pada Cahaya dan membuat Reza seketika ingin meledakan tawanya namun sebisa mungkin ia tahan.

"Baiklah, aku akan pikirkan nanti setelah urusanku selesai!" timpal Cahaya yang memilih untuk segera pergi mengunjungi dan melihat keadaan sang ibu di rumah sakit.

"Siapa yang mengijinkan kau pergi! Masuk kamar dan pijiti aku!" pekiknya pada Cahaya.

MP Bab tiga

"Siapa yang mengijinkan kau pergi! Masuk kamar dan pijiti aku!" pekiknya pada Cahaya.

"Ayah, sudah memberinya ijin untuk pergi, biarkan dia menyelesaikan urusan terlebih dahulu baru kau bisa mengurungnya!" timpal sang ayah yang baru saja muncul dari ruangannya. Lalu memberi isyarat pada Reza untuk mengantarkan menantunya itu pergi menemui ibunya di rumah sakit.

"Cih, jika begitu kenapa bukan ayah saja yang menikahinya!" celetuk Langit seraya berdecih.

"Jaga bicaramu Langit, masih untung ada yang mau menyelamatkan nama baik keluarga kita!"

"Ck, semua orang pasti bersedia jika berhubungan dengan uang, entah rencana licik apa selanjutnya yang akan dia rencanakan!!" gerutunya lagi lalu masuk ke kamarnya dan membanting pintu. Namun tak berapa lama keluar lagi dengan menenteng kunci mobil mini sportnya.

"Mau kemana lagi kamu Langit?"

"Bukan urusanmu!" jawabnya ketus seraya terus melangkah dan sang ayah hanya menggelengkan kepalanya atas kelakuan putra semata wayangnya.

Sesungguhnya ia sangat tahu rasanya dikhianati, karna dirinya pun dulu mengalami, dikhianati sang istri saat dalam kondisi bangkrut tidak berdaya dan tidak punya apa apa. Seorang istri yang harusnya mendukung dan memberi suport pada suaminya justru pergi dengan lelaki lain dan meninggalkan seorang anak yang masih balita dan sangat membutuhkan kasih sayangnya.

Sejak saat itulah Wiratama memilih membesarkan anak semata wayangnya itu seorang diri hingga akhirnya dirinya kembali menjadi seorang pengusaha sukses.

Namun ia sama sekali tidak menyangka jika hal serupa juga dialaminya oleh anak semata wayangnya. Dikhianati dan ditinggalkan oleh wanita yang sangat dicintainya menjelang pernikahannya.

Itu sebabnya ia hanya membiarkan dengan apa yang dilakukan oleh anak lelakinya untuk sekedar menghibur diri, namun diam - diam ia menyuruh sang asisten untuk mengawasinya, selagi yang dilakukan sang anak tidak melebihi batas dan merugikan diri sendiri dan oramg lain maka ia akan membiarkannya.

Malam semakin larut Cahaya yang sudah menumpahkan segala Rasa rindu beberapa bulan terakhir ini pun berniat untuk kembali ke rumah dengan menitipkan sang ibu pada perawat khusus yang telah dibayar oleh sang mertua untuk menjaga sang ibu. Namun saat mobilnya melintas samar - samar ia melihat seseorang yang ia kenali.

"Tunggu Pak Reza, bukankah itu Mas Langit?" tanya Cahaya kala melihat lelaki diparkiran Club malam sedang berjalan sempoyongan.

"Sepertinya Tuan Muda Mabok berat Non! saya akan membawanya naik di mobil ini!" ucap Reza dan mendapat anggukan dari Cahaya.

"Nesha, kamu cantik sekali malam ini sayang!" racau Langit dengan begitu lembut pada Cahaya karna kini keduanya telah duduk di kursi penumpang menuju rumahnya.

Lelaki itu terus membelai wajah Cahaya seraya terus meracaukan tentang Nesha.

"Ck, aku bukan Nesha!" Cahaya berdecak kesal dan berkali kali Cahaya menepis tangan Langit yang terus menjelajahi setiap inci tubuhnya dengan terus menyebut nama Nesha.

Setibanya di rumah, Reza memapah Langit menuju lantai dua kamarnya dan di ikuti oleh bening dibelakangnya.

"Tolong non gantikan pakaian Tuan Muda," pinta Reza pada Cahaya.

"Tentu saja, terima kasih pak Reza sudah membantu membawanya ke kamar!" dan Reza mengangguk kemudian pergi.

"Huek, kenapa baunya tidak enak seperti ini!" gerutu Cahaya seraya terus melepaskan pakaian Langit satu persatu untuk menggantinya dengan pakaian tidur.

"Nesha sayang, sini mendekatlah jangan pergi, aku sudah lama menantikan hal ini sayang, Langit menarik Cahaya hingga terjerembab. Namun seketika tatapan Langit berubah menjadi tajam dan penuh amarah.

"Kenapa kau lakukan ini padaku Nesha , kurang apa aku selama ini padamu, semua yang kau inginkan selalu aku turuti, tapi kenapa kau tega menyakitiku Nesh, apa kau tidak tahu betapa aku mencintaimu selama ini Nesha, katakan padaku Nesha!" Langit menghempaskan Tubuh Cahaya lalu melucuti pakaian wanita itu dengan begitu kasar.

"Lepaskan saya Mas Langit, saya bukan Nesha, saya Cahaya mas!" teriak Cahaya dengan segala isak tangisnya, dan rasa takut yang menderanya.

"Bertahun tahun aku menjagamu seperti berlian tapi ternyata kau hanya batu kerikil di jalanan yang begitu hina Nesha! Sekarang beritahu aku bagaimana lelaki brengsek itu menyentuhmu?! Seperti ini atau seperti ini!" Langit terus saja menyentuh setiap lekuk tubuh Cahaya dengan begitu kasar dan brutal

"Mas, aku Cahaya bukan Nesha!" Cahaya mencoba menyadarkan sang suami tapi semuanya percuma karna lelaki itu terus saja menyentuh semua yang ada ditubuhnya dengan penuh kemarahan.

Dengan begitu rakus bibir lelaki itu terus ********** secara paksa bahkan pakaian Cahaya kini telah menghilang entah kemana. Langit terus melakukannya kasar. Lelaki melampiaskan rasa sakit hatinya pada Cahaya yang dianggap sebagai Nesha.

Hingga tiba pada bagian area sensitifnya Cahaya memekik merasakan sakit yang luar biasa karna lelaki itu menjamahnya dengan begitu kasar.

Cahaya yang terus meraung dan memohon ampun sementara Langit terus melakukan penyatuannya dengan penuh amarah. Amarah yang harusnya ia tujukan pada Nesha mantan kekasihnya namun ia menumpahkan amarah itu kepada orang yang salah karna pengaruh minuman keras yang ia teguk dalam jumlah yang cukup banyak.

Hingga akhirnya langit ambruk dan tidak sadarkan diri.

Sementara Cahaya masih menangis sesenggukan dengan rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya karna lelaki itu begitu rakus dan amarah yang berkabut saat melakukan malam pertama dalam keadaan mabuk dan menganggap dirinya adalah Nesha mantan kekasihnya yang telah mengkhianatinya dengan sahabatnya sendiri.

"Hiks hiks, Aku benci kamu Langit, aku sangat membencimu!" tatapannya penuh kebencian pada lelaki yang kini tidak sadarkan diri di atas kasurnya.

Cahaya berjalan dengan tertatih menuju kamar mandi berniat untuk berendam air hangat berharap rasa nyeri terutama pada area sensitifnya itu sedikit berkurang. Dan benar saja setengah jam ia merendam dirinya perlahan rasa nyeri itu berangsur menghilang meski tidak sepenuhnya hilang.

Wanita itu terus, mengumpat lelaki yang kini tidak sadarkan diri itu. Bukan ia menyesal karna mahkotanya telah direnggut oleh suaminya sendiri namun yang sangat ia sesalkan adalah suaminya yang menganggap dirinya sebagai wanita lain dan melakukannya dengan kasar dan penuh rasa amarah.

Pagi menerpa, matahari menampakan sinarnya melalui cela cela penutup jendela kaca kamarnya.

Gadis yang sekarang telah menjadi wanita itu sedang meringkuk tubuhnya bergetar menggigil kedinginan seraya merintih di atas sofa.

Sementara lelaki yang berada di atas kasur perlahan membuka matanya saat mendengar suara rintihan pilu seorang wanita.Lelaki itu mengerutkan keningnya, dan perlahan lalu mendekat dan menyentuh kening Cahaya.

"Kau kenapa?" Tanya Lelaki yang belum menyadari sepenuhnya dengan apa yang terjadi semalam. Lalu meletakan punggung tangan pada kening wanita itu.

"Panas sekali!" dan seketika wajahnya berubah menjadi panik lalu mengangkat tubuh Wanita itu dan membawanya keatas tempat tidur. Langit mengedarkan pandangan sekitar kamar yang layaknya kapal pecah, kemudian mencoba mengingat kembali akan kejadian semalam.

"****! Apa yang telah aku lakukan padanya!" umpatnya pada diri sendiri setelah samar samar menyadari apa yang telah dilakukannya semalam. Lelaki itu bergegas melangkah kearah pintu namun lagi lagi langkahnya terhenti, "Bercak darah?" keningnya mengkerut saat melihat noda darah di atas sprei birunya.

"Oh my god! Apa yang telah aku lakukan?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!