MP. Bab Tiga belas

"Cih ternyata hanya wanita lemah, apa kau pikir dengan terus menangis seperti itu ibumu akan hidup lagi? Berdoa sama tuhan mintalah ibumu ditempatkan disisi terindah tuhan!" ucap langit seolah tanpa perasaan.

Mendengar ada yang berbicara, Cahaya menghentikan isak tangisnya, mengusap air mata yang meleleh di pipinya seraya menatap pemilik sumber suara tersebut tanpa berkata apapun

Langit tersenyum lalu mendekati sang istri.

"Menangislah selagi kau masih bisa menangis, menangis bukan berarti lemah. Karna dengan menangis beban berat yang kita rasakan akan terasa berkurang," ucap Langit kemudian duduk di samping Cahaya yang sudah kembali menatap lurus ke depan.

"Kenapa kau tidak pernah bercerita?" tanya Langit

"Cerita apa?" tanya balik Cahaya dengan pandangan yang terus lurus kedepan.

"Jika kau pernah mengalami kegagalan dalam pernikahan." Pertanyaan Langit membuat Cahaya terkesiap lalu sejenak menatap Langit.

"Kenapa harus bercerita tentang kepahitan kita kepada orang asing, to belum tentu juga orang itu peduli dengan semua kisah pilu dimasa lalu yang kita alami," sahut Cahaya yang kini mulai kembali pada mode ketusnya.

"Tapi setidaknya kita merasa lega bukan?"

Cahaya menundukkan pandangannya tanpa menjawab pertanyaan Langit.

"Mengenai perkataanku di makam tadi...," perkataan Cahaya menggantung.

"Aku sedang tidak mau membahas soal itu! Sudah malam masuklah, aku tidak mau kau sakit karna itu akan sangat merepotkan!" Sela Langit lalu pergi meninggalkan Cahaya yang masih duduk termangu.

Entah kenapa mendengar perkataan di makan tadi Langit menjadi kesal. Ia mendekati wanita itu bukan karna ingin membahas soal itu, namun wanita itu justru membahasnya kembali.

Tak lama Cahaya pun bangkit dari duduknya dan segera masuk kedalam kamarnya menyusul Langit. Mengedarkan pandangan, mencari sosok Langit namun tak ia temukan di kamar tersebut.

"Kemana dia?" gumamnya pelan lalu mendudukkan dirinya di atas kasur.

Lagi lagi bayangan sosok ibunya terlintas kembali dalam ingatannya membuat air matanya kembali menggenang di pelupuk matanya.

"Hiks, hiks...Bu, kenapa rasanya sulit sekali menerima kenyataan jika ibu telah pergi dan ninggalin aku untuk selamanya," ucapnya disela isak tangisnya lalu mengusap air mata yang mengalir semakin deras.

"Maafkan aku bu yang belum bisa menghapus rasa malu yang pernah aku toreh karna kegagalan pernikahanku," lirihnya lagi.

Wanita itu terus hanyut dalam kedukaan sampai akhirnya rasa kantuk yang melanda pun tak dapat terelakan lagi dan membuatnya tertidur hingga pagi menerpa. Wanita itu terbangun masih dalam posisi yang sama seperti sebelum dirinya tertidur.

Sungguh menyedihkan, bahkan saat pertama kali pagi ini membuka matanya yang ada didalam pikirannya masih sosok ibunya. Terbersit rasa sesal karna telah meninggalkan sang ibu saat itu, harusnya ia tetap berada di rumah sakit hingga keadaan sang ibu betul betul membaik.

Apa yang kau pikirkan cahaya, ibumu meninggal karna memang umurnya sudah sampai disini, terimalah dengan iklhas takdir dari tuhanmu. Bisik setan baik.

Tidak Cahaya! Jika kau tidak meninggalkan ibumu saat itu pasti ibumu masih hidup sekarang ini, kenapa kau meninggalkannya hanya demi lelaki sepertinya lelaki yang tidak pernah akan mencintaimu sampai kapanpun. Bisik setan jahat.

"Pergilah setan, aku sedang tidak mau diganggu oleh bangsamu, mau itu setan baik atau setan jahat intinya aku sedang tidak mau beradu argumen denganmu! Hus hus pergi jauh - jauh sana!" ucap Cahaya seraya menutup kedua telinganya.

"Kau mengusirku?!" ketus Langit yang entah muncul dari mana dan kini tiba - tiba sudah berada diambang pintu kamarnya.

"Aku mengusir setan, tapi kalau kamu tersinggung itu artinya kamu juga setan!" umpat Cahaya dengan kesal.

"Cih dalam keadaan berduka saja masih sempat - sempatnya mengajakku berdebat, benar - benar menyebalkan!" gerutu Langit seraya berjalan kedalam kamar mandi. Niat hatinya ingin simpati itu ia urungkan kala melihat wanita didepannya menurutnya sangat menyebalkan.

"Jika aku menyebalkan lalu bagaimana denganmu? kamu lebih menyebalkan!" sungut Cahaya, namun Langit sudah menghilang dibalik pintu kamar mandi yang tertutup.

Setelah 30 menit Langit sudah kembali dari kamar mandi.

"Ayah menunggu kita di meja makan," ucap Langit kemudian.

"Duluan saja! Aku mandi dulu," sahut Cahaya lalu bergegas ke kamar mandi.

Sementara di sebuah unit apartemen. Seorang wanita sedang sibuk menyusun rencana selanjutnya.

"Aku harus bisa memisahkan mereka, bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan Langit kembali. Hanya aku yang pantas menjadi menantu keluarga Wiratama bukan perempuan kampungan sepertinya!" gumamnya lirih.

"Sayang kau dimana? aku datang!" seru lelaki yang baru saja memasuki pintu apartemen.

"Ck" wanita itu berdecak kesal, "Ya, aku disini, dikamar!" sahut wanita itu setengah berteriak.

"Tumben udah rapi pagi - pagi gini, mau kemana emangnya sayang?" tanya lelaki itu heran.

"E...ada urusan bentar sama temen sayang, gak apa apa kan hari ini aku keluar sama temen temenku?"

"Loh, emang sejak kapan aku melarangmu berkumpul dengan teman - temanmu itu hm!" ucap lelaki itu seraya memeluk wanita dari belakang mulai mencumbunya.

"Sayang, jangan gini dong, aku udah mandi tahu!" protesnya kesal.

"Biasanya juga kalo kita mau main kamu selalu mandi dulu kan, katamu biar gak acem pas aku cium begini hm!" lelaki itu terus mengendus aroma tubuh wanitanya dan terus mengecup setiap inci tubuhnya.

"Langiiiit...." desah wanita itu dalam gejolaknya yang kian memanas sehingga tak sadar telah menyebut lelaki lain.

"Apa maksudmu!" bentak lelaki itu yang tiba tiba saja menghentikan aktifitasnya.

"Kamu kenapa sayang?" tanya wanita itu dengan nada terkejutnya karna bentakan yang baru pertama kalinya ia dengar dari mulut kekasihnya itu.

"Kamu yang kenapa, kenapa kamu sebut nama lelaki itu padahal kamu sedang bermain denganku, apa kau sekarang sudah benar benar mencintai lelaki bodoh itu?!" bentaknya lagi.

Apa! Jadi aku salah menyebut nama Langit? OMG! Bisa - bisanya aku menyebut nama lain saat sedang bermain seperti ini. Wanita itu membatin seraya menepak jidatnya sendiri.

"Maafkan aku sayang, aku tadi hanya sedang merasa kesal dengan lelaki itu, tolong maafkan aku!" mohon wanita itu.

"Baiklah! Kali ini aku memaafkanmu!"

Cih, memangnya kau siapa, tunggu saja setelah aku berhasil menjauhkan wanita kampungan dari Langit, aku tidak membutuhkanmu lagi, karna aku akan kembali pada Langitku yang kaya raya

Satu jam sudah berlalu, kedua manusia yang sedang berpadu kasih itupun telah usai, keduanya tergolek di atas kasur dengan napas yang terengah layaknya para Atlet yang telah melakukan olahraga berat.

Wanita bertubuh sintal dan sempurna itu beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Ting, ting, ting

Bunyi beberapa notifikasi ponsel milik wanita tersebut dan membuat lelaki itu penasaran karna bunyi yang terus menerus tanda beberapa pesan yang masuk.

"Bos ditunggu ditempat kemaren!"

Terpopuler

Comments

kutubuku

kutubuku

awasi wanitamu 😅😅😅

2023-06-11

1

kutubuku

kutubuku

weh pd amat ! siapa juga yg mau blkan dsr nenek lampir

2023-06-11

1

kutubuku

kutubuku

selalu berdebat 🤣🤣

2023-06-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!