"Sakit, lepaskan! Baiklah mulai sekarang aku tidak akan ikut campur urusanmu," sahut Cahaya terbata namun masih berusaha menunjukan ketegarannya.
Seketika Langit tersadar dan melepaskan cengkraman tangannya dari rahang Cahaya, " Maafkan aku!" ucapnya seraya pergi meninggalkan Cahaya yang masih mematung karna sebenarnya begitu shock.
Langit pergi melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
Tak ada tempat lain yang dituju melainkan sebuah club malam. Lagi - lagi ia melampiaskan semua rasa kekesalannya itu dengan mabok - mabokan.
Sementara Cahaya masih dalam pemikirannya yang terus berkelana memikirkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi di dalam rumah tangganya untuk kedepannya.
Akankah ia terus bertahan menjalani pernikahan ini bersama orang yang yang sama sekali tidak mencintainya. Atau haruskah ia mengakhirinya? Semua itu sungguh membuat Cahaya terus berpikir keras.
Tak pernah ia sangka jika suaminya akan sekasar itu padanya. Padahal bukan pertama kalinya mereka berdebat, entah kenapa kali ini perdebatannya berakhir dengan kemarahan Langit yang begitu besar.
"Aku sudah tidak suci, tapi itulah resiko menikah. Mau tak mau aku harus mau menyerahkan kesucianku pada suamiku. Tapi sepertinya semua itu tidak membuat suamiku mencintaiku, haruskah aku pergi dan mengakhiri pernikahan ini?" dalam kebimbangan Cahaya terus berbicara sendiri dengan pikirannya yang terus menerawang jauh.
"Tuhan... Berilah hamba petunjukmu! Jika memang harus aku akhiri maka permudahlah, tapi jika memang harus aku lanjutkan maka beri aku jalan yang terbaik menurutMu." wanita itu terus berdoa dalam hatinya hingga akhirnya terpejam dengan sendirinya.
Pagi menjelang.
Cahaya membuka matanya namun tidak ada sosok Langit dikamarnya. "apa Mas Langit tidak pulang semalam?" gumamnya.
Lalu ia turun kebawah dan mencari tahu pada pelayan rumah tentang suaminya.
"Mbok Jum, apa Mas Langit semalam tidak pulang?"
"Sepertinya tidak Non," sesal Mbok Jum.
"Ya sudah biarkan saja mungkin Mas Langit butuh waktu untuk sendiri," ucapnya menenangkan diri sendiri lalu menghembuskan nafas berat.
*
*
*
"Enggak pa! sudah cukup papa melibatkanku dalam masalah papa di masa lalu dan wanita itu, aku tidak sudi melihatnya ada dirumah ini!" suara Rendi begitu menggema diseluruh sudut rumahnya.
"Tutup mulutmu, anak tidak tahu diri!" bentak Purnawan kepada anak lelakinya itu.
"Setelah apa yang aku lakukan untuk kalian berdua hingga mengorbankan pertemananku dengan Langit, kalian bilang aku anak tidak tahu diri! harusnya kalian itu sadar jika jalan kalian itu salah! Dan kau wanita yang tidak punya rasa kasian terhadap anak kandungmu sendiri! Apa kau tidak pernah sedikitpun merasa malu telah menjadi ibu yang begitu kejam dan sama sekali tak pernah punya hati untuk anak yang keluar dari rahimu sendiri?!' cercah Rendi panjang lebar yang membuat keduanya kini semakin meradang dan tersulut emosi karna baru kali ini Rendi berani menentang perintahnya.
"Cukup Rendi! Lancang sekali mulutmu! Jika kau tidak lagi mau membantu, kita bisa melakukannya sendiri!" Sahut Purnawan dan diangguki oleh Lusi tanda setuju.
"Terserah! Tapi jika sampai terjadi apa apa pada perempuan tidak berdosa itu akan aku pastikan kalian berdua tidak akan bisa tenang! Sudah cukup dia menjadi korban keegoisan kalian, aku sudah menuruti keinginan kalian untuk menghancurkan kehidupan Langit walaupun dia adalah temanku sendiri, aku mengorbankan hubunganku dengan Cahaya dengan berpura pura menghamili Nesha dan meninggalkannya dihari pernikahannya demi misi kalian. Tapi sekarang aku tidak mau lagi jika harus menghancurkan pernikahan Langit yang ternyata dengan wanita yang sama yang telah aku sakiti!" Tolak Rendi mentah - mentah pada papa dan juga mama tirinya yang tak lain adalah ibu kandung dari Langit.
Rendi sendiri baru mengetahui hal itu setelah ia berhasil menggagalkan pernikahan Langit, itupun tanpa dia sengaja mendengarnya.
Jauh didalam lubuk hatinya ia menyesal telah mengorbankan orang orang orang tidak bersalah untuk menjadi korban ketamakan kedua orang tuanya itu.
"Apa maksudmu Ren?!" tanya Nesha yang baru saja muncul dan memasuki rumah Rendi. Namun Rendi tidak lagi terkejut.
"Bukankah kau mendengar semuanya dengan jelas, kenapa kau masih juga bertanya?" tanya balik Rendi karna dirinya sejak tadi merasa ada seseorang dibalik pintu utama rumahnya yang sedikit terbuka.
"Aku sama sekali tidak menyangka jika kau masuk dalam hubunganku dan Langit hanya karna misi kedua orang tuamu yang sengaja ingin menghancurkan kehidupan Langit. Dan wanita ini?" Nesha menunjuk wanita yang sedang berdiri angkuh disebelah Purnawan ayah dari Rendi.
Nesha benar benar tidak menyangka jika wanita yang pernah ia cari tahu sebagai ibunya Langit ternyata adalah ibu tiri dari Rendi.
Lucu, semua ini terdengar begitu lucu dan terasa aneh. Ternyata selama ini dirinya hanya dijadikan sebagai alat untuk suatu misi keluarga Purnawan.
"Tujuan kita sama! Bukan?" tanya sinis Lusi pada Nesha.
"Tidak, tujuan kita tidak pernah sama! Aku ingin Langitku kembali, dan anda hanya ingin menghancurkan keluarga itu!" Sahut Nesha dengan tatapan sengit.
"Ohh, jadi itu sebabnya kau membunuh ibunya Cahaya , orang yang sama sekali tidak bersalah dan tidak tahu apapun! Wanita picik!" perkataan Lusi benar benar membuat semua orang yang ada disana terkejut terutama Rendi.
"Kau, membunuh Tante Zura?" tanya Rendi terkejut dengan tatapan elangnya.
"Jangan sembarangan bicara!" kilahnya dan langsung mengalihkan pandangan matanya lalu menatap tajam pada Lusi. Sama sekali tidak menyangka jika wanita itu begitu cepat mengetahui tentang pembunuhan yang ia lakukan pada ibunya Cahaya.
Lusi tersenyum kecut, "Anak kemarin sore mau mencoba bermain - main denganku!" ucap Lusi dengan memiringkan bibirnya.
"Aku butuh penjelasanmu!" Rendi menarik lengan Nesha dengan kasar lalu membawanya ke luar menuju mobilnya kemudian melaju dengan kecepatan tinggi yang seketika membuat Nesha ketakutan, wanita itu berpegang begitu kuat sambil berteriak.
"Rendi pelankan laju mobilmu!" pekiknya seraya mata terpejam tidak berani menatap jalanan karna laju mobil yang begitu kencangnya.
"Kenapa, kau takut mati dan bertemu Tante Zura? Ah tidak, kau tidak mungkin bertemu dengannya karna sudah pasti kau akan masuk neraka sedangkan Tante Zura pasti disurga! Hahahaha!" ucap Rendi seraya tertawa dengan lepas.
"Brengsek kamu Ren, pelankan mobilmu!" teriaknya lagi.
Tak berapa lama Rendi menginjak pedal rem dan menghentikan laju kendaraannya secara mendadak membuat wanita yang ada di kursi sampingnya terhuyung kedepan.
"Sekarang jelaskan padaku, apa benar kau telah membunuh Tante Zura, ibunya Aya?" tanya Rendi penuh dengan penakanan disetiap kata - katanya.
Nesha hanya diam.
"Katakan! Atau aku sendiri yang akan memasukanmu ke dalam penjara!" gertak Rendi yang langsung membuat Nesha kelabakan.
"Aku hanya ingin wanita itu pergi dari kehidupan Langit!" satu alasan pertama namun tidak membuat Rendi terkejut.
Rendi sadar sebenarnya diantara mereka tidak ada cinta, yang ada hanya saling memuaskan kebutuhan biologis keduanya yang selalu menggebu dan membutuhkan lawan bermain.
"Tapi tindakanmu itu kriminal! Kenapa harus mengorbankan nyawa orang tidak berdosa Nesha!" cercah Rendi.
"Karna hanya itu satu - satunya cara agar wanita itu meninggalkan Langit! Wanita itu menikah dengan Langit hanya demi biaya pengobatan ibunya, jadi tidak salah bukan? Aku membantunya terlepas dari jeratan pernikahan itu, harusnya wanita itu berterima kasih!"
PLAKK!!!
Suara tamparan itu cukup nyaring didalam mobil milik Rendi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
nisa
takut mati ya.....wkwkwkwk
2023-06-24
0
nisa
menyesalpun takda guna
2023-06-24
0
nisa
kenapa gak dari dulu sih lu sadar ren, hadeuh
2023-06-24
0