"Kenapa ini harus terjadi padaku! Kenapa!" teriak Langit dengan suara yang begitu menggema didalam ruangannya.
Prank
Suara barang berjatuhan terdengar nyaring saat Langit menyapukan seluruh peralatan kerja yang berada di atas mejanya dan kini berserakan di lantai. Komputer dan barang berharga lainnya pun ikut hancur.
"Tuan Muda! Apa yang terjadi?" tanya Asisten Reza terkejut yang baru saja kembali menghadiri meeting salah satu kliennya, karna Langit datang terlambat sehingga tidak bisa menghadiri meeting pagi itu.
"Kemana saja kau? kenapa membiarkan wanita itu masuk kedalam ruanganku!" ucapnya dengan begitu marah pada Reza.
"Saya, baru saja selesai meeting menggantikan Tuan Muda yang datang terlambat pagi tadi," tutur Reza.
"Jadi kamu menyalahkanku!" Langit menatap tajam seperti hendak menelan mangsanya saat itu juga dan seketika membuat Reza sedikit menciut.
"Maaf, Tuan Muda. Saya tidak bermaksud begitu!" ucap Reza seraya menunduk hormat.
Ia sangat tahu jika saat ini Tuan Mudanya benar benar sedang marah. Karna sejak Tuan Mudanya itu mengetahui wanita yang dulu akan menikah dengannya selingkuh dengan temannya sendiri emosinya menjadi tidak terkontrol. Komputer dan beberapa barang lain yang berada di atas mejanya itu sering menjadi korban kemarahannya.
"Panggil petugas kebersihan, bereskan semua itu!" titah Langit dan lalu pergi meninggalkan ruangannya.
Saat hati dan perasaannya sedang kacau hanya minuman keras yang menjadi penenangnya.
Lelaki itu memasuki salah satu Bar milik salah satu relasinya.
"Hei bro," sambutan hangat pun ia dapatkan dari pemilik Bar tersebut yang bernama Bram.
"Minum seperti biasa, atau mau coba yang baru?" tawar Bram.
"Biasa atau baru sama saja kan? sama sama haram!" ucap Langit lalu mereka berdua terkekeh bersama.
"Yang baru ini beda bro, sedikit mengandung...," Bram membisikan sesuatu didekat telinga Langit.
"Boleh juga tu!" ujar Langit tanpa memikirkan dampak yang akan terjadi nantinya, lalu Bram pun memanggil salah satu bartender untuk memberikan minuman tersebut kepada Langit.
Keduanya larut dalam obrolan yang tidak begitu penting, hingga tak terasa petang pun mulai datang.
Langit yang perutnya sudah merasa bergejolak itu pun pamit pulang dengan jalannya yang terlihat oleng karna banyak kadar alkohol yang diminumnya. Berjalan menuju parkiran dimana mobilnya berada.
Hingga tiba didepan mobilnya dirinya ambruk terkulai di lantai parkiran. Beruntung siang tadi Reza menyuruh salah satu anak buahnya untuk mengikutinya, sehingga dalam keadaan mabok parah seperti ini keadaannya akan tetap aman.
"Bos, Tuan Langit mabok berat!" tutur anak buah Reza melalui telponnya.
"Antar pulang kerumahnya!" titah Reza kemudian.
Selang beberapa lama mobil Langit yang dikendarai oleh anak buah Reza pun muncul dihalaman rumah mewah milik keluarga Wiratama itu.
"Mabok lagi?" tanya Wiratama kepada Reza saat melihatnya memapah sang anak seraya menggelengkan kepala.
"Aya!" seru Tuan Wiratama kepada menantunya yang sedang berada dimeja makan karna baru saja selesai makan malam.
"Ya yah," sahutnya.
"Mas Langit kenapa Pak Reza, mabok lagi?" tanya Cahaya pada Reza.
Reza mengangguk sambil memapah Langit menaiki tangga lantai dua kamarnya berada. Dan Cahaya mengekor dibelakang membawa jas ditangannya.
Sesampainya dikamar seperti yang pernah ia lakukan saat suaminya itu mabok, ia mengganti kemejanya dengan piyama.
"Sepertinya kali dia benar benar mabok berat, sampai sampai tak bergerak sedikitpun, tapi dia gak mati kan?" gumam Cahaya lalu menempelkan telinganya pada dada sang suami guna mendengarkan detak jantungnya yang seakan tidak berdegup, "Masih aman!" gumamnya lagi.
Setelah selesai menggantikan baju sang suami ia pun segera membaringkan tubuhnya disebelah tubuh suaminya yang sedang tidak sadarkan diri itu.
Lama Cahaya menatap wajah tampan lelaki yang kini menjadi suaminya itu. Sungguh Cahaya terpukau melihatnya, "Ganteng." satu kata yang berhasil lolos dari mulut wanita itu.
"Sadar Ay, dia memang suamimu tapi kau tidak berarti apapun untuknya. Kau memilikinya raga dan tubuhnya tapi tidak dengan hatinya. Karna hati dan cintanya milik orang lain!" Cahaya menghembuskan napas berat hingga rasa kantuk pun mulai menyerang.
Wanita itu membenahi posisinya tubuhnya sebelum akhirnya terpejam dan mengarungi bahtera mimpi. Hingga pagi menjelang.
Pagi itu Cahaya sudah rapih karna hendak pergi ke rumah sakit untuk menjenguk sang ibu.
Namun sebelumnya ia telah menyiapkan segala kebutuhan Langit dari pakaian dan juga air hangat untuk berendam saat bangun tidur nanti, bahkan pagi dirinya memasak sarapan untuk suaminya.
"Pagi yah," sapanya pada sang mertua.
Kini wanita itu tak lagi terlihat canggung saat berbicara dengan sang mertua.
"Pagi," sahutnya singkat.
Terukir senyuman di bibir Cahaya saat sapaannya disambut dengan hangat oleh sang mertua.
"Ayah, ini nasi goreng buatanku, ayah cobain ya," ucap Cahaya dengan sedikit gugup karana ini adalah untuk pertama kalinya ia memasak setelah beberapa hari menjadi menantu di rumah itu.
"Dilihat dari bentuk dan warnanya sepertinya sih enak," puji sang ayah mertua hingga membuat Cahaya tersipu malu.
Cahaya mengisi piring sang mertua dengan nasi goreng buatannya.
"Emm, enak! bahkan sangat enak, ternyata menantuku pintar masak juga ya, wah tidak salah aku memilihmu menjadi menantu pengganti," ucap Wiratama dengan antusias.
"Suamimu belum bangun?" tanyanya lagi.
"Belum yah, sepertinya Mas Langit banyak minum semalam, sampai sampai sudah pagi pun masih belum bergerak juga," tutur Cahaya.
"Kamu harus sabar ngedepin Langit. Sepertinya dia masih belum bisa melupakan wanita sembrono itu. Tapi percayalah suatu saat dia pasti akan sangat mencintaimu lebih dari apapun. Yakinlah jika hal itu akan terjadi!"
"Aamiin yah, semoga saja, karna aku juga berharap begitu," sahut Cahaya.
Setelah selesai sarapan pagi itu Cahaya pamit kepada sang ayah mertua untuk pergi ke rumah sakit.
Dan di kamarnya Langit yang mulai terusik karna dering ponsel yang terus berbunyi..
Lelaki itu mengkerjapkan - kerjapkan matanya dan merasakan sakit yang luar biasa pada kepalanya. Mencoba untuk bangkit namun tubuhnya seakan melayang layang dan merasakan pusing yang luar biasa.
"Cahaya!" pekiknya.
Hening
Tak ada jawaban apapun.
"Cahaya!" serunya lagi namun tetap tidak ada sahutan dari sang pemilik nama.
Ia meraih ponsel hendak menghubungi Cahaya, namun seketika ia teringat jika dirinya belum menyimpan kontak hp Cahaya.
Tok tok tok...
Terdengar suara ketukan pintu lalu muncul Bi Jum.
"Tuan Muda sudah bangun? Tuan Wiratama menyuruh saya membawakan sarapan untuk Tuan Muda," tutur Bi Jum.
"Kemana istriku bi?" tanya Langit.
"Nona Cahaya pergi ke rumah sakit tuan,"
"Sejak kapan?"
"Belum lama Tuan Muda, apa tuan butuh sesuatu?"
Langit hanya terdiam, tak satu katapun keluar dari mulutnya.
Lelaki itu berusaha untuk bangkit menuju ke kamar mandi. Namun tiba tiba saja ambruk dilantai dan kembali tidak sadarkan diri.
"Tuan Muda!" teriak Bi Jum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
kutubuku
tugas aya nmbh donk ngurusin 2 org skit
2023-06-03
0
kutubuku
wah wah knp itu
2023-06-03
0
kutubuku
sepertinya sangat sabar yah ayah lngit itu.
2023-06-03
0