Tak lama dokter keluarga datang dan menyarankan untuk segera dibawa ke rumah sakit guna. mendapatkan perawatan.
Saat Bi jum dan Tuan Wiratama hendak membawanya ke rumah sakit, ternyata Langit membuka matanya.
"Cih, lemah tapi sok kuat!" Ledek sang ayah, "apa dengan mabok seperti itu kau bisa melupakan semua kepedihan dan sakit hatimu?" ucapnya lagi. Sementara Langit mencebikan bibirnya dengan lemah.
"Tuan, sebaiknya kita bawa Tuan Muda ke rumah sakit seperti saran dokter!" ucap Bi Jum dengan raut wajah khawatirnya, namun berbeda dengan Tuan Wiratama yang hanya mengganggap sepele dengan apa yang dialami sang putra.
"Tidak perlu, dia hanya membutuhkan istrinya dan Reza sedang menjemputnya!" Ucap Wiratama yang sepertinya mengetahui apa yang dibutuhkan Langit.
Apa maksud berbicara seperti itu? Apa ayah mengetahui sesuatu? batin langit.
Sejak semalam memang Langit hanya bisa memandangi tubuh sang istri yang sedang tertidur lelap sembari menahan gejolak tubuhnya yang sudah mulai panas. Dirinya butuh pelepasan, namun sebisa mungkin ia menahannya hingga akhirnya sang istri terbangun, lalu ia hanya bisa berpura - pura tidur.
"Kau dan Cahaya adalah sepasang suami istri yang sah secara agama dan negara, jadi tidak perlu manahan sesuatu yang membuatmu menjadi seperti ini," ucap sang ayah saat kini sedang berdua didalam kamar langit.
"Tapi diantara kami...,"
"Tidak ada Cinta maksudmu? Cinta kalian akan tumbuh seiring waktu. Lupakan wanita sembrono itu, dia sudah mengecewakanmu, mengkhianatimu dan hampir saja keluarga kita menanggung malu jika saja tidak ada gadis itu yang telah bersedia menggantikannya. Dia gadis yang baik, jaga dan sayangi dia! Percayalah kalian akan menjadi pasangan paling bahagia di dunia ini," ucap sang ayah panjang lebar memberi petuah pada Langit.
Langit hanya terdiam meresapi setiap kata yang keluar dari mulut sang ayah.
Ayah yang selama ini telah menjadi orang tua tunggal setelah kepergian ibunya yang entah kemana. Karna semenjak perceraian orang tuanya, Langit sama sekali tak pernah bertemu dengan sang ibu. Bahkan melihat wajahnya saja tidak pernah. Entah seperti apa sang ibu yang telah melahirkannya, sebab di dalam rumah mewahnya tak ada satupun poto sang ibu. Karna sang ayah benar - benar menghilangkan semua kenangan tentang wanita itu.
24 tahun Wiratama membesarkan putranya seorang diri. Menjadi ayah sekaligus ibu bagi anaknya. Bukan hal mudah untuk bisa melakukan semua itu. Hanya saja Wiratama tidak mau memberikan putranya seorang ibu sambung yang belum tentu bisa menyayanginya dengan tulus yang saat itu dirinya sedang kesulitan ekonomi.
Ia berpikir jika ibu yang melahirkannya saja telah tega pergi meninggalkannya apalagi yang hanya seorang ibu sambung. Sebab itulah dirinya bertekad membesarkan sang putra seorang diri tanpa berniat menikah lagi.
"Menikahlah sekali seumur hidup, hiduplah rukun bersama wanita yang kini telah jadi jodohmu. Ayah yakin, itu jodoh terbaik dari tuhan. Bersyukurlah karna kau mengetahui kelakuan buruk wanita pilihanmu sebelum ijab qobul terjadi, sebab jika itu terjadi setelah pernikahan rasanya akan lebih sangat menyakitkan!" ucapnya, lalu keluar dari kamar sang anak.
Sementara di rumah sakit.
Cahaya yang masih berada didalam ruangan sang ibu sedang merasakan binar bahagia karna kini sang ibu sudah dapat merespon saat diajak bicara walau hanya menggerakkan jari telunjuknya saja namun itu menjadi poin tersendiri dalam perkembangannya.
"Bu, apa ibu tahu? saat ini aku sedang sangat bahagia. Aku bahagia karna ibu sudah menunjukan perubahan baik, terima kasih sudah berjuang sampai sejauh ini bu, sepulang dari sini aku janji akan sedekah ke panti asuhan atas nama ibu." Cahaya mengecup kening sang ibu bertubi - tubi.
"Nona, Tuan Wiratama mengutus saya untuk menjemput nona kembali ke rumah," tutur Reza yang berada diambang pintu ruangan rawat inap ibunya Cahaya.
"Kenapa?" tanya Cahaya heran karna sebelumnya ia sudah berpamitan pada mertuanya itu.
"Saya kurang tahu nona, sebab tuan tidak memberitahu apapun. Beliau hanya menyuruh saya untuk menjemput nona kembali ke rumah," tutur tegas Reza.
"Baiklah, tunggu sebentar. Aku mau membersihkan ibuku dulu, baru setelah ini aku akan ikut bersamamu!"
"Baik nona, saya tunggu diluar!" sahut Reza.
Setelah kurang lebih satu jam Cahaya keluar dari ruang rawat sang ibu. Tak lupa berpesan pada perawat untuk tetap menjaga dan mengawasi sang ibu.
"Baru kali ini aku gak tenang meninggalkan ibu, apa karna aku merasa ibu sudah lebih baik, sehingga aku merasa khawatir," gumam Cahaya seraya melangkah keluar meninggalkan ruang rawat sang ibu. Bahkan berkali kali berpesan pada perawat untuk menjaga ibunya. Sebelum akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit. Tanpa merasa curiga sedikitpun pada perawat yang berada di dalam ruangan sang ibu.
Setelah kepergian Cahaya perawat itu membuka masker dan tertawa sinis.
"Cih, ternyata hanya menghadapi wanita sepertinya, itu sangat mudah buatku!" gumamnya dengan penuh ejekan.
Wanita itu mulai menjalankan misinya yaitu menghabisi nyawa ibu dari wanita yang ternyata juga telah lama menjadi musuhnya.
Wanita itu mulai membuka alat bantu pernapasan yang menempel pada mulut Zura yang tak lain adalah ibu dari Cahaya.
Nafas ibu Zura pun mulai tersengal saat alat bantu pernapasan itu dilepas paksa oleh wanita yang menyamar menjadi seorang perawat yang selama ini diberi tugas merawat ibu Zura.
Saat napas ibu Zura sedang tersengal sengal wanita itupun menarik bantal yang sedang digunakan oleh pasien itu dan bantal itu ia gunakan untuk membekapnya, hingga akhirnya mengalami kejang - kejang dan akhirnya menghembuskan nyawanya.
Setelah dipastikan jika target telah tiada, wanita itu kembali memasang alat pernapasannya dan membenarkan posisi pasien yang sudah tidak bernyawa itu seperti semula sehingga tidak satupun orang akan curiga dengan apa dilakukannya baru saja.
Lalu wanita itu menyembulkan kepalanya keluar menengok kanan kiri memastikan tidak ada orang yang melihatnya keluar dari ruangan tersebut. Setelah berhasil keluar dan menjauh dari ruangan itu wanita itu berlari menuju parkiran dengan tergopoh
"Satu urusan sudah teratasi dengan sempurna!"
Hahaha.....
Suara tawa jahat terdengar begitu menggelegar didalam sebuah mobil sedan merah milik wanita tersebut. Tawa penuh kemenangan, tawa puas dari hasil kerjanya sendiri yang telah berhasil melenyapkan nyawa seseorang.
"Tunggu misi selanjutnya Cahaya, tidak akan ku biarkan kau hidup bahagia! Upik abu jangan pernah berharap menjadi chinderela!"
Ha ha ha.......
Terdengar lagi tawa penuh kemenangan, setelah itu terlihat wanita itu menghubungi seseorang.
"Bebaskan dia dan pastikan wanita itu tidak mencurigai apapun atur semuanya dengan aman, mengerti!"
"Siap bos, jangan lupa transferannya! Jika telat aku akan memberitahu identitas dan motif dari semua ini!" ancam seorang lelaki bayaran tersebut sehingga membuat wanita itu kesal bukan main.
Wanita itu menepikan mobilnya lalu membuka m-banking pada ponselnya dan mentransfer sejumlah uang pada orang suruhannya.
.
.
.
Siapa ya kira - kira wanita itu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
nisa
aku juga penasaran
2023-06-05
0
nisa
matamu kui njlok diculek po
2023-06-05
0
nisa
walaupun ada, tapi sangat langka
2023-06-05
0