"Maaf nyonya Lusi, kami harus segera kembali!" Reza terus berjalan menuju mobilnya tanpa mau meladeni mantan istri dari atasannya itu.
"Kurang ajar! Berani sekali kau mengabaikanku. Tunggu saja! Saat aku kembali menjadi nyonya Wiratama kau adalah orang pertama yang akan aku singkirkan! Geramnya sendiri saat melihat Reza semakin menjauh dan menuju mobilnya.
Tanpa banyak bertanya Cahaya mengikuti langkah Reza menuju mobil. Dengan sesekali menengok kebelakang menatap wanita paruh baya yang mengaku sebagai ibu dari suaminya itu.
Memakan waktu perjalanan sekitar 45 menit, kini Reza dan Cahaya telah tiba dirumah.
Cahaya bergegas turun dari mobilnya.
"Tunggu nona!" panggil Reza, "Mengenai wanita dimakam tadi tolong jangan ceritakan pada Tuan Muda," ucap Reza.
"Memangnya kenapa?" tanya Cahaya penuh selidik.
"Turuti saja, jika nona tidak mau terkena masalah besar!" ucapnya penuh penekanan dan membuat Cahaya mendengus kesal pada sang asisten keluarga Wiratama itu.
Sepertinya banyak sekali misteri dari masa lalu keluarga ini, tapi apa ya, ah bodo amat memangnya aku peduli? gumamnya dalam hati seraya berjalan memasuki rumahnya.
"Berani kau menyentuhnya, aku yang akan menghabisimu dengan tanganku sendiri!" suara tak asing itu terdengar dengan jelas oleh Cahaya saat dirinya melintasi ruang kerja sang mertua karrna pintunya sedikit terbuka.
"Ayah, dengan siapa berdebat? Mas Langit? Tapi tak ada suara siapapun selain ayah didalam sana." Cahaya memperlambat langkah kakinya saat mendengar suara dengan nada tinggi yang terdengar begitu jelas seraya bertanya tanya di dalam hatinya.
Baru kali ini ia mendengar ayah mertuanya begitu marah, bahkan saat berdebat dengan Langit pun tidak sampai setinggi itu nadanya.
Cahaya bergidik ngeri lalu melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga menuju lantai dua kamarnya.
"Kau sudah pulang?" tanya Langit yang sedang duduk disofa.
"Ya," jawabnya singkat. "Mas aku tadi tidak sengaja mendengar sepertinya ayah sedang berdebat di ruangan kerjanya," tuturnya lagi.
Langit memicingkan sebelah alisnya, "mungkin bertelpon dengan klien!" jawabnya kemudian dengan santai.
"Tapi sepertinya bukan, suaranya terdengar begitu tinggi dan terdengar ayah sangat marah loh! Tadi dimakam aku juga _" seketika Cahaya membungkan mulutnya sendiri karna hampir saja melanggar peringatan dari Reza.
"Juga apa, kenapa tidak diteruskan?" tanya Langit dengan penuh selidik .
"Ah, aku lupa mau bicara apa tadi ya?" kilahnya. "aku mandi dulu aja deh gerah." Cahaya berjalan dengan cepat menuju kamar mandi agar terbebas dari pertanyaan Langit.
Seminggu ini Langit dan Cahaya tidak banyak berdebat, karna kesibukan Langit yang membuatnya harus terus memantau layar laptop sehingga tak ada waktu untuk perdebatan yang tidak penting menurutnya.
"Dasar aneh!" gerutu Langit sembari menatap pintu kamar mandi yang mulai tertutup itu, kemudian bergegas turun dan segera menuju ruangan kerja sang ayah untuk mencari tahu kebenaran dari perkataan istrinya.
"Dua puluh empat tahun Za, aku membesarkan putraku seorang diri, memberikan seluruh waktu dan segalanya yang aku punya. Dan apa pernah dia ada untuk sekedar bertanya kabar tentang anak yang telah dia lahirkan, tidak sedikitpun Za, tapi kau lihat sekarang dia tiba tiba datang dan meminta maaf, lalu mengatakan jika dia merindukan dan ingin bertemu dengan putraku!" Tutur Wiratama dengan segala bentuk rasa kecewa dan sakit hati yang selama ini ia tutupi dengan rapat.
"Kita harus waspada Tuan, saya curiga nyonya Lusi punya tujuan lain!" Reza mengingatkan.
"Ya, kau benar," sahut wiratama.
"Bagaimana tentang penyelidikan laki laki yang telah membatalkan pernikahan Cahaya. Dan tentang pembunuhan Ibu Zura?" tanyanya kemudian
"Ini semua data yang saya dapatkan dari orang suruhan saya tuan," Reza menyodorkan semua sebuah map coklat.
"Rendi Purnawan?" Wiratama mengerutkan keningnya.
"Betul tuan, ternyata lelaki itu adalah Rendi teman dari Tuan Muda yang juga telah berselingkuh dengan Nona Nesha. Dan wanita yang sama juga yang telah mengaku hamil anak dari Rendi dihari pernikahan Nona Cahaya!" jelas Reza.
"Jadi ibuku masih hidup? Dan kedua orang yang sama yang telah menghancurkan pernikahanku dan pernikahan Cahaya?"
Suara Langit yang tiba tiba muncul diambang pintu itu mengejutkan sang ayah dan asistennya, kedua lelaki itupun saling tatap. Lalu Wiratama memberi isyarat pada Reza untuk meninggalkan dirinya dan sang putra melalui gerak matanya dan dengan segera Reza pun keluar dari ruangan itu.
Wiratama menarik napas dalam lalu menghembuskan kembali dengan berat, kemudian menatap sang putra dengan lekat.
"Ya, ibumu masih hidup!"
"Kenapa ayah berbohong padaku dan mengatakan jika ibu sudah meninggal? Apa ayah sengaja melakukan itu agar aku beranggapan jika ibuku telah tiada lalu_"
"Ayah tidak pernah bilang ibumu sudah meninggal. Tapi ayah hanya bilang ibumu telah pergi dari kehidupan kita nak," sahut Wiratama dengan anda yang mulai melemah.
"Lalu saat aku memperjelas dengan menganggap ibu sudah meninggal, kenapa ayah hanya diam?"
"Maafkan ayah, ayah hanya tidak mau kau terus bertanya tanya tentang ibumu yang sudah pergi entah kemana!" Wiratama menunduk saat air matanya mulai menggenang dipelupuk matanya. Sungguh dirinya terus terbayang pengkhianatan yang telah dilakukan oleh istri dan temannya itu. Dua puluh empat tahun berlalu nyatanya tidak bisa menghapus kenangan pahit dan rasa sakit yang ada didalam hatinya.
"Sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh ibuku saat itu?" tanya Langit dengan raut wajah datar.
Wiratama membuka laci lalu menyodorkan sebuah map coklat yang berisi tentang bukti bukti perselingkuhan ibu dari Langit bersama teman dekatnya, "Bukalah, maka kau akan tahu jawabannya!" titahnya kemudian.
Langit membuka lembar demi lembar setiap poto sang ibu yang sedang bermesraan dengan lelaki lain bahkan ada juga poto yang sangat vulgar dan sedang berada disebuah kamar hotel. Langit meremas lembaran poto yang kini berada ditangannya dengan begitu kuat. "Apa sebenarnya yang keluarga Purnawan ini inginkan, tidak mungkin ini sebuah kebetulan semata! Semua pasti sudah direncanakan."
"Sekarang kau sudah tahu siapa musuh kita yang sebenarnya, dulu ayahnya merebut ibumu, dan sekarang anaknya pun merebut calon istrimu, lupakan Nesha dari dalam hatimu! Ayah minta jaga istrimu baik baik, ayah yakin kematian mertuamu ada hubungannya dengan semua ini!" Wiratama menepuk pelan pundak sang anak seraya mengingatkan sang anak lalu keluar dari ruangan tersebut meninggalkan langit seorang diri.
Mendengar Nama Nesha seketika hati Langit menjadi kacau, cintanya yang sudah tumbuh selama 3 tahun itu akankah ia bisa menghapus dan menghilangkannya, cintanya yang begitu besar itu bahkan mampu menutupi rasa kecewa yang dilakukan oleh wanita itu.
Entah cinta macam apa yang Langit punya untuk Nesha sehingga ia tidak mampu menguburnya bahkan setelah pengkhianatan yang dilakukan wanita itu tak mampu membuat seorang Langit membencinya. Bahkan setiap hembusan nafasnya hanya ada nama Nesha.
"Arggghhhh!" Langit berteriak frustasi.
Nesha, Nesha dan Nesha! Hanya nama itu yang terus berkecamuk didalam pikiran dan hatinya, entah sampai kapan ia bisa menghilangkan nama itu dari benaknya.
Lelaki itu beranjak dari ruang kerja sang ayah kemudian menuju kamarnya, menyambar kunci mobil dan juga jaket yang berada di atas sofa.
"Mas, mau kemana?" tanya Cahaya.
"Bukan urusanmu!" jawabnya tanpa menoleh.
"Jelas saja itu urusanku, kamu suamiku!" jawab Cahaya tak mau kalah. Namun emosi Langit yang terasa terpancing benar benar memuncak saat itu.
Lelaki itu berbalik badan dan mendekati Cahaya lalu mencengkeran rahang Cahaya dengan begitu kuat, "kau hanyalah istri pilihan ayahku dan kau tidak berhak ikut campur urusanku!" tatapannya begitu tajam membuat nyali cahaya seketika menciut, baru kali ini dirinya melihat suaminya yang begitu marah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
kutubuku
awas nabrak
2023-06-14
0
kutubuku
kesurupan nenek lampir x tu orang
2023-06-14
1
kutubuku
24 tahun luka itu msh mmbkas lara
2023-06-14
0