"Oh my god! Apa yang telah aku lakukan?" makinya pada diri sendiri seraya memanggil salah satu pelayan dengan suaranya yang begitu nyaring.
"Mas,,, Mas Langit kenapa?" Cahaya mencoba membangunkan lelaki yang masih tertidur namun mulutnya terus saja berteriak. Tapi lelaki itu tak kunjung bangun dan membuka matanya.
"His ngeselin banget sih, udah semalaman tidurnya ngorok, mulutnya bau alkohol, nah ini baru aja mau nyenyak tidur, eh udah teriak teriak lagi apes apes!" gerutu Cahaya lalu melirik jam dinding yang ternyata telah menunjukan jam 04.10 lalu Cahaya kembali membenahi posisi tidurnya dengan membelakangi Langit.
Membuat lelaki yang sebetulnya sudah terbangun namun enggan membuka matanya itu kini baru bisa menghembuskan napas lega karna semua peristiwa yang terjadi ternyata hanya mimpi buruk.
"Huh, syukurlah ternyata itu hanya mimpi!" batinnya. Langit mengelus dadanya lega dan sejenak melirik wanita yang kini memunggunginya. Tak lama kemudian kembali tertidur.
Malam mulai beranjak pagi pun menjelang dua insan berbeda jenis yang masih tertidur di atas kasur empuknya dibawah balutan selimut yang masih setia melekat pada tubuh keduanya.
Matahari yang mulai membagikan energi paginya di semua sudut alam semesta.
Cahaya perlahan mulai membuka matanya dengan lengan yang masih setia mendekap sebuah bantal guling. Namun entah kenapa ia merasa pagi ini bantal gulingnya terasa berbeda dari biasanya.
Begitupun dengan Langit yang masih enggan melepaskan pelukan hangatnya pada bantal guling yang setiap hari menemaninya. Bahkan kali ini terasa lebih hangat dan membuatnya betah memejamkan mata.
Drrrt drrrrt drrrt
Getar ponsel yang terus berderut di atas nakas memaksa kedua insan itu membuka matanya.
Dan seketika, "Aaaaaaaaaaaaaa!" teriak Langit dan Cahaya serempak dan terdengar begitu menggema didalam kamar kedap suara itu, karna posisi mereka saat ini adalah saling memeluk dan memberi kehangatan satu sama lain.
"Kamu!" teriak keduanya lagi dengan serempak.
Langit pun meloncat layaknya kodok menjauhi Cahaya.
Kali ini bukan mimpi, tapi aku benar benar memeluknya! Batin Langit.
Sesaat keheningan tercipta sibuk dengan pemikiran masing - masing dan keduanya pun terlihat begitu salah tingkah tanpa bisa terucap satu katapun. Hingga akhirnya keduanya sama sama beranjak dan menuju kamar mandi. Lagi - lagi mereka serempak dan keduanya pun menjadi kikuk. Hingga akhirnya Cahaya membuka suara.
"Maaf, aku akan pergi bekerja,dan aku harus mandi!" ucapnya dengan sedikit gugup.
"Enak saja, kau pikir hanya kau yang akan pergi bekerja! Aku juga sama, jadi aku duluan saja!" ucap Langit yang juga tak mau kalah. Padahal sebenarnya waktunya masih sangatlah panjang karna ini baru saja menunjukkan pukul 07.00 WIB.
Sehingga mau tidak mau Cahaya pun mengalah dan memilih keluar dari kamarnya dengan hati gelisah karna dirinya memang sudah benar - benar terlambat untuk pergi bekerja.
Ia memilih duduk di ruang makan sambil menikmati sarapan pagi yang telah tersedia di atas meja makan berukuran panjang itu.
"Bi Jum, dimana kamar mandi pelayan berada?" tanya Cahaya yang tiba tiba terlintas akan mandi di sana.
"Ada di dekat dapur Non, maaf Nona Muda mau apa dengan kamar mandi kami?" tanya pelayan itu dengan heran.
"Mau numpang mandi, aku sudah sangat terlambat untuk pergi bekerja!" jawabnya seraya berlari menuju kamar mandi para pelayan rumahnya.
"Tapi Non!" Bi Jum setengah berteriak namun percuma karna Cahaya sudah tidak terlihat lagi.
"Waduh, kalo Tuan Besar atau Tuan Muda tahu Nona Muda memakai kamar mandi pelayan rumah ini habislah aku!" gumam Bi Jum.
Tak berapa lama Cahaya kembali ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Ia heran pada Langit yang masih saja duduk santai dengan pakaian yang masih sama saat tidur semalam dan justru kini asik dengan benda pipih kesayangannya.
"Bukankah tadi mas bilang udah kesiangan untuk pergi bekerja, kenapa masih santai dan bahkan belum mandi!" tanyanya heran dan juga kesal.
"Masih lama, aku pikir tadi sudah jam sembilan," jawabnya datar tanpa rasa bersalah sedikitpun. Dan membuat Cahaya semakin kesal.
Dasar orang kaya, bertindak sesukanya sendiri. Aku tahu kamu pasti sengaja mengerjaiku. Padahal kamu tahu! Aku sudah sangat terlambat. Umpat Cahaya dalam hati. Lalu berlalu pergi meninggalkan kamar.
"Hei, kau mau kemana! ambilkan sarapan untukku dulu baru kau boleh pergi!"
"Tapi mas, aku sudah sangat terlambat pagi ini!" sahutnya dengan nada kesal.
"Aku tidak peduli, sekarang kau adalah istriku jadi kau harus layani aku dengan baik! Dan aku tidak suka dengan panggilanmu itu!" jawabnya ketus.
"Baiklah, tunggu sebentar Tuan Muda!" sahutnya dengan raut wajah kesalnya. Lalu turun kebawah
"Bi Jum, tolong bawakan sarapan Mas Langit ke kamar," titahnya pada Bi Jum. Karna dirinya benar benar sudah terlambat.
Bi jum yang mendengarnya pun merasa heran dan bertanya - tanya, karna tidak biasanya Tuan Mudanya itu sarapan di kamar kecuali jika sedang sakit.
"Tuan Muda ini sarapannya. Maaf, apa Tuan Muda sedang sakit biar saya panggilkan dokter?" tanyanya.
"Tidak, kenapa bibi yang nganter, istriku kemana?"
"Sudah pergi, Tuan Muda."
Beraninya mengabaikanku! batinnya.
"Taruh saja di meja!" titahnya dengan perasaan marah karna merasa diabaikan oleh Cahaya.
...****************...
"Mba Aya, ada yang nyari tu didepan!" ucap salah satu temannya yang juga bekerja di sana.
"Siapa?" tanya Aya.
"Gak tau, yang pasti cowok ganteng banget sumpah Mbak!" sahutnya dengan penuh kagum.
"Ah, kamu mah bercanda aja lagian siapa yang akan mencariku!"
"Aku serius mbak, orangnya ada di depan tu nungguin Mbak Aya!" tuturnya lagi.
Akhirnya Aya pun bangkit dari duduknya menemui lelaki yang konon mencarinya.
"Mas, ngapain kesini?" lirihnya dengan melirik kanan dan kiri memastikan tidak ada karyawan lain yang mendengarnya.
"Karna kau tidak bisa melayaniku di rumah, maka layani aku disini, cepat buatkan aku sarapan!"
"Tapi mas,"
"Kenapa kau malu jika semua temanmu tahu kau sudah bersuami?" ucapnya dengan nada yang sengaja dibuat tinggi oleh Langit.
Cahaya memejamkan matanya jengah, "Bukan begitu baiklah aku akan buatkan kamu sarapan, pilih saja menunya!"
"Aku tidak suka menu disini, jadi buatkan aku menu lain!" lagi lagi jawabannya diluar nalar dan membuat Cahaya semakin kesal. Namun mau tidak mau ia pun harus membuatkannya sarapan diluar menu resto siap saji tersebut.
"Kita lihat saja! Sampai kapan kau bisa bertahan sebagai istriku!" gumam Langit setelah kepergian Cahaya dari hadapannya.
"Mbak Aya! Itu roti tawar aku mau mbak sajikan buat siapa?!" tanya desi dengan setengah terkejut.
"Mbak pinjam dulu ya, Ada pelanggan aneh yang minta sarapan diluar menu Resto ini, tenang nanti Mbak ganti setelah ini!"
"Bukan gitu mbak, tapi aneh aja pelanggan minta diluar menu Resto, kenapa mbak turuti?"
"Gapapa, kali ini aja!" jawabnya singkat.
"Silahkan Mas, maaf hanya ada itu!"
"Pagi Aya cantik!" sapa seorang pelanggan lelaki yang baru saja tiba.
"Jadi karna itu kau buru buru pergi dari rumah dan mengabaikanku!" sungut Langit seraya tersenyum miring lalu mulai memakan roti yang baru saja tersaji.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
al-del
perempuan itu di tuntut untuk selalu pasrah dan mengalah
2023-06-13
2
վմղíα | HV💕
tunggu aja Langit kamu pasti bucil sama Cahaya.
2023-06-02
0
kutubuku
sampai kau mencintainya dengan bucin 🤗🤗
2023-05-27
0