MP. Bab tujuh belas

PLAKK!!!

Suara tamparan itu cukup nyaring didalam mobil milik Rendi.

"Keterlaluan kamu Nesha! Benar - benar otakmu sudah tidak waras!" ucap Rendi setelah mendaratkan sebuah tamparan di pipi Nesha.

"Rendi kau!" Nesha memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan tangan Rendi, "Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan! Aku tidak peduli! Aku hanya ingin mendapatkan cintaku kembali!" ucap Nesha lagi seraya keluar dari mobil lalu membanting pintu dengan begitu keras dan begitu marah

Wanita itu menatap sinis pada mobil yang sudah dengan cepat melaju saat dirinya baru saja turun dan masih berdiri mematung disana. Sama sekali tidak ia sangka Rendi akan begitu marah bahkan tega menamparnya hanya demi wanita yang bernama Cahaya.

"Semua gara gara Cahaya, bahkan Rendi sekarang membenciku! Awas aja kamu!" ucap Nesha seraya mengepalkan satu tangannya sedangkan yang satunya mengusap pipinya yang masih terasa pedas.

"Aku harus menemui Langit!!" Ucapnya kemudian.

*

*

*

"Kau, kenapa ada disini!" teriak Langit yang baru saja membuka matanya terkejut saat mendapati seorang wanita yang juga berada didalam kamar VVIP sebuah club milik temannya.

Langit yang semalam mabok berat hingga meminta satu kamar VVIP yang ada didalam club tersebut. Namun ia sama sekali tidak menyangka jika didalam kamar yang sama itu ternyata ada seorang wanita dengan berpakaian sangat minim.

"Maaf, semalam pak bos menyuruh saya untuk menemani anda," ucap wanita itu dengan sedikit gemetar karna takut dengan tatapan tajam dari Langit.

"Apa yang sudah kau lakukan padaku dan apa aku sudah menyentuhmu, katakan dengan jujur?!" ucap Langit frustasi seraya memegang kepalanya masih berdenyut nyeri.

"Ti, tidak ada tuan. Tuan hanya tidur sambil meracaukan nama seseorang dan saya tidak mungkin berani menyentuh Tuan, karna pesan dari Pak Bos saya hanya diperintahkan untuk menemani saja," sahut wanita tersebut tak ada sedikitpun kebohongan dimatanya dan membuat Langit sedikit merasa tenang karna setidaknya dia tidak menyentuh wanita manapun saat sedang tidak sadarkan diri.

Langit meraih dompetnya dan menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah, "Ambilah dan cepat keluar dari kamar ini!" titahnya kemudian.

Wanita itu meraih uang tersebut lalu keluar dari kamar itu dengan secepat mungkin.

"Sial! Pasti ini ulahnya!" Langit beranjak dari kasurnya dan menuju keluar mencari sosok temannya yang merupakan pemilik Club tersebut.

"Dimana Bram?" tanyanya pada salah satu petugas kebersihan yang sedang membersihkan gedung tersebut.

"Pak Bos ada dikamarnya tuan!"

Mendengar jawaban itu Langit segera menuju kamar Bram.

Langit melempar sebuah bantal sofa pada tubuh Bram yang masih tertidur lelap di atas kasurnya hingga membuat lelaki itu membuka matanya perlahan.

"Heh, bangun kau!" ucap Langit dengan nada kesalnya.

"Apa apaan sih Lang? datang - datang main marah aja!" sahut Bram tanpa dosa.

"Kau itu yang apa - apaan, nyuruh wanita kekamar ku! Bagaimana jika dia melecehkanku saat aku tidak sadarkan diri hah?!" ucap Langit masih dengan rasa kesalnya.

"Cih, macam anak perawan aja takut dilecehkan," Ucap Bram seraya berdecih.

"Tidak ada yang bisa menyentuhku kecuali wanita yang aku cintai dan aku juga tidak akan menyentuh wanita manapun yang tidak aku cintai!" sahutnya dengan tegas

"Lalu bagaimana dengan istri yang telah kau sentuh, apa itu berarti kau mulai mencintai wanita yang kini menjadi istrimu?"

Pertanyaan Bram membuat Langit seketika teringat bahwa dirinya pernah menyentuh Cahaya, wanita yang kini telah menjadi istrinya. Apa dia mulai cinta? Atau hanya sekedar kewajiban untuk memberi nafkah batin entahla ia sendiri pun belum tahu tentang rasa itu.

"Kenapa diam?" tanya Bram lagi.

"Tidak ada cinta diantara kami, aku hanya ingin mengabulkan permintaan ayahku yang menginginkan seorang cucu dariku dan juga Cahaya," sahutnya dengan tegas.

"Lalu apa rencanamu setelah berhasil memenuhi keinginan ayahmu, menceraikannya lalu memisahkan seorang anak dari ibunya?"

Lagi -lagi pertanyaan Bram membuat Langit terdiam. Ia sama sekali tidak mengerti dengan perasaan hatinya saat ini.

"Ayolah Lang, buka sedikit hatimu untuk wanita lain, jangan bodoh dengan terus mencintai wanita yang jelas - jelas sudah mengkhianatimu bahkan dengan teman kita sendiri! Kau tidak berharap untuk kembali bersama Nesha kan?" ujar Bram mencoba memberi pengertian pada temannya itu.

"Kembali dengan Nesha, itu tidak akan mungkin Bram. Karna itu sama saja aku menjatuhkan diriku pada lubang yang sama, tapi membuka hati untuk orang lain sepertinya akan sangat sulit, ya kau tau sendiri bukan, bagaimana selama ini aku mencintai Nesha," tutur Langit.

"Ya, aku sangat tahu. Tapi ingat Lang, Cahaya adalah wanita yang baik, meski dia menikah hanya demi pengobatan ibunya tapi ia tahu batasan saat telah menjadii seorang istri. Dan aku dengar sebelum dia menikah denganmu ada salah satu lelaki yang berusaha mendekatinya. Dan lelaki itu juga merupakan pengusaha muda yang sukses."

"Lalu apa hubungannya denganku?" tanya Langit heran.

"Aku hanya mengingatkanmu agar tidak menyesal dikemudian hari!" ucap Bram kemudian lalu beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi sementara Langit hanya menaikan satu alisnya mencoba menelaah kalimat terakhir dari Bram.

Langit pun mengabaikn perkataan Bram lalu melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya. Lalu ia bangkit dari duduknya untuk segera kembali kerumahnya.

"Mau sampai kapan kau akan menumpahkan masalahmu dengan cara mabok - mabokan Langit!" ucap Wiratama kepada putranya yang baru saja memasuki rumahnya.

Langit hanya diam, tampa berniat menjawab ucapan sang ayah seraya terus berjalan dan mengabaikan keberadaan sang ayah.

"Langit!" teriaknya lagi dan berhasil membuat Langit menghentikan langkahnya.

"Apalagi yah? Aku sudah menuruti semua keinginan ayah, termasuk menikah dengan wanita pilihan ayah, sakarang apalagi yang ayah inginkan?"

"Selama ini ayah sudah cukup membiarkanmu bertingkah semaumu, mabok - mabokan, jarang pulang kerumah, apa belum puas kau melakukan semua itu Lang, bahkan saat kau sudah beristri seperti sekarang ini kau masih saja kelayapan tidak jelas diluar sana!"

Wiratama menarik napas berat lalu menghampiri sang putra.

"Apa pengkhianatan yang Nesha lakukan tidak cukup membuatmu sadar bahwa dia bukan perempuan yang baik dan kau masih terus mengharapkannya?"

"Aku pun tidak lagi mengharapkan dia!" ucap Langit dengan lantang.

"Lalu kenapa kau tidak mau menjalani rumah tanggamu layaknya seorang suami yang selalu pulang kerumah tepat waktu? Dan berhenti pergi ke Club hanya untuk mabok - mabokan! Kau sudah dewasa Langit, harusnya kau sadar dengan apa yang kau lakukan itu hanya akan membuat dirimu semakin tidak bisa melupakannya!"

"Lalu aku harus bagaimana? Pura - pura bahagia dengan pernikahan kami yang hanya terjadi atas dasar kesepakatan antara ayah dan istriku begitu?" ucap Langit dengan sendu.

Tanpa mereka sadari di luar sana seorang wanita sedang menyaksikan perdebatan antara ayah dan anak itu.

Tanpa sadar air matanya sudah menggenang dipelupuk matanya. Ternyata kehilangan kesuciannya tidak membuat sang suami mau membuka hati untuknya.

Wanita itu mengusap air matanya, "Aku harus pergi!" ucapnya seraya kembali melangkahkan kakinya.

Terpopuler

Comments

nisa

nisa

sini ku bntu hpus airmatanya 😢

2023-06-24

0

nisa

nisa

aku ngebayangin nada bicaranya sambil kesal itu jadi seksi keknya hikhik

2023-06-24

0

nisa

nisa

maraih terus

2023-06-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!