Part 20 - Kesedihan Davira

Davira menegak jus buah naga kesukaannya hingga tandas, rasanya begitu menyegarkan dan perutnya kini terasa penuh karena sudah menghabiskan banyak sekali makanan yang disediakan oleh para pelayan.

Tunggu, semua makanan? Davira terperanjat kaget menatap piring dan mangkuk yang sudah kosong, ia menutup mulutnya yang terbuka lebar. Davira tidak percaya dengan apa yang baru saja ia lakukan.

"Pergi ke mana makanan yang tadi ada di atas meja?" tanya Davira kepada ke-lima pelayan yang berdiri di sebelahnya.

Para pelayan itu mengernyit kebingungan mendengar pertanyaan Davira yang seolah tengah mengalami amnesia, padahal dia baru saja memakan banyak hidangan berat hingga habis tak bersisa.

Melihat pelayan yang kebingungan membuat Davira sontak menatap perutnya.

"Arghhh!" Davira menjatuhkan kepalanya di atas meja, sekarang dia benar-benar menyesal karena tidak bisa menahan diri untuk tidak memakan semua hidangan yang dia sediakan untuknya.

"Aku tidak boleh kehilangan perut rata ku," gumam Davira merasa bersalah kepada dirinya sendiri. Hal yang memang sering sekali terjadi kepadanya setelah dia selesai menghabiskan banyak makanan.

Davira kembali mengangkat kepalanya dan menatap tajam para pelayan yang semakin kebingungan.

"Ini semua salah kalian, harusnya kalian tidak menyajikan banyak hidangan di atas meja. Cukup satu hidangan, kalian ingin membuat aku gemuk?"

Braak.

Davira menggebrak meja membuat semua pelayan itu langsung menundukkan kepala mereka.

"Maafkan kami Nona, kami hanya ingin memberikan yang terbaik. Lain kali kami hanya akan menyajikan hidangan sesuai dengan permintaan Nona."

Davira mengetuk-ngetukkan ujung jarinya di atas meja, sudah tiga hari dia tidak melihat batang hidung Nathan. Entah ke mana pria itu sebenarnya, yang jelas Davira merasa begitu tenang karena tidak melihat wajah Nathan yang selalu membuat ia merasa emosi.

Selama tiga hari ini hatinya lebih merasa tenang hingga dia bisa makan dengan lahap karena perutnya terus merasa lapar. Tetapi menghilangnya Nathan selama tiga hari ini juga membuatnya merasa kebingungan, dia merasa takut. Karena terakhir kali Nathan menghilang, dia kembali dengan melakukan pembantaian.

"Di mana Nathan sekarang? Kenapa dia tidak terlihat sama sekali? Ini sudah tiga hari," tanya Davira pada akhirnya, dia sudah tidak bisa lagi membendung rasa penasarannya.

"Tuan Xie sedang melakukan urusan pekerjaan, Nona," jawab salah satu dari ke-lima pelayan itu.

"Urusan pekerjaan?" Davira mengernyit dengan tatapan penuh kecurigaan kepada para pelayan.

"Katakan dengan jujur, ke mana Nathan pergi? Dia masih di Jepang? Atau dia pergi ke negara lain?"

"Maaf Nona, tapi kami tidak bisa memberitahu perihal kemana Tuan Xie pergi. Tapi mungkin sebentar lagi Tuan akan kembali."

Davira berdecak kesal kemudian berdiri dari duduknya, dia benar-benar tidak bisa mendapatkan informasi dari para pelayan itu.

"Aku bisa berjalan sendiri," Davira menepis tangan pelayan yang ingin membantunya.

Ia merasa kakinya sudah jauh lebih baik dan sudah bisa digunakan kembali walaupun dia harus berjalan dengan tertatih-tatih, setidaknya dia tidak perlu menggunakan kursi roda lagi.

Davira melangkahkan kaki meninggalkan ruang makan yang begitu luas dan megah, di sana terdapat meja panjang dan 20 kursi yang mengelilinginya.

"Kenapa kalian terus mengikutiku?" tanya Davira menatap para pelayan di belakangnya.

"Kami akan mengantarkan Nona sampai ke kamar, kami hanya tidak ingin Nona terluka karena terjatuh. Jadi kami akan berjaga-jaga di belakang Nona," jawab pelayan itu.

Davira menghela nafas panjang, dia benar-benar tidak bisa kabur saat ini. Selain karena kakinya, para pelayan dan pengawal juga terus menerus berada di sekitarnya. Bahkan di depan pintu kamar yang ia tempati pun terdapat 8 pengawal yang berjaga.

Sekarang Davira tahu apa alasan keamanan menjadi lebih ketat dari pada sebelumnya, itu karena Nathan sedang tidak berada di mansion. Pria itu pastinya menyuruh para pengawal agar terus mengawasinya.

Davira melirik pintu utama yang tertutup rapat, dapat ia lihat beberapa pengawal berpakaian rapi tengah berjaga di sana. Davira segera memasuki lift untuk menuju ke kamarnya, para pelayan itu masih mengikutinya membuat ia benar-benar merasa jengah.

"Apa aku ini adalah tawanan kalian?" Davira bersedekap dada.

Para pelayan itu hanya menundukkan kepala mereka dan tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Davira, mereka lebih memilih untuk diam seribu bahasa.

Tidak memerlukan waktu lama hingga pintu lift itu terbuka, Davira segera berjalan menyusuri lorong panjang yang akan membawanya menuju ke kamarnya. Davira mengedarkan pandangannya, mansion tempatnya sekarang ditahan benar-benar sepi. Tidak ada siapapun selain pengawal dan juga pelayan di sana.

Setibanya di depan kamar, para pengawal yang berjaga segera membukakan pintu untuk Davira agar segera masuk.

"Nona, tunggu. Apakah Nona membutuhkan sesuatu? Saya akan membawakannya ke kamar."

"Aku tidak butuh apa-apa selain kebebasan," jawab Davira kemudian menutup pintu kamarnya dan tidak membiarkan pelayan-pelayan itu ikut masuk bersamanya.

Davira sedang ingin sendirian saat ini, ia berjalan menuju balkon kamar yang langsung menghadap ke arah matahari terbenam. Davira membuka pintu kaca yang dapat menghubungkannya ka balkon, wanita itu memegang besi pembatas sembari menatap ke arah bawah.

Di sana terlihat beberapa pengawal yang berlalu lalang dan kini menatapnya dengan penuh kecurigaan.

"Aku tidak akan kabur melewati balkon ini sialan! Tidak perlu sampai menyuruh pengawal berjaga di sana, aku tidak akan mati konyol," gumam Davira merasa kesal.

Davira menggelengkan kepalanya pelan mencoba untuk mengusir emosi yang saat ini sedang ia rasakan, ia mengalihkan pandangannya ke arah depan. Cahaya matahari sore begitu menyilaukan, tetapi Davira merasa lebih tenang saat melihatnya.

Cahaya yang indah dan terasa begitu hangat, Davira memejamkan matanya secara perlahan untuk merasakan semilir angin lembut yang menerpa tubuh dan juga rambutnya. Udara Jepang yang sangat menyegarkan, tiba-tiba saja bayangan wajah Damian muncul di dalam kepalanya.

Masa-masa indah yang ia lalui bersama dengan Damian berputar di kepalanya layaknya sebuah kaset. Davira mengingat tentang pertemuan pertama mereka dan saat-saat di mana dia merasakan kebahagian ketika bersama dengan Damian.

Tanpa sadar, satu tetes cairan bening keluar dari pelupuk matanya tanpa diminta. Hati Davira terasa perih, dia sudah mencoba untuk tidak terlalu larut dalam kesedihan. Tapi dia tidak mungkin menepis kenangannya bersama dengan Damian. Davira tidak akan pernah bisa dan dia benci dengan keadaannya saat ini.

Davira merasa benar-benar tidak berdaya dan juga lemah, musuhnya berada didekatnya tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Davira menggenggam kuat besi pembatas yang terasa dingin. Ia kembali membuka matanya yang sudah terlihat memerah saat ini.

Davira mulai terisak dan menangis sejadi-jadinya, ia perlu menangis agar sesak di dadanya sedikit berkurang. Davira harus menumpahkan kesedihannya, dia tidak bisa lagi membendungnya. Davira merasa begitu terpukul, sedih dan marah karena dia tidak bisa mencegah takdir buruk yang menimpanya.

Suara Isak tangis Davira terdengar begitu menyayat hati, dia masih belum bisa menerima kenyataan pahit yang mengatakan bahwa dia telah kehilangan segalanya. 

Keluarga dan juga kekasihnya, Davira telah kehilangan keduanya. Davira terduduk di lantai kemudian menyandarkan kepalanya pada besi pembatas. 

"Apa yang kau tangisi, Davira?"

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

semua pergi dalam jangka waktu yang tidak lama

2023-06-08

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2 Part 02 - Bertemu Damian
3 Part 03 - Awal Mula
4 Part 04 - Malam Kelam
5 Part 05 - Pemakaman
6 Part 06 - Eksekusi
7 Part 07 - Kedatangan Aidan
8 Part 08 - Perlindungan Nathan
9 Part 09 - Makan Malam
10 Part 10 - Melamar
11 Part 11 - Hari Pernikahan
12 Part 12 - Gaun Berdarah
13 Part 13 - Pria Gila!
14 Part 14 - Kecemburuan Laura
15 Part 15 - Keras Kepala
16 Part 16 - Tuan Pemaksa
17 Part 17 - Demam
18 Part 18 - Ke Sevilla
19 Part 19 - Menemui Julian
20 Part 20 - Kesedihan Davira
21 Part 21 - Memeluk Davira
22 Part 22 - Balasan dari Nathan
23 Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24 Part 24 - Rencana Davira
25 Part 25 - Melarikan Diri
26 Part 26 - Para Berandal
27 Part 27 - Melewati Batas!
28 Part 28 - Hinaan Amara
29 Part 29 - Pindah
30 Part 30 - Roma
31 Part 31 - Emma Scott
32 Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33 Part 33 - Rencana Julian
34 Part 34 - Penculikan
35 Part 35 - Tanda dari Nathan
36 Part 36 - Merasa Tertekan
37 Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38 Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39 Part 39 - Kedatangan Laura
40 Part 40 - Perintah Gayatri
41 Part 41 - Pertemuan Keluarga
42 Part 42 - Racun
43 Part 43 - Bantuan
44 Part 44 - Pengorbanan Emma
45 Part 45 - Hutang Nyawa
46 Part 46 - Kota Moskow
47 Part 47 - Perkelahian
48 Part 48 - Tugas Pertama
49 Part 49 - Para Perampok
50 Part 50 - Operasi Emma
51 Part 51 - Taruhan
52 52 - Pekerjaan Terakhir
53 Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54 Part 54 - Serangan
55 Part 55 - Pelakunya!
56 Part 56 - Perkelahian Saudara
57 Part 57 - Memukul Mundur
58 Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59 Part 59 - Merasa Panik
60 Part 60 - Pertanyaan Jakob
61 Part 61 - Kedatangan Emma
62 Part 62 - Kemarahan Aaron
63 Part 63 - Kepercayaan Nathan
64 Part 64 - Imbalan Erick
65 Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66 Part 66 - Rekaman CCTV
67 Part 67 - You Have My Love
68 Part 68 - Permintaan Emma
69 Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70 Part 70 - Ancaman Erick
71 Part 71 - Diberi Waktu
72 Part 72 - Keputusan Emma
73 Part 73 - Saran dari Atvita
74 Part 74 - Menyelidiki
75 Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76 Part 76 - Liciknya Emma
77 Part 77 - Terbongkar
78 Part 78 - Datangnya Erick
79 Part 79 - Alvar Martez
80 Part 80 - Permusuhan
81 Part 81 - Jebakan
82 Part 82 - Ketakutan Emma
83 Perundingan - Part 83
84 Membebaskan Atvita - Part 84
85 Balas Dendam - Part 85
86 Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2
Part 02 - Bertemu Damian
3
Part 03 - Awal Mula
4
Part 04 - Malam Kelam
5
Part 05 - Pemakaman
6
Part 06 - Eksekusi
7
Part 07 - Kedatangan Aidan
8
Part 08 - Perlindungan Nathan
9
Part 09 - Makan Malam
10
Part 10 - Melamar
11
Part 11 - Hari Pernikahan
12
Part 12 - Gaun Berdarah
13
Part 13 - Pria Gila!
14
Part 14 - Kecemburuan Laura
15
Part 15 - Keras Kepala
16
Part 16 - Tuan Pemaksa
17
Part 17 - Demam
18
Part 18 - Ke Sevilla
19
Part 19 - Menemui Julian
20
Part 20 - Kesedihan Davira
21
Part 21 - Memeluk Davira
22
Part 22 - Balasan dari Nathan
23
Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24
Part 24 - Rencana Davira
25
Part 25 - Melarikan Diri
26
Part 26 - Para Berandal
27
Part 27 - Melewati Batas!
28
Part 28 - Hinaan Amara
29
Part 29 - Pindah
30
Part 30 - Roma
31
Part 31 - Emma Scott
32
Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33
Part 33 - Rencana Julian
34
Part 34 - Penculikan
35
Part 35 - Tanda dari Nathan
36
Part 36 - Merasa Tertekan
37
Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38
Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39
Part 39 - Kedatangan Laura
40
Part 40 - Perintah Gayatri
41
Part 41 - Pertemuan Keluarga
42
Part 42 - Racun
43
Part 43 - Bantuan
44
Part 44 - Pengorbanan Emma
45
Part 45 - Hutang Nyawa
46
Part 46 - Kota Moskow
47
Part 47 - Perkelahian
48
Part 48 - Tugas Pertama
49
Part 49 - Para Perampok
50
Part 50 - Operasi Emma
51
Part 51 - Taruhan
52
52 - Pekerjaan Terakhir
53
Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54
Part 54 - Serangan
55
Part 55 - Pelakunya!
56
Part 56 - Perkelahian Saudara
57
Part 57 - Memukul Mundur
58
Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59
Part 59 - Merasa Panik
60
Part 60 - Pertanyaan Jakob
61
Part 61 - Kedatangan Emma
62
Part 62 - Kemarahan Aaron
63
Part 63 - Kepercayaan Nathan
64
Part 64 - Imbalan Erick
65
Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66
Part 66 - Rekaman CCTV
67
Part 67 - You Have My Love
68
Part 68 - Permintaan Emma
69
Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70
Part 70 - Ancaman Erick
71
Part 71 - Diberi Waktu
72
Part 72 - Keputusan Emma
73
Part 73 - Saran dari Atvita
74
Part 74 - Menyelidiki
75
Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76
Part 76 - Liciknya Emma
77
Part 77 - Terbongkar
78
Part 78 - Datangnya Erick
79
Part 79 - Alvar Martez
80
Part 80 - Permusuhan
81
Part 81 - Jebakan
82
Part 82 - Ketakutan Emma
83
Perundingan - Part 83
84
Membebaskan Atvita - Part 84
85
Balas Dendam - Part 85
86
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!