Part 08 - Perlindungan Nathan

"Penyeludupan senjata dan narkotika, ibuku menginginkannya," jawab Aidan tanpa basa-basi lagi.

Sudut bibir Davira sedikit berkedut, dia sudah tidak terkejut lagi. Liana memang seperti begitu tertarik dengan kedua bisinis itu, padahal dulu dia sudah pernah diberikan kesempatan untuk mengelolanya, namun dia gagal.

"Aku akan mengelola kedua bisnis itu bersama Damian, tidak dengan Ibumu ataupun yang lainnya. Apa yang keluar dari mulutku saat ini adalah keputusan yang bulat, jangan menyuruhku untuk mempertimbangkannya karena sampai kapanpun aku tidak akan mau. Semuanya sudah dibagi sesuai dengan apa yang tertulis di surat wasiat nenek. Jadi urus lah bisnis kalian sendiri, pertambangan batu bara yang kalian pegang menurutku jauh lebih menguntungkan," sindir Davira yang secara tidak langsung mengatakan bahwa Liana serakah.

Aidan berdecak, "Kenapa kau sangat keras kepala? Aku tidak memintamu menyerahkan bisnis itu, aku hanya memintamu untuk melakukan kerjasama dengan ibuku. Apa kau lebih mempercayai Damian dan keluarganya itu? Ingat, Davira, aku dan ibuku adalah keluargamu yang masih tersisa."

"Aku lebih mempercayai Damian, semuanya berjalan baik saat dia yang membantuku untuk mengelola bisnis keluarga ini. Aku juga tidak akan lupa bahwa kalian ada keluargaku. Berhenti menuntut apapun, di sini kalian yang lupa dan menutup mata. Uang yang ku hasilkan dari semua bisnis itu ku bagi kepada kalian setiap bulannya!" suara Davira mulai meninggi karena dia sudah tidak bisa menahan emosinya.

"Aku tidak ingin bisnis yang selama ini baik-baik saja menjadi kacau karena campur tangan ibumu itu! Jadi sebaiknya kau pergi dari sini karena tidak ada lagi yang harus dibicarakan," Davira segera berdiri dari duduknya.

Terdengar helaan nafas kasar dari Aidan bersamaan dengan pistol yang dikeluarkan oleh pria itu.

"Aku sudah membicarakan semuanya baik-baik, Davira. Aku sudah memintanya dengan cara paling halus, jangan bersikap sombong hanya karena kau pemegang saham dan bisnis terbesar di keluarga ini! Kau bisa saja ku lenyapkan!" nafas Aidan terdengar memburu.

Keduanya kini berdiri saling berhadapan dengan ujung pistol yang dipegang Aidan mengarah ke kepala Davira.

"Sudah ku duga, selama ini hanya kemunafikan yang kalian tunjukkan. Kalian tidak pernah puas dengan apa yang sudah kalian miliki, dan sekarang kau mengancam ku, Aidan?"

Davira menatap sepupunya itu tanpa rasa takut sedikitpun, saat ini Davira tahu bahwa banyak pasang mata yang sedang mengawasinya. Para pengawalnya sudah bersiap melepaskan timah panas dari pistol mereka ke arah Aidan dan semua anak buahnya.

Aidan tersenyum miring, "Kau kira ini hanya sebuah ancaman? Aku bahkan berani menembak mu saat ini juga."

Davira cukup khawatir, namun berusaha untuk tetap tenang. Ia hanya tidak ingin terjadi baku tembak lagi di mansion-nya. Dan biar bagaimanapun dia tidak ingin membunuh Aidan, sepupunya sendiri. Namun jika Aidan nekat memaksa dan benar-benar menyerangnya, maka tidak ada pilihan lain selain membalas pria itu.

"Jauhkan pistol mu dari Davira."

Tiba-tiba saja terdengar suara berat yang sudah 3 bulan ini tidak Davira dengar, semuanya sontak menetap ke arah asal suara. Di ambang pintu terlihat Nathan dan puluhan anak buahnya sedang menodongkan senjata ke arah Aidan.

"Apa-apaan ini, Davira? Bagaimana bisa dia berada di sini?!" Aidan menatap Davira dengan penuh tanda tanya.

Davira pun kini merasa kebingungan kenapa Nathan sampai begitu berani masuk ke dalam mansion-nya dan di waktu yang sangat-sangat tepat seperti sekarang ini.

Namun Davira tidak tahu apa maksud kedatangan Nathan, yang jelas dia sangat membenci wajah itu. Dia menjadi kembali teringat dengan pembantaian yang ia yakini dilakukan oleh anak buah keluarga Xie.

Tiba-tiba saja terdengar suara gelak tawa Aidan yang menggema selama beberapa saat.

"Jadi kau berselingkuh dengan dia?" Aidan bertanya dengan sisa tawanya.

"Sepertinya Damian harus mengetahui hal ini, ternyata sepupuku ini benar-benar sudah gila. Kau serius menjalin hubungan dengan seseorang yang sudah membantai keluarga kita, Davira?"

"Tutup mulutmu," desis Nathan membuat Aidan segera menurunkan kembali pistolnya dan memberi isyarat kepada anak buahnya untuk melakukan hal yang sama.

Aidan melangkahkan kakinya menghampiri Nathan, ia menatap tajam kepada Nathan yang kelihatan begitu tenang namun seperti sedang menahan amarah.

"Kau tidak bisa ikut campur atau menghentikan ku, Nathan. Sebaiknya kau pergi, karena kami sedang mengadakan rapat keluarga," ucap Aidan dengan penekanan di akhir kalimat.

"Dengan pistol yang mengarah ke kepala Davira?" Nathan mengangkat satu alisnya.

"Sepertinya kau harus segera kembali ke Indonesia, kita tidak perlu saling membunuh di Sevilla. Ibumu harus memakamkan mu di tempat kelahiran mu," Nathan melirik ke arah Davira yang hanya diam di tempatnya.

"Kau mengancam ku?" Aidan menatap Nathan dan Davira secara bergantian.

"Hubungan apa yang sedang kalian jalin saat ini? Kau pikir aku akan merasa takut? Ada apa ini? Kenapa kau harus melindungi Davira?"

"Apakah aku harus menjawab pertanyaan mu?" Nathan melangkah semakin mendekat kepada Aidan.

"Jangan berpikir kau bisa menyakiti Davira, lupakan keinginanmu. Kau tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang kau inginkan itu," bisik Nathan kemudian berlalu begitu saja.

Nathan berjalan menghampiri Davira yang kini berdiri dengan tangan yang sudah terkepal kuat.

Aidan menatap Paul dengan tajam sebelum ia keluar dari mansion bersama dengan anak buahnya. Aidan merasa begitu terkejut dengan kedatangan Nathan dan pembelaan yang pria itu lakukan.

Jadi sekarang dia harus berurusan Nathan terlebih dahulu sebelum bisa mendapatkan apa yang ibunya inginkan dari Davira.

"Sial," umpat Aidan merasa kesal, dia tidak mungkin melawan Nathan hari ini.

Sudah sangat jelas dia kekurangan orang, sedangkan Nathan datang dengan membawa puluhan anak buahnya. Sangat tidak memungkinkan jika terjadi baku tembak, dia bisa mati di tangan pria itu dan dia tidak ingin itu terjadi.

Aidan langsung masuk ke dalam mobilnya dengan amarah yang menggebu-gebu.

"Apa hubungan mereka? Apakah Damian tahu?" gumamnya merasa begitu penasaran.

Sedangkan Davira tengah merasa begitu marah karena kehadiran Nathan, Davira benar-benar merasa diremehkan saat ini.

"Apa yang kau lakukan di sini? Ku kira kau sudah kembali ke Indonesia setelah tugasmu untuk menghabisi keluargaku selesai. Apa lagi sekarang? Kenapa kau bisa begitu berani memperlihatkan wajahmu di hadapanku?"

"Apa yang Aidah lakukan? Dia menyakitimu? Aidan memaksamu untuk memberikannya sesuatu?"

"Kenapa kau harus datang? Kau benar-benar membuat aku merasa direndahkan saat ini, kau pikir aku selemah itu? Aku tidak lemah hanya karena aku belum membalas perbuatan mu, Nathan. Aku pasti dan akan membalas semuanya."

"Berhati-hatilah, Aidan bisa nekat."

Keduanya saling menatap satu sama lain, tidak ada pertanyaan yang terjawab dari mereka berdua. Nathan tersenyum tipis kemudian berbalik dan segera melangkahkan kakinya keluar dari mansion Davira.

Wanita itu memijit pelipisnya yang terasa pening, rasa marahnya kepada Aidan kini tumpang tindih dengan rasa marahnya kepada Nathan. Kedua pria itu benar-benar menyulut emosinya.

Dia tahu setelah ini mungkin Aidan akan melakukan sesuatu, namun Davira tidak ingin terlalu memikirkannya. Yang membuat ia merasa penasaran saat ini adalah kedatangan Nathan, apakah setelah kejadian itu Nathan masih selalu membuntutinya hingga tahu bahwa dia sedang berada dalam bahaya?

Apa maksud dan tujuan Nathan selama ini? Davira ingin tahu sebelum dia membunuh Nathan dengan tangannya sendiri.

Davira segera meraih ponsel yang ia letakkan di atas meja, wanita itu mulai menghubungi seorang pria yang mungkin bisa membuatnya merasa tenang saat ini.

"Damian, aku ingin kita bertemu nanti sore. Kau masih di Sevilla bukan?"

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

apa benar Damian bisa dipercaya

2023-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2 Part 02 - Bertemu Damian
3 Part 03 - Awal Mula
4 Part 04 - Malam Kelam
5 Part 05 - Pemakaman
6 Part 06 - Eksekusi
7 Part 07 - Kedatangan Aidan
8 Part 08 - Perlindungan Nathan
9 Part 09 - Makan Malam
10 Part 10 - Melamar
11 Part 11 - Hari Pernikahan
12 Part 12 - Gaun Berdarah
13 Part 13 - Pria Gila!
14 Part 14 - Kecemburuan Laura
15 Part 15 - Keras Kepala
16 Part 16 - Tuan Pemaksa
17 Part 17 - Demam
18 Part 18 - Ke Sevilla
19 Part 19 - Menemui Julian
20 Part 20 - Kesedihan Davira
21 Part 21 - Memeluk Davira
22 Part 22 - Balasan dari Nathan
23 Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24 Part 24 - Rencana Davira
25 Part 25 - Melarikan Diri
26 Part 26 - Para Berandal
27 Part 27 - Melewati Batas!
28 Part 28 - Hinaan Amara
29 Part 29 - Pindah
30 Part 30 - Roma
31 Part 31 - Emma Scott
32 Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33 Part 33 - Rencana Julian
34 Part 34 - Penculikan
35 Part 35 - Tanda dari Nathan
36 Part 36 - Merasa Tertekan
37 Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38 Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39 Part 39 - Kedatangan Laura
40 Part 40 - Perintah Gayatri
41 Part 41 - Pertemuan Keluarga
42 Part 42 - Racun
43 Part 43 - Bantuan
44 Part 44 - Pengorbanan Emma
45 Part 45 - Hutang Nyawa
46 Part 46 - Kota Moskow
47 Part 47 - Perkelahian
48 Part 48 - Tugas Pertama
49 Part 49 - Para Perampok
50 Part 50 - Operasi Emma
51 Part 51 - Taruhan
52 52 - Pekerjaan Terakhir
53 Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54 Part 54 - Serangan
55 Part 55 - Pelakunya!
56 Part 56 - Perkelahian Saudara
57 Part 57 - Memukul Mundur
58 Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59 Part 59 - Merasa Panik
60 Part 60 - Pertanyaan Jakob
61 Part 61 - Kedatangan Emma
62 Part 62 - Kemarahan Aaron
63 Part 63 - Kepercayaan Nathan
64 Part 64 - Imbalan Erick
65 Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66 Part 66 - Rekaman CCTV
67 Part 67 - You Have My Love
68 Part 68 - Permintaan Emma
69 Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70 Part 70 - Ancaman Erick
71 Part 71 - Diberi Waktu
72 Part 72 - Keputusan Emma
73 Part 73 - Saran dari Atvita
74 Part 74 - Menyelidiki
75 Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76 Part 76 - Liciknya Emma
77 Part 77 - Terbongkar
78 Part 78 - Datangnya Erick
79 Part 79 - Alvar Martez
80 Part 80 - Permusuhan
81 Part 81 - Jebakan
82 Part 82 - Ketakutan Emma
83 Perundingan - Part 83
84 Membebaskan Atvita - Part 84
85 Balas Dendam - Part 85
86 Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2
Part 02 - Bertemu Damian
3
Part 03 - Awal Mula
4
Part 04 - Malam Kelam
5
Part 05 - Pemakaman
6
Part 06 - Eksekusi
7
Part 07 - Kedatangan Aidan
8
Part 08 - Perlindungan Nathan
9
Part 09 - Makan Malam
10
Part 10 - Melamar
11
Part 11 - Hari Pernikahan
12
Part 12 - Gaun Berdarah
13
Part 13 - Pria Gila!
14
Part 14 - Kecemburuan Laura
15
Part 15 - Keras Kepala
16
Part 16 - Tuan Pemaksa
17
Part 17 - Demam
18
Part 18 - Ke Sevilla
19
Part 19 - Menemui Julian
20
Part 20 - Kesedihan Davira
21
Part 21 - Memeluk Davira
22
Part 22 - Balasan dari Nathan
23
Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24
Part 24 - Rencana Davira
25
Part 25 - Melarikan Diri
26
Part 26 - Para Berandal
27
Part 27 - Melewati Batas!
28
Part 28 - Hinaan Amara
29
Part 29 - Pindah
30
Part 30 - Roma
31
Part 31 - Emma Scott
32
Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33
Part 33 - Rencana Julian
34
Part 34 - Penculikan
35
Part 35 - Tanda dari Nathan
36
Part 36 - Merasa Tertekan
37
Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38
Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39
Part 39 - Kedatangan Laura
40
Part 40 - Perintah Gayatri
41
Part 41 - Pertemuan Keluarga
42
Part 42 - Racun
43
Part 43 - Bantuan
44
Part 44 - Pengorbanan Emma
45
Part 45 - Hutang Nyawa
46
Part 46 - Kota Moskow
47
Part 47 - Perkelahian
48
Part 48 - Tugas Pertama
49
Part 49 - Para Perampok
50
Part 50 - Operasi Emma
51
Part 51 - Taruhan
52
52 - Pekerjaan Terakhir
53
Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54
Part 54 - Serangan
55
Part 55 - Pelakunya!
56
Part 56 - Perkelahian Saudara
57
Part 57 - Memukul Mundur
58
Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59
Part 59 - Merasa Panik
60
Part 60 - Pertanyaan Jakob
61
Part 61 - Kedatangan Emma
62
Part 62 - Kemarahan Aaron
63
Part 63 - Kepercayaan Nathan
64
Part 64 - Imbalan Erick
65
Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66
Part 66 - Rekaman CCTV
67
Part 67 - You Have My Love
68
Part 68 - Permintaan Emma
69
Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70
Part 70 - Ancaman Erick
71
Part 71 - Diberi Waktu
72
Part 72 - Keputusan Emma
73
Part 73 - Saran dari Atvita
74
Part 74 - Menyelidiki
75
Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76
Part 76 - Liciknya Emma
77
Part 77 - Terbongkar
78
Part 78 - Datangnya Erick
79
Part 79 - Alvar Martez
80
Part 80 - Permusuhan
81
Part 81 - Jebakan
82
Part 82 - Ketakutan Emma
83
Perundingan - Part 83
84
Membebaskan Atvita - Part 84
85
Balas Dendam - Part 85
86
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!