Part 07 - Kedatangan Aidan

Kepulan asap rokok keluar dari mulut Davira, dahi wanita itu sedikit mengkerut ketika melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya. Benda pipih itu terus berdering sedari tadi, dia sudah mencoba untuk mengabaikannya. Namun si penelpon tidak kunjung menyerah membuatnya berdecak kesal.

Davira segera menggeser tombol hijau hingga kini panggilan tersambung.

"Davira? Kau ke mana saja? Kenapa sangat sulit dihubungi? Kau baik-baik saja bukan?" 

Pertanyaan beruntun dilontarkan oleh sepupunya yang bertempat tinggal di Indonesia, pria bernama Aidan itu begitu cerewet dan Davira tidak terlalu menyukainya. Aidan selalu saja berusaha untuk ikut campur dengan urusannya dan ingin tahu banyak tentang kehidupan pribadinya.

Sedangkan Davira bukan tipe orang yang bisa menceritakan apa yang ia rasakan, dia juga merasa risih ketika seseorang terus saja menanyakan sesuatu kepadanya.

Selain itu Davira masih merasa marah dan kesal kepada Aidan serta ibu dari pria itu yaitu bibinya sendiri. Mereka berdua baru datang ke Sevilla setelah satu bulan pemakaman keluarga mereka. Davira tidak habis pikir mengapa ibu dan anak itu lebih memilih untuk mengurus bisnis terlebih dahulu dari pada menghadiri acara pemakaman keluarga Xie.

Hal itu membuat Davira semakin yakin bahwa keperdulian Aidan dan ibunya itu hanyalah bentuk formalitas, mereka lebih memperdulikan bisnis dan sibuk mengurus harta yang ditinggalkan oleh nenek dan kakeknya. Entah Aidan dan ibunya bisa mengurusnya, Davira tidak peduli.

Asalkan mereka berdua tidak mengusik bisnis inti yang sekarang sedang ia pegang. Aidan dan ibunya hanya mendapatkan sebagian, namun menurut Davira sebagian yang Aidan dan ibunya dapatkan sangatlah banyak.

"Aku baik-baik saja, cepat katakan. Jika tidak ada hal penting maka akan ku ma--"

"Tunggu, Davira! Sebenarnya sekarang aku sedang berada di Sevilla."

Davira sontak berdiri dari duduknya merasa terkejut, pasalnya ini sudah dua bulan sejak pertemuan terakhir mereka. Ada maksud apa Aidan tiba-tiba datang ke Sevilla?

"Kenapa kau ke sini? Aku sedang tidak ingin ditemui, aku tidak menerima tamu," ucap Davira dengan nada yang terdengar begitu dingin.

"Aku ini sepupumu, Davira. Kau sendirian di sini, kau tidak ingin pulang ke Indonesia? Masih ada aku dan ibuku, beberapa keluarga kita juga masih tersisa."

"Berhenti berbasa-basi dan katakan apa tujuanmu datang ke sini?"

"Aku akan mengatakannya, tapi tidak di telepon. Aku akan datang ke mansion-mu. Saat ini aku sedang dalam perjalanan menuju ke sana."

"Apakah tujuanmu itu sangat penting?" Davira menghembuskan kasar asap rokoknya.

"Penting, maka dari itu aku sampai harus ke Sevilla. Tunggu aku di mansion dan jangan ke mana-mana."

"Dengan siapa kau ke sini? Apakah ibumu juga ikut?" Davira merasa was-was, sebab dia tidak ingin melihat wajah Liana yang membuatnya merasa muak. Wajah penuh kemunafikan, saudara dari ayahnya itu memang rata-rata serakah dan juga egois.

"Aku sendirian, tidak benar-benar sendirian. Aku bersama dengan beberapa anak buahku."

"Ada berapa?"

"Apa kau akan terus bertanya, Davira? Aku akan memutus sambungannya, sampai jumpa."

Panggilan terputus secara sepihak membuat Davira merasa ingin melempar ponselnya saking kesalnya. Davira mengambil nafas dalam-dalam kemudian menekan kuat ****** rokok yang masih menyala pada asbak. Ia segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar, sudah 3 bulan sejak kejadian baku tembak waktu itu. Dan sekarang tampilan rumahnya sudah kembali seperti semula, namun dengan keadaan yang sudah berbeda.

Davira menuruni undakan tangga satu persatu hingga sampai di lantai dua rumahnya, terlihat beberapa pengawal yang langsung menatap ke arahnya. Para pengawal baru yang ia pekerjakan itu semuanya memang penduduk asli Spanyol.

Davira tetap harus menggunakan pengawal karena dia juga masih memegang bisnis keluarganya, dia bersyukur karena Damian membantunya untuk mengurus bisnis keluarganya dengan baik. Pria itu benar-benar telah menemaninya melewati masa-masa sulitnya.

Sekarang bisnis mereka di dunia bawah tetap berjalan stabil dan tidak berubah walaupun kedua orang tuanya sudah tiada. Karena masih ada dia dan Damian yang selalu membantunya mengatasi masalah tersebut.

"Hari ini akan ada yang datang, dia adalah sepupuku. Tapi kalian tetap harus berhati-hati, dia tidak sendirian dan bersama dengan anak buahnya. Jadi tetaplah waspada."

"Baik Nona," ke-lima orang pengawal itu menganggukkan kepala mereka secara bersamaan.

Davira tidak mengatakan apa-apa lagi, wanita itu mulai membawa langkah kakinya memasuki lift. Dia ingin ke lantai satu dan menunggu Aidan di ruang tamu, Davira tidak ingin jika sepupunya itu masuk ke ruangan pribadinya.

Ia meletakkan bokongnya pada sofa yang terasa begitu empuk, dia bersandar dengan nyaman dan tenang sembari mengetuk-ngetukkan ujung jarinya pada pinggiran sofa.

Matanya terpejam selama beberapa saat, kejadian pada malam itu kembali berputar di kepalanya layaknya sebuah kaset. Bayangan tentang kedua orang tuanya yang ditembak di depan matanya membuat tangannya kini terkepal kuat.

"Nona?"

Tiba-tiba saja salah satu pengawalnya kini berdiri di hadapannya membuat ia terperanjat kaget. Davira menatap pengawal itu dan segera mengendalikan ekspresi wajahnya.

"Ada yang datang, dia mengaku sebagai sepupu Nona. Dari Indonesia," ucap pengawal berambut panjang diikat itu.

"Suruh masuk, dia membawa berapa orang anak buah?" tanya Davira merasa penasaran.

"Ada sekitar lima belas, Nona."

Davira tertegun untuk sejenak, untuk apa Aidan membawa anak buah sampai sebanyak itu? Apa sebenarnya tujuan Aidan datang ke sini? Davira merasa ada yang tidak beres.

Pengawal itu menyingkir dari hadapannya untuk menyuruh Aidan dan para anak buahnya yang sudah berdiri di teras agar segera masuk.

Aidan tersenyum lebar, pria bertubuh tinggi tegap itu kini membawa langkah kakinya memasuki mansion besar milik keluarga intinya. Semua anak buah yang ia bawa hanya mengikutinya dari belakang.

"Di mana Davira?" tanya Aidan sudah tidak sabar untuk bertemu dengan sepupunya yang cantik itu.

"Nona Davira di sana Tuan, ikuti saya," pengawal itu menuntun Aidan hingga sampai ke ruang tamu.

"Davira! Aku merindukanmu," Aidan langsung menghampiri wanita yang kini hanya menatapnya datar.

Aidan berniat untuk memeluk tubuh Davira, namun wanita itu segera mendorong dadanya agar menjauh.

"Tidak ada pelukan, kita tidak sedekat itu," Davira duduk dengan menyilangkan kedua kakinya.

Aidan hanya terkekeh kemudian duduk tanpa dipersilahkan, sedangkan semua anak buahnya kini berdiri di belakangnya. Dan hal itu benar-benar membuat Davira merasa jengkel karena Aidan seolah ingin membuatnya merasa terancam.

"Aku senang kau memilih untuk merenovasi mansion ini, kau mengambil keputusan yang tepat," Aidan menatap sekelilingnya, dan tidak ada yang berubah sejak terakhir kali ia berkunjung.

"Langsung pada intinya, kenapa kau membawa anak buah sebanyak ini? Dan kenapa kau membawa mereka ke hadapanku? Harusnya mereka bisa menunggu di luar jika kau memang ingin membicarakan sesuatu yang penting."

"Jangan salah paham, Davira. Aku membawa mereka hanya untuk berjaga-jaga."

Davira mengangkat satu alisnya, "Kau sedang menemui ku dan kau sedang berjaga-jaga dari hal apa?"

Raut wajah Aidan yang semula ramah seketika berubah, ia berdehem singkat sembari menyandarkan punggungnya.

"Aku ke sini untuk membicarakan perihal bisnis yang sedang kau pegang saat ini."

Davira tersenyum kecil, dugaannya tidak salah dan seratus persen benar. Tidak ada hal lain yang bisa membuat Aidan pergi jauh-jauh menemui dirinya ke Sevilla jika tidak karena urusan bisnis.

"Ada apa dengan bisnis yang ku pegang? Ku rasa tidak ada masalah sama sekali, aku dan Damian mengelolanya dengan sangat baik. Kita tidak kehilangan konsumen satu pun walaupun hampir seluruh keluarga kita sudah tiada. Bisnis keluarga kita masih sukses dengan mana keluarga Handoko yang tetap kuat."

"Justru itu, Davira. Kami melihat bahwa bisnis yang sekarang kau kelola semakin berkembang, tidakkah seharusnya kau mengelolanya bersama dengan ibuku? Dia adalah bibi mu dan adik bungsu dari ayahmu."

"Bukankah semuanya sudah dibagi jauh sebelum kejadian itu? Ibumu dan yang lainnya sudah mendapatkan bagian yaitu bisnis yang ada di Indonesia. Nenek menyerahkan semua yang ada di Spanyol secara penuh kepada ayahku. Karena ayahku adalah putra sulung yang memang mampu mengelola bisnis keluarga."

Davira bersedekap dada sembari menatap raut wajah Aidan yang terlihat tidak terima mendengar apa yang ia katakan.

"Tapi sekarang semuanya sudah berubah, ayahmu dan nenek sudah tiada. Nenek terlalu banyak memberikan harta dan juga bisnisnya kepada ayahmu, itu tidak adil untuk yang lainnya. Dan sekarang kau yang telah memegang semuanya. Sudah seharusnya ibuku dan yang lainnya kembali mendapatkan bagian. Setidaknya kau bisa mulai mengelola bisnis itu dengan bekerjasama dengan ibuku."

Davira tersenyum sinis lalu menegakkan tubuhnya yang semula bersandar.

"Bisnis yang mana? Bisnis apa yang ibumu inginkan itu?" tanya Davira dengan sorot mata yang tajam namun begitu tenang.

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

jangan jangan... ih praduga terus deh

2023-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2 Part 02 - Bertemu Damian
3 Part 03 - Awal Mula
4 Part 04 - Malam Kelam
5 Part 05 - Pemakaman
6 Part 06 - Eksekusi
7 Part 07 - Kedatangan Aidan
8 Part 08 - Perlindungan Nathan
9 Part 09 - Makan Malam
10 Part 10 - Melamar
11 Part 11 - Hari Pernikahan
12 Part 12 - Gaun Berdarah
13 Part 13 - Pria Gila!
14 Part 14 - Kecemburuan Laura
15 Part 15 - Keras Kepala
16 Part 16 - Tuan Pemaksa
17 Part 17 - Demam
18 Part 18 - Ke Sevilla
19 Part 19 - Menemui Julian
20 Part 20 - Kesedihan Davira
21 Part 21 - Memeluk Davira
22 Part 22 - Balasan dari Nathan
23 Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24 Part 24 - Rencana Davira
25 Part 25 - Melarikan Diri
26 Part 26 - Para Berandal
27 Part 27 - Melewati Batas!
28 Part 28 - Hinaan Amara
29 Part 29 - Pindah
30 Part 30 - Roma
31 Part 31 - Emma Scott
32 Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33 Part 33 - Rencana Julian
34 Part 34 - Penculikan
35 Part 35 - Tanda dari Nathan
36 Part 36 - Merasa Tertekan
37 Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38 Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39 Part 39 - Kedatangan Laura
40 Part 40 - Perintah Gayatri
41 Part 41 - Pertemuan Keluarga
42 Part 42 - Racun
43 Part 43 - Bantuan
44 Part 44 - Pengorbanan Emma
45 Part 45 - Hutang Nyawa
46 Part 46 - Kota Moskow
47 Part 47 - Perkelahian
48 Part 48 - Tugas Pertama
49 Part 49 - Para Perampok
50 Part 50 - Operasi Emma
51 Part 51 - Taruhan
52 52 - Pekerjaan Terakhir
53 Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54 Part 54 - Serangan
55 Part 55 - Pelakunya!
56 Part 56 - Perkelahian Saudara
57 Part 57 - Memukul Mundur
58 Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59 Part 59 - Merasa Panik
60 Part 60 - Pertanyaan Jakob
61 Part 61 - Kedatangan Emma
62 Part 62 - Kemarahan Aaron
63 Part 63 - Kepercayaan Nathan
64 Part 64 - Imbalan Erick
65 Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66 Part 66 - Rekaman CCTV
67 Part 67 - You Have My Love
68 Part 68 - Permintaan Emma
69 Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70 Part 70 - Ancaman Erick
71 Part 71 - Diberi Waktu
72 Part 72 - Keputusan Emma
73 Part 73 - Saran dari Atvita
74 Part 74 - Menyelidiki
75 Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76 Part 76 - Liciknya Emma
77 Part 77 - Terbongkar
78 Part 78 - Datangnya Erick
79 Part 79 - Alvar Martez
80 Part 80 - Permusuhan
81 Part 81 - Jebakan
82 Part 82 - Ketakutan Emma
83 Perundingan - Part 83
84 Membebaskan Atvita - Part 84
85 Balas Dendam - Part 85
86 Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2
Part 02 - Bertemu Damian
3
Part 03 - Awal Mula
4
Part 04 - Malam Kelam
5
Part 05 - Pemakaman
6
Part 06 - Eksekusi
7
Part 07 - Kedatangan Aidan
8
Part 08 - Perlindungan Nathan
9
Part 09 - Makan Malam
10
Part 10 - Melamar
11
Part 11 - Hari Pernikahan
12
Part 12 - Gaun Berdarah
13
Part 13 - Pria Gila!
14
Part 14 - Kecemburuan Laura
15
Part 15 - Keras Kepala
16
Part 16 - Tuan Pemaksa
17
Part 17 - Demam
18
Part 18 - Ke Sevilla
19
Part 19 - Menemui Julian
20
Part 20 - Kesedihan Davira
21
Part 21 - Memeluk Davira
22
Part 22 - Balasan dari Nathan
23
Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24
Part 24 - Rencana Davira
25
Part 25 - Melarikan Diri
26
Part 26 - Para Berandal
27
Part 27 - Melewati Batas!
28
Part 28 - Hinaan Amara
29
Part 29 - Pindah
30
Part 30 - Roma
31
Part 31 - Emma Scott
32
Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33
Part 33 - Rencana Julian
34
Part 34 - Penculikan
35
Part 35 - Tanda dari Nathan
36
Part 36 - Merasa Tertekan
37
Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38
Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39
Part 39 - Kedatangan Laura
40
Part 40 - Perintah Gayatri
41
Part 41 - Pertemuan Keluarga
42
Part 42 - Racun
43
Part 43 - Bantuan
44
Part 44 - Pengorbanan Emma
45
Part 45 - Hutang Nyawa
46
Part 46 - Kota Moskow
47
Part 47 - Perkelahian
48
Part 48 - Tugas Pertama
49
Part 49 - Para Perampok
50
Part 50 - Operasi Emma
51
Part 51 - Taruhan
52
52 - Pekerjaan Terakhir
53
Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54
Part 54 - Serangan
55
Part 55 - Pelakunya!
56
Part 56 - Perkelahian Saudara
57
Part 57 - Memukul Mundur
58
Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59
Part 59 - Merasa Panik
60
Part 60 - Pertanyaan Jakob
61
Part 61 - Kedatangan Emma
62
Part 62 - Kemarahan Aaron
63
Part 63 - Kepercayaan Nathan
64
Part 64 - Imbalan Erick
65
Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66
Part 66 - Rekaman CCTV
67
Part 67 - You Have My Love
68
Part 68 - Permintaan Emma
69
Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70
Part 70 - Ancaman Erick
71
Part 71 - Diberi Waktu
72
Part 72 - Keputusan Emma
73
Part 73 - Saran dari Atvita
74
Part 74 - Menyelidiki
75
Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76
Part 76 - Liciknya Emma
77
Part 77 - Terbongkar
78
Part 78 - Datangnya Erick
79
Part 79 - Alvar Martez
80
Part 80 - Permusuhan
81
Part 81 - Jebakan
82
Part 82 - Ketakutan Emma
83
Perundingan - Part 83
84
Membebaskan Atvita - Part 84
85
Balas Dendam - Part 85
86
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!