Part 14 - Kecemburuan Laura

Laura tersenyum tipis mendengar perkataan Davira, ia segera melilitkan perban baru ke pergelangan kaki Davira kemudian kembali memasukkan alat-alatnya ke dalam tasnya.

"Tapi ku rasa kau terlalu berani, Davira. Apakah kau sepercaya diri itu? Kau begitu yakin bahwa Nathan tidak akan membunuhmu jika kau terus memberontak seperti itu?" Laura mengangkat satu alisnya.

"Kenapa kau menjadi ikut campur? Perihal Nathan yang akan membunuhku, itu bukan urusanmu. Jadi sebaiknya kau keluar dari kamar ini, tugasmu sudah selesai bukan, Bu Dokter?"

Davira menatap Laura dingin, seperti yang selalu ia lakukan kepada musuh-musuhnya.

Laura mengepalkan tangannya kuat, "Tunggu saja, Davira. Nathan akan segera membunuhmu jika dia sudah merasa bosan, jangan terlalu bangga hanya karena dia mengejar mu selama tiga tahun. Sekarang kau sudah didapatkan olehnya, rasa penasarannya sebentar lagi akan berakhir, begitu juga dengan hidupmu."

Davira terkekeh kecil, "Kau tahu begitu banyak rupanya, aku akan menunggu saat itu tiba. Rasa bosan Nathan untuk mengejar ku, itulah yang ku nantikan selama ini," ia melirik name tag yang terpasang di bagian dada kiri Laura.

"Tapi kau harus ingat, dokter Laura. Kalaupun Nathan sudah bosan denganku, dia tidak akan berbalik mengejar mu. Mustahil jika seorang pria menurunkan seleranya," sudut bibir Davira tertarik ke samping. Hanya dengan mendengar apa yang dikatakan Laura kepadanya saja, dia sudah tahu bahwa ada kecemburuan yang Laura rasakan.

"Jaga mulutmu!" suara Laura terdengar meninggi, dia merasa marah karena Davira benar-benar sudah menghina dirinya secara terang-terangan. Davira telah merendahkannya dibalik kalimat yang keluar dari mulutnya itu.

"Kau yang seharusnya menjaganya! Tugasmu adalah mengobati ku di sini, jadi sebaiknya jangan ikut campur dengan urusan pribadi orang yang sudah membayar mu!" sentak Davira membuat Laura tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.

Dengan perasaan marah dan kesal, Laura segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar Davira.

Brak.

Laura menutup pintu dengan keras, Davira hanya diam dan memutar bola matanya malas.

"Wanita menyedihkan," gumamnya kemudian membaringkan tubuhnya untuk menenangkan pikirannya yang sedang kalut.

Davira mencoba untuk mengatur kembali nafasnya, dia harus bersikap tenang dan tidak boleh gegabah. Davira mulai meyakinkan dirinya bahwa dia bisa melewati ini semua. Dia adalah wanita yang kuat dan akan selalu begitu, Davira harus bisa membalaskan dendam seluruh keluarganya dan juga Damian dengan membunuh Nathan.

Dia harus bisa melenyapkan Nathan dengan tangannya sendiri, tidak akan ia biarkan Nathan tetap bernafas di saat nafas keluarga dan juga kekasihnya direnggut begitu saja.

Davira menatap langit-langit kamar yang berwarna putih, ia harus bisa membalas dendam. Dan untuk balas dendam, maka dia harus sembuh terlebih dahulu.

Sedangkan di dalam ruangannya, Nathan tengah duduk sembari memperhatikan layar laptopnya yang memperlihatkan seisi kamar Davira. Ia tersenyum tipis melihat Davira yang terlihat memukul-mukul bantal dan tidak bisa diam di tempat tidurnya.

Tok.

Tok.

Terdengar suara ketukan pintu, "Masuklah."

Nathan hanya melirik sekilas Laura yang masuk ke dalam ruangannya dan langsung duduk di kursi yang berseberangan dengannya, membuat keduanya kini dipisahkan oleh meja besar yang di sisi kiri dan kanannya terdapat tumpukan berkas.

"Kau serius melakukan hal ini, Nathan? Kau benar-benar akan terus menahannya di sini bersamamu?" tanya Laura cukup berani karena mereka memang sudah akrab selama bertahun-tahun.

"Aku sudah bertindak sejauh ini, tentu saja aku serius. Kenapa?" Nathan berbicara tanpa menatap wajah Laura, dia lebih memilih fokus memperhatikan kegiatan Davira di dalam kamar melalui layar laptopnya.

Laura menghembuskan nafas panjang berusaha untuk mengontrol ekspresi wajahnya, dia masih merasa begitu kesal dengan perkara Davira barusan. Dan sekarang sikap Nathan menjadi semakin acuh kepadanya.

"Ku rasa dia wanita yang sangat keras kepala, apa kau tidak merasa jengah atau marah? Davira terus-terusan mengumpat kasar kepadamu, dia juga berteriak terus-menerus."

Nathan mengernyit mendengar apa yang dikatakan oleh Laura, ia segera beralih menatap Laura dengan kedua tangan yang tertaut di atas meja.

"Tidak ada yang salah dengan itu, aku menyukai semua yang ada dalam diri Davira," ucap Nathan membuat perasaan Laura hancur berkeping-keping.

Sudah begitu lama Laura memendam perasaan terhadap Nathan, dia begitu mengagumi sosok Nathan yang hampir sempurna. Pria itu memiliki fisik yang menarik dan sifat yang benar-benar membuat Laura jatuh hati.

Laura begitu menyukai pria dingin dan ambisius seperti Nathan, namun ternyata sifat dingin Nathan itulah yang membuatnya merasa tersiksa. Nathan tidak pernah memandangnya apalagi menunjukkan rasa tertarik kepadanya. Apalagi setelah Nathan bertemu dengan Davira, kesempatannya untuk bisa menaklukkan hati Nathan menjadi pupus seketika.

Semenjak Nathan terobsesi untuk memiliki Davira, Laura benar-benar merasa semakin tersingkir. Hampir setiap kali bertemu, Nathan selalu menyebut nama Davira, hal itu membuatnya benar-benar merasa muak.

"Tapi, Nathan. Davira.....dia tidak mungkin membalas perasaanmu setelah semua yang terjadi."

Nathan menatap Laura datar kemudian menyelipkan sebatang rokok di antara bibirnya, ia membakar ujung rokok tersebut dengan pemantiknya lalu menghisapnya dalam-dalam.

"Tidak perlu memikirkan tentang perasaan Davira terhadapku, aku menyuruhmu ke sini bukan untuk membahas mengenai Davira. Tetapi nenekku, bagaimana keadaannya saat ini? Ku dengar dia sempat dilarikan ke rumah sakit."

Laura berdehem singkat, padahal dia masih ingin membahas tentang Davira. Namun sepertinya Nathan sedang tidak ingin barang barunya itu di usik.

"Nyonya Gayatri sudah baik-baik saja, minggu lalu aku sudah memeriksanya," jawab Laura membuat Nathan menghela nafas lega.

"Di mana dia sekarang? Aku tidak bisa menghubunginya, dia tidak mengangkat teleponku sejak kemarin."

Laura tertegun untuk sejenak, dia merasa ragu untuk mengatakan tentang keberadaan Gayatri saat ini. Pasalnya wanita tua itu sudah melarangnya melalui telpon, tapi dia juga tidak mungkin berbohong kepada Nathan. Dia tidak ingin Nathan menjauhinya karena menganggapnya sudah tidak penting dan lebih berpihak kepada sang nenek.

"Nyonya berada di Bali saat ini."

"Dia ke Indonesia? Kapan? Bukankah waktu itu dia dirawat di rumah sakit yang ada di kota Sevilla?"

"Dua hari yang lalu, tepat saat kau melakukan penyerangan di gereja tempat Davira dan Damian akan menikah."

Nathan menghembuskan asap rokoknya kasar, dia tahu bahwa hal ini akan terjadi. Neneknya pasti sudah mengetahui tentang apa yang dia lakukan.

"Tenang saja, Nathan. Nyonya memang marah, tapi dia tetap akan bergerak membersihkan kekacauan yang sudah kau buat. Kau tahu betul bahwa apa yang kau lakukan itu benar-benar menggemparkan dunia bawah."

"Aku tahu tentang hal itu, aku sudah mempertimbangkan semuanya. Maka dari itu aku menghabisi seluruh keluarga Lee agar tidak ada yang balas dendam, dan untuk masalah nenekku. Apakah dia sangat marah? Dia benar-benar tidak mengangkat teleponku, padahal aku hanya ingin tahu keadaannya."

"Aku tidak tahu, kau bisa langsung bertemu dengannya. Dia hanya menelpon ku sebentar untuk konsultasi masalah kesehatannya."

"Baiklah, kau bisa pergi, Laura. Aku akan menghubungimu lagi untuk Davira, jadi ku harap kau tidak langsung kembali ke Sevilla ataupun ke Indonesia, walaupun nenekku yang meminta."

Laura hanya mengangguk pelan, "Aku akan kembali ke hotel, sampai jumpa, Nathan," wanita itu segera berdiri dari duduknya.

"Laura, aku meminta agar kau tidak mengatakan kepada siapapun bahwa saat ini aku sedang berada di Jepang bersama dengan Davira."

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

ternyata dibawa kabur ke Jepang

2023-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2 Part 02 - Bertemu Damian
3 Part 03 - Awal Mula
4 Part 04 - Malam Kelam
5 Part 05 - Pemakaman
6 Part 06 - Eksekusi
7 Part 07 - Kedatangan Aidan
8 Part 08 - Perlindungan Nathan
9 Part 09 - Makan Malam
10 Part 10 - Melamar
11 Part 11 - Hari Pernikahan
12 Part 12 - Gaun Berdarah
13 Part 13 - Pria Gila!
14 Part 14 - Kecemburuan Laura
15 Part 15 - Keras Kepala
16 Part 16 - Tuan Pemaksa
17 Part 17 - Demam
18 Part 18 - Ke Sevilla
19 Part 19 - Menemui Julian
20 Part 20 - Kesedihan Davira
21 Part 21 - Memeluk Davira
22 Part 22 - Balasan dari Nathan
23 Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24 Part 24 - Rencana Davira
25 Part 25 - Melarikan Diri
26 Part 26 - Para Berandal
27 Part 27 - Melewati Batas!
28 Part 28 - Hinaan Amara
29 Part 29 - Pindah
30 Part 30 - Roma
31 Part 31 - Emma Scott
32 Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33 Part 33 - Rencana Julian
34 Part 34 - Penculikan
35 Part 35 - Tanda dari Nathan
36 Part 36 - Merasa Tertekan
37 Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38 Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39 Part 39 - Kedatangan Laura
40 Part 40 - Perintah Gayatri
41 Part 41 - Pertemuan Keluarga
42 Part 42 - Racun
43 Part 43 - Bantuan
44 Part 44 - Pengorbanan Emma
45 Part 45 - Hutang Nyawa
46 Part 46 - Kota Moskow
47 Part 47 - Perkelahian
48 Part 48 - Tugas Pertama
49 Part 49 - Para Perampok
50 Part 50 - Operasi Emma
51 Part 51 - Taruhan
52 52 - Pekerjaan Terakhir
53 Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54 Part 54 - Serangan
55 Part 55 - Pelakunya!
56 Part 56 - Perkelahian Saudara
57 Part 57 - Memukul Mundur
58 Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59 Part 59 - Merasa Panik
60 Part 60 - Pertanyaan Jakob
61 Part 61 - Kedatangan Emma
62 Part 62 - Kemarahan Aaron
63 Part 63 - Kepercayaan Nathan
64 Part 64 - Imbalan Erick
65 Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66 Part 66 - Rekaman CCTV
67 Part 67 - You Have My Love
68 Part 68 - Permintaan Emma
69 Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70 Part 70 - Ancaman Erick
71 Part 71 - Diberi Waktu
72 Part 72 - Keputusan Emma
73 Part 73 - Saran dari Atvita
74 Part 74 - Menyelidiki
75 Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76 Part 76 - Liciknya Emma
77 Part 77 - Terbongkar
78 Part 78 - Datangnya Erick
79 Part 79 - Alvar Martez
80 Part 80 - Permusuhan
81 Part 81 - Jebakan
82 Part 82 - Ketakutan Emma
83 Perundingan - Part 83
84 Membebaskan Atvita - Part 84
85 Balas Dendam - Part 85
86 Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2
Part 02 - Bertemu Damian
3
Part 03 - Awal Mula
4
Part 04 - Malam Kelam
5
Part 05 - Pemakaman
6
Part 06 - Eksekusi
7
Part 07 - Kedatangan Aidan
8
Part 08 - Perlindungan Nathan
9
Part 09 - Makan Malam
10
Part 10 - Melamar
11
Part 11 - Hari Pernikahan
12
Part 12 - Gaun Berdarah
13
Part 13 - Pria Gila!
14
Part 14 - Kecemburuan Laura
15
Part 15 - Keras Kepala
16
Part 16 - Tuan Pemaksa
17
Part 17 - Demam
18
Part 18 - Ke Sevilla
19
Part 19 - Menemui Julian
20
Part 20 - Kesedihan Davira
21
Part 21 - Memeluk Davira
22
Part 22 - Balasan dari Nathan
23
Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24
Part 24 - Rencana Davira
25
Part 25 - Melarikan Diri
26
Part 26 - Para Berandal
27
Part 27 - Melewati Batas!
28
Part 28 - Hinaan Amara
29
Part 29 - Pindah
30
Part 30 - Roma
31
Part 31 - Emma Scott
32
Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33
Part 33 - Rencana Julian
34
Part 34 - Penculikan
35
Part 35 - Tanda dari Nathan
36
Part 36 - Merasa Tertekan
37
Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38
Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39
Part 39 - Kedatangan Laura
40
Part 40 - Perintah Gayatri
41
Part 41 - Pertemuan Keluarga
42
Part 42 - Racun
43
Part 43 - Bantuan
44
Part 44 - Pengorbanan Emma
45
Part 45 - Hutang Nyawa
46
Part 46 - Kota Moskow
47
Part 47 - Perkelahian
48
Part 48 - Tugas Pertama
49
Part 49 - Para Perampok
50
Part 50 - Operasi Emma
51
Part 51 - Taruhan
52
52 - Pekerjaan Terakhir
53
Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54
Part 54 - Serangan
55
Part 55 - Pelakunya!
56
Part 56 - Perkelahian Saudara
57
Part 57 - Memukul Mundur
58
Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59
Part 59 - Merasa Panik
60
Part 60 - Pertanyaan Jakob
61
Part 61 - Kedatangan Emma
62
Part 62 - Kemarahan Aaron
63
Part 63 - Kepercayaan Nathan
64
Part 64 - Imbalan Erick
65
Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66
Part 66 - Rekaman CCTV
67
Part 67 - You Have My Love
68
Part 68 - Permintaan Emma
69
Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70
Part 70 - Ancaman Erick
71
Part 71 - Diberi Waktu
72
Part 72 - Keputusan Emma
73
Part 73 - Saran dari Atvita
74
Part 74 - Menyelidiki
75
Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76
Part 76 - Liciknya Emma
77
Part 77 - Terbongkar
78
Part 78 - Datangnya Erick
79
Part 79 - Alvar Martez
80
Part 80 - Permusuhan
81
Part 81 - Jebakan
82
Part 82 - Ketakutan Emma
83
Perundingan - Part 83
84
Membebaskan Atvita - Part 84
85
Balas Dendam - Part 85
86
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!