Part 02 - Bertemu Damian

Davira mengernyit sembari memperhatikan dengan teliti tempat Damian sekarang berdiri, mata Davira sontak melebar dengan tangan yang menutup mulutnya.

"Kau berada di Spanyol? Sevilla?" Davira hampir menjerit saking senangnya melihat Damian yang saat ini tengah berada di bandara.

"Kenapa tidak mengatakan kalau ingin ke sini? Kapan kau sampai?" tanya Davira terdengar begitu bahagia, pasalnya dia sudah sangat merindukan pria itu.

"Baru saja, aku sengaja tidak mengatakannya kepadamu karena ingin memberi kejutan." 

"Baiklah, tunggu di bandara dan jangan kemana-mana. Aku akan menjemputmu," ucap Davira bersemangat.

"Tidak perlu, sayang. Aku bisa naik taksi dan langsung ke mansion mu." 

Davira menggelengkan kepalanya cepat.

"Jangan menolak ku, aku akan segera ke sana. Sampai jumpa di bandara, Damian. Aku mencintaimu," Davira langsung memutus sambungannya dan meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas.

Davira berjalan dengan terburu-buru, wanita itu berhenti ketika melewati sebuah cermin besar untuk melihat penampilannya. Dia berdecak kesal saat melihat adanya bercak darah di ujung mantelnya.

Mengingat bahwa di dalam mobilnya ada mantel cadangan, Davira mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar.

"Mana kunci mobilku?" tanyanya menghampiri Angga.

"Nona ingin kemana? Biar saya antar," tawar Angga namun tentu saja mendapat penolakan dari Davira.

"Tidak perlu, aku akan ke bandara. Damian baru saja tiba dan aku akan menjemputnya."

"Tapi apa sebaiknya saya yang mengantar Nona? Karena dengan begitu akan jauh lebih aman," Angga menyerahkan kunci mobil kepada Davira.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri," Davira segera melangkahkan kakinya dengan cepat ke garasi.

Terlihat ada puluhan mobil mewah yang berjejer rapi, Davira langsung masuk ke dalam mobilnya dan melepaskan mantel berbulu yang ia pakai dan menggantinya dengan mantel polos berwarna hitam.

Wanita itu kembali bercermin di kaca spion untuk memastikan bahwa riasan di wajahnya masih terlihat rapi, Davira menyemprotkan parfum ke leher dan juga pakaian yang dia gunakan sebelum mengendarai mobilnya keluar dari garasi.

Para penjaga yang melihat mobil Davira akan keluar segera menekan tombol pada remote yang membuat gerbang terbuka secara otomatis.

Davira melajukan mobilnya membelah jalanan yang begitu sunyi karena letak mansion-nya yang cukup jauh dari pusat kota. Davira tersenyum tipis tidak menyangka bahwa hari ini dia akan bertemu dengan Damian. Pria itu benar-benar membuat mood-nya menjadi bagus seketika.

Hanya butuh waktu 20 menit untuk mobil Davira sampai di bandara, matanya bergerak mencari-cari keberadaan Damian. Pria itu terlihat berdiri di pinggir jalan dengan menggunakan mantel tebal berwarna hitam.

Davira segera berhenti tepat di depan Damian dan buru-buru turun dari mobilnya, Damian langsung menghampiri Davira dan memeluk tubuh kekasihnya itu.

"Aku sangat merindukanmu, Damian," Davira membalas pelukan Damian erat.

"Maka dari itu aku menemui mu, apakah di sini menyenangkan?" tanya Damian dengan tangan yang mengusap lembut kepala Davira.

"Cukup menyenangkan, aku tinggal bersama seluruh keluarga inti ku di mansion. Kau tahu bukan, bahwa keluarga Handoko sudah lama menetap di Sevilla? Papa ke Indonesia hanya untuk mengurus bisnisnya," jawab Davira kemudian melepaskan pelukannya.

Davira tersenyum melihat koper milik Damian yang berukuran cukup kecil.

"Kau datang sendirian?" Davira memperhatikan sekitarnya, dia tidak melihat adanya orang-orang Damian.

"Aku sendirian ke sini," jawab Damian membuat Davira geleng-geleng kepala.

"Musuhmu ada di mana-mana, Damian. Harusnya kau tetap membawa orang-orang mu kemanapun kau pergi."

"Aku tidak merasa dalam bahaya, lagi pula aku ke sini untuk menemui mu. Jadi aku merasa malas membawa orang-orangku, apakah mansion benar-benar ditinggali oleh seluruh keluarga Handoko?" tanya Damian yang belum terlalu mengetahui tentang hal itu.

"Tidak semuanya, di mansion ada nenek, Papa, Mama, sepupu-sepupuku serta paman dan bibiku. Ada sekitar dua puluh orang, atau....mungkin lebih, aku juga tidak tahu pasti. Walaupun tinggal satu atap, kami semua jarang bertemu. Aku bahkan sudah dua hari tidak bertemu dengan Mama."

Damian terkekeh mendengarnya, "Harusnya suasana mansion menjadi ramai jika ditempati oleh hampir seluruh anggota keluarga Handoko."

"Seharusnya, tapi tidak begitu yang terjadi. Semuanya disibukkan dengan urusan masing-masing, sepertinya kita harus masuk ke dalam mobil sekarang. Aku kedinginan," ucap Davira lalu menarik pelan tangan Damian..

"Kenapa tidak mengatakannya sedari tadi? Aku bisa memelukmu lagi," Damian kembali memeluk Davira membuat gadis itu tersenyum lebar.

Pelukan Damian terasa begitu hangat dan juga menenangkan.

"Sampai kapan kita akan terus berpelukan? Lepaskan aku Damian," Davira terkekeh kecil kemudian masuk ke dalam mobilnya terlebih dahulu lalu disusul oleh Damian setelah pria itu meletakkan kopernya di kursi belakang.

"Aku tidak bisa mampir ke mansion mu saat ini, sudah larut malam dan aku takut mengganggu. Lagi pula aku sudah memesan kamar hotel."

"Ku kira kau akan menginap di mansion ku, jadi ingin langsung ke hotel? Apa nama hotel yang sudah kau pesan?" tanya Davira dengan raut wajahnya yang berubah menjadi sedih.

Tangan Damian bergerak mengusap puncak kepala Davira.

"Besok kita akan bertemu lagi, aku akan ke mansion mu. Sekarang tidak bisa karena sudah larut malam, aku lelah dan aku yakin kau pun juga lelah. Bukankah kau baru saja melakukan pekerjaan?"

Davira mengernyit, "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya kebingungan. Pasalnya dia tidak menceritakan permasalahan Haris kepada Damian.

Pria itu menunjuk sarung tangan kulit yang kotor dengan darah yang tadi dia letakkan di dasboard mobilnya. Davira berdecak, dia begitu ceroboh.

"Tidak perlu menceritakannya, Davira. Tidak semua pekerjaanmu dan urusan keluargamu aku harus tahu, aku yakin bahwa itu adalah darah orang yang memang pantas untuk dihabisi."

Damian bisa terlihat begitu dingin dan juga kejam, tetapi terkadang terlihat lembut dan penuh dengan kasih sayang. Dua kepribadian yang sangat bertolak belakang, Damian hanya menunjukkan sikap lembutnya ke orang-orang terdekatnya.

Setelah mengantarkan Damian ke hotelnya, Davira langsung kembali pulang ke rumahnya karena dia benar-benar merasa lelah setelah melewati hari yang panjang dengan emosinya yang terus saja dikuras.

Davira melepaskan mantel yang ia kenakan lalu melemparnya asal, wanita itu duduk di depan meja riasnya untuk menghapus make up di wajahnya. Dia mulai melepaskan anting dan kalung yang ia kenakan, ia membuka laci kemudian mengambil kotak perhiasan miliknya.

Namun ia tertegun untuk sejenak saat dia melihat sebuah kotak berlapis beludru berwarna biru tua dengan ukiran gold di atasnya yang berukuran cukup besar. Kotak itu membuatnya kembali terlempar ke masa lalu. Saat di mana dia bertemu dengan Jonathan Xie untuk pertama kalinya.

Davira mengambil kotak tersebut kemudian membukanya secara perlahan, terlihat sepasang anting yang begitu indah namun tidak pernah dia gunakan sama sekali.

Episodes
1 Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2 Part 02 - Bertemu Damian
3 Part 03 - Awal Mula
4 Part 04 - Malam Kelam
5 Part 05 - Pemakaman
6 Part 06 - Eksekusi
7 Part 07 - Kedatangan Aidan
8 Part 08 - Perlindungan Nathan
9 Part 09 - Makan Malam
10 Part 10 - Melamar
11 Part 11 - Hari Pernikahan
12 Part 12 - Gaun Berdarah
13 Part 13 - Pria Gila!
14 Part 14 - Kecemburuan Laura
15 Part 15 - Keras Kepala
16 Part 16 - Tuan Pemaksa
17 Part 17 - Demam
18 Part 18 - Ke Sevilla
19 Part 19 - Menemui Julian
20 Part 20 - Kesedihan Davira
21 Part 21 - Memeluk Davira
22 Part 22 - Balasan dari Nathan
23 Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24 Part 24 - Rencana Davira
25 Part 25 - Melarikan Diri
26 Part 26 - Para Berandal
27 Part 27 - Melewati Batas!
28 Part 28 - Hinaan Amara
29 Part 29 - Pindah
30 Part 30 - Roma
31 Part 31 - Emma Scott
32 Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33 Part 33 - Rencana Julian
34 Part 34 - Penculikan
35 Part 35 - Tanda dari Nathan
36 Part 36 - Merasa Tertekan
37 Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38 Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39 Part 39 - Kedatangan Laura
40 Part 40 - Perintah Gayatri
41 Part 41 - Pertemuan Keluarga
42 Part 42 - Racun
43 Part 43 - Bantuan
44 Part 44 - Pengorbanan Emma
45 Part 45 - Hutang Nyawa
46 Part 46 - Kota Moskow
47 Part 47 - Perkelahian
48 Part 48 - Tugas Pertama
49 Part 49 - Para Perampok
50 Part 50 - Operasi Emma
51 Part 51 - Taruhan
52 52 - Pekerjaan Terakhir
53 Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54 Part 54 - Serangan
55 Part 55 - Pelakunya!
56 Part 56 - Perkelahian Saudara
57 Part 57 - Memukul Mundur
58 Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59 Part 59 - Merasa Panik
60 Part 60 - Pertanyaan Jakob
61 Part 61 - Kedatangan Emma
62 Part 62 - Kemarahan Aaron
63 Part 63 - Kepercayaan Nathan
64 Part 64 - Imbalan Erick
65 Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66 Part 66 - Rekaman CCTV
67 Part 67 - You Have My Love
68 Part 68 - Permintaan Emma
69 Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70 Part 70 - Ancaman Erick
71 Part 71 - Diberi Waktu
72 Part 72 - Keputusan Emma
73 Part 73 - Saran dari Atvita
74 Part 74 - Menyelidiki
75 Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76 Part 76 - Liciknya Emma
77 Part 77 - Terbongkar
78 Part 78 - Datangnya Erick
79 Part 79 - Alvar Martez
80 Part 80 - Permusuhan
81 Part 81 - Jebakan
82 Part 82 - Ketakutan Emma
83 Perundingan - Part 83
84 Membebaskan Atvita - Part 84
85 Balas Dendam - Part 85
86 Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2
Part 02 - Bertemu Damian
3
Part 03 - Awal Mula
4
Part 04 - Malam Kelam
5
Part 05 - Pemakaman
6
Part 06 - Eksekusi
7
Part 07 - Kedatangan Aidan
8
Part 08 - Perlindungan Nathan
9
Part 09 - Makan Malam
10
Part 10 - Melamar
11
Part 11 - Hari Pernikahan
12
Part 12 - Gaun Berdarah
13
Part 13 - Pria Gila!
14
Part 14 - Kecemburuan Laura
15
Part 15 - Keras Kepala
16
Part 16 - Tuan Pemaksa
17
Part 17 - Demam
18
Part 18 - Ke Sevilla
19
Part 19 - Menemui Julian
20
Part 20 - Kesedihan Davira
21
Part 21 - Memeluk Davira
22
Part 22 - Balasan dari Nathan
23
Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24
Part 24 - Rencana Davira
25
Part 25 - Melarikan Diri
26
Part 26 - Para Berandal
27
Part 27 - Melewati Batas!
28
Part 28 - Hinaan Amara
29
Part 29 - Pindah
30
Part 30 - Roma
31
Part 31 - Emma Scott
32
Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33
Part 33 - Rencana Julian
34
Part 34 - Penculikan
35
Part 35 - Tanda dari Nathan
36
Part 36 - Merasa Tertekan
37
Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38
Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39
Part 39 - Kedatangan Laura
40
Part 40 - Perintah Gayatri
41
Part 41 - Pertemuan Keluarga
42
Part 42 - Racun
43
Part 43 - Bantuan
44
Part 44 - Pengorbanan Emma
45
Part 45 - Hutang Nyawa
46
Part 46 - Kota Moskow
47
Part 47 - Perkelahian
48
Part 48 - Tugas Pertama
49
Part 49 - Para Perampok
50
Part 50 - Operasi Emma
51
Part 51 - Taruhan
52
52 - Pekerjaan Terakhir
53
Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54
Part 54 - Serangan
55
Part 55 - Pelakunya!
56
Part 56 - Perkelahian Saudara
57
Part 57 - Memukul Mundur
58
Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59
Part 59 - Merasa Panik
60
Part 60 - Pertanyaan Jakob
61
Part 61 - Kedatangan Emma
62
Part 62 - Kemarahan Aaron
63
Part 63 - Kepercayaan Nathan
64
Part 64 - Imbalan Erick
65
Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66
Part 66 - Rekaman CCTV
67
Part 67 - You Have My Love
68
Part 68 - Permintaan Emma
69
Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70
Part 70 - Ancaman Erick
71
Part 71 - Diberi Waktu
72
Part 72 - Keputusan Emma
73
Part 73 - Saran dari Atvita
74
Part 74 - Menyelidiki
75
Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76
Part 76 - Liciknya Emma
77
Part 77 - Terbongkar
78
Part 78 - Datangnya Erick
79
Part 79 - Alvar Martez
80
Part 80 - Permusuhan
81
Part 81 - Jebakan
82
Part 82 - Ketakutan Emma
83
Perundingan - Part 83
84
Membebaskan Atvita - Part 84
85
Balas Dendam - Part 85
86
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!