Davira mengernyit sembari memperhatikan dengan teliti tempat Damian sekarang berdiri, mata Davira sontak melebar dengan tangan yang menutup mulutnya.
"Kau berada di Spanyol? Sevilla?" Davira hampir menjerit saking senangnya melihat Damian yang saat ini tengah berada di bandara.
"Kenapa tidak mengatakan kalau ingin ke sini? Kapan kau sampai?" tanya Davira terdengar begitu bahagia, pasalnya dia sudah sangat merindukan pria itu.
"Baru saja, aku sengaja tidak mengatakannya kepadamu karena ingin memberi kejutan."
"Baiklah, tunggu di bandara dan jangan kemana-mana. Aku akan menjemputmu," ucap Davira bersemangat.
"Tidak perlu, sayang. Aku bisa naik taksi dan langsung ke mansion mu."
Davira menggelengkan kepalanya cepat.
"Jangan menolak ku, aku akan segera ke sana. Sampai jumpa di bandara, Damian. Aku mencintaimu," Davira langsung memutus sambungannya dan meletakkan kembali ponselnya ke dalam tas.
Davira berjalan dengan terburu-buru, wanita itu berhenti ketika melewati sebuah cermin besar untuk melihat penampilannya. Dia berdecak kesal saat melihat adanya bercak darah di ujung mantelnya.
Mengingat bahwa di dalam mobilnya ada mantel cadangan, Davira mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamar.
"Mana kunci mobilku?" tanyanya menghampiri Angga.
"Nona ingin kemana? Biar saya antar," tawar Angga namun tentu saja mendapat penolakan dari Davira.
"Tidak perlu, aku akan ke bandara. Damian baru saja tiba dan aku akan menjemputnya."
"Tapi apa sebaiknya saya yang mengantar Nona? Karena dengan begitu akan jauh lebih aman," Angga menyerahkan kunci mobil kepada Davira.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri," Davira segera melangkahkan kakinya dengan cepat ke garasi.
Terlihat ada puluhan mobil mewah yang berjejer rapi, Davira langsung masuk ke dalam mobilnya dan melepaskan mantel berbulu yang ia pakai dan menggantinya dengan mantel polos berwarna hitam.
Wanita itu kembali bercermin di kaca spion untuk memastikan bahwa riasan di wajahnya masih terlihat rapi, Davira menyemprotkan parfum ke leher dan juga pakaian yang dia gunakan sebelum mengendarai mobilnya keluar dari garasi.
Para penjaga yang melihat mobil Davira akan keluar segera menekan tombol pada remote yang membuat gerbang terbuka secara otomatis.
Davira melajukan mobilnya membelah jalanan yang begitu sunyi karena letak mansion-nya yang cukup jauh dari pusat kota. Davira tersenyum tipis tidak menyangka bahwa hari ini dia akan bertemu dengan Damian. Pria itu benar-benar membuat mood-nya menjadi bagus seketika.
Hanya butuh waktu 20 menit untuk mobil Davira sampai di bandara, matanya bergerak mencari-cari keberadaan Damian. Pria itu terlihat berdiri di pinggir jalan dengan menggunakan mantel tebal berwarna hitam.
Davira segera berhenti tepat di depan Damian dan buru-buru turun dari mobilnya, Damian langsung menghampiri Davira dan memeluk tubuh kekasihnya itu.
"Aku sangat merindukanmu, Damian," Davira membalas pelukan Damian erat.
"Maka dari itu aku menemui mu, apakah di sini menyenangkan?" tanya Damian dengan tangan yang mengusap lembut kepala Davira.
"Cukup menyenangkan, aku tinggal bersama seluruh keluarga inti ku di mansion. Kau tahu bukan, bahwa keluarga Handoko sudah lama menetap di Sevilla? Papa ke Indonesia hanya untuk mengurus bisnisnya," jawab Davira kemudian melepaskan pelukannya.
Davira tersenyum melihat koper milik Damian yang berukuran cukup kecil.
"Kau datang sendirian?" Davira memperhatikan sekitarnya, dia tidak melihat adanya orang-orang Damian.
"Aku sendirian ke sini," jawab Damian membuat Davira geleng-geleng kepala.
"Musuhmu ada di mana-mana, Damian. Harusnya kau tetap membawa orang-orang mu kemanapun kau pergi."
"Aku tidak merasa dalam bahaya, lagi pula aku ke sini untuk menemui mu. Jadi aku merasa malas membawa orang-orangku, apakah mansion benar-benar ditinggali oleh seluruh keluarga Handoko?" tanya Damian yang belum terlalu mengetahui tentang hal itu.
"Tidak semuanya, di mansion ada nenek, Papa, Mama, sepupu-sepupuku serta paman dan bibiku. Ada sekitar dua puluh orang, atau....mungkin lebih, aku juga tidak tahu pasti. Walaupun tinggal satu atap, kami semua jarang bertemu. Aku bahkan sudah dua hari tidak bertemu dengan Mama."
Damian terkekeh mendengarnya, "Harusnya suasana mansion menjadi ramai jika ditempati oleh hampir seluruh anggota keluarga Handoko."
"Seharusnya, tapi tidak begitu yang terjadi. Semuanya disibukkan dengan urusan masing-masing, sepertinya kita harus masuk ke dalam mobil sekarang. Aku kedinginan," ucap Davira lalu menarik pelan tangan Damian..
"Kenapa tidak mengatakannya sedari tadi? Aku bisa memelukmu lagi," Damian kembali memeluk Davira membuat gadis itu tersenyum lebar.
Pelukan Damian terasa begitu hangat dan juga menenangkan.
"Sampai kapan kita akan terus berpelukan? Lepaskan aku Damian," Davira terkekeh kecil kemudian masuk ke dalam mobilnya terlebih dahulu lalu disusul oleh Damian setelah pria itu meletakkan kopernya di kursi belakang.
"Aku tidak bisa mampir ke mansion mu saat ini, sudah larut malam dan aku takut mengganggu. Lagi pula aku sudah memesan kamar hotel."
"Ku kira kau akan menginap di mansion ku, jadi ingin langsung ke hotel? Apa nama hotel yang sudah kau pesan?" tanya Davira dengan raut wajahnya yang berubah menjadi sedih.
Tangan Damian bergerak mengusap puncak kepala Davira.
"Besok kita akan bertemu lagi, aku akan ke mansion mu. Sekarang tidak bisa karena sudah larut malam, aku lelah dan aku yakin kau pun juga lelah. Bukankah kau baru saja melakukan pekerjaan?"
Davira mengernyit, "Bagaimana kau bisa tahu?" tanyanya kebingungan. Pasalnya dia tidak menceritakan permasalahan Haris kepada Damian.
Pria itu menunjuk sarung tangan kulit yang kotor dengan darah yang tadi dia letakkan di dasboard mobilnya. Davira berdecak, dia begitu ceroboh.
"Tidak perlu menceritakannya, Davira. Tidak semua pekerjaanmu dan urusan keluargamu aku harus tahu, aku yakin bahwa itu adalah darah orang yang memang pantas untuk dihabisi."
Damian bisa terlihat begitu dingin dan juga kejam, tetapi terkadang terlihat lembut dan penuh dengan kasih sayang. Dua kepribadian yang sangat bertolak belakang, Damian hanya menunjukkan sikap lembutnya ke orang-orang terdekatnya.
Setelah mengantarkan Damian ke hotelnya, Davira langsung kembali pulang ke rumahnya karena dia benar-benar merasa lelah setelah melewati hari yang panjang dengan emosinya yang terus saja dikuras.
Davira melepaskan mantel yang ia kenakan lalu melemparnya asal, wanita itu duduk di depan meja riasnya untuk menghapus make up di wajahnya. Dia mulai melepaskan anting dan kalung yang ia kenakan, ia membuka laci kemudian mengambil kotak perhiasan miliknya.
Namun ia tertegun untuk sejenak saat dia melihat sebuah kotak berlapis beludru berwarna biru tua dengan ukiran gold di atasnya yang berukuran cukup besar. Kotak itu membuatnya kembali terlempar ke masa lalu. Saat di mana dia bertemu dengan Jonathan Xie untuk pertama kalinya.
Davira mengambil kotak tersebut kemudian membukanya secara perlahan, terlihat sepasang anting yang begitu indah namun tidak pernah dia gunakan sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments