Part 05 - Pemakaman

Davira keluar dari dalam mobil dengan pakaian serba hitam, dress selutut yang dia gunakan terlihat begitu indah di tubuhnya. Wanita itu juga memakai sarung tangan yang panjangnya hingga sebatas siku serta kacamata hitam yang berfungsi untuk menutupi mata bengkaknya.

Kemarin dia menghabiskan waktu dengan terus menangisi jasad keluarganya sebelum dimakamkan. Tangannya menggandeng erat lengan Damian, mereka melangkahkan kaki mengiringi peti-peti yang berisi jasad keluarga Handoko.

Hampir seluruh keluarga Lee menghadiri acara pemakaman yang dilakukan di pemakaman pribadi milik keluarga Handoko yang memang ada di Sevilla. Ibu dan ayah Damian memeluknya sebagai tanda bela sungkawa.

Davira tidak bisa menunjukkan ekspresi apa-apa sekarang, dia hanya bisa menatap datar peti kedua orang tuanya. Sebelum peti jenazah dimasukkan ke dalam tanah untuk dikuburkan, pemuka agama yang mereka anut terlihat tengah melakukan khutbah terlebih dahulu.

Dada Davira terasa sesak melihat proses pemakaman keluarganya, kematian adalah sesuatu hal yang pastinya akan terjadi. Tetapi tidak pernah dia bayangkan sebelumnya bahwa dia akan menyaksikan kematian dari sebagian besar keluarganya dalam waktu bersamaan.

Damian merangkul pundak Davira, dia tahu wanita itu pastinya sangat terpukul. Davira melepaskan kacamatanya saat peti kedua orang tuanya mulai dimasukkan ke dalam liang lahat kemudian ditimpuk dengan tanah oleh beberapa orang yang memang bertanggung jawab untuk melakukannya.

Davira menyeka pelan satu tetes cairan bening yang kini turun membasahi pipinya, Davira dan keluarga Lee langsung menaburi bunga di atas makan kedua orang tuanya dan di atas makam seluruh keluarga Handoko yang selama ini memang bersahabat baik dengan mereka.

"Tante harap kau bisa lebih tabah, Davira," Amanda memeluk singkat tubuh kekasih putranya.

"Om berjanji akan mengurus permasalahan ini, orang-orang yang berada di balik ini semua pasti akan menyesal," Rayn mengusap pelan kepala Davira sebelum menggandeng istrinya.

"Terima kasih banyak sudah meluangkan waktunya untuk datang Om, Tante," Davira menundukkan sedikit kepalanya, suaranya terdengar serak saat ini.

"Tidak perlu berterima kasih kepada kami, kau tahu sendiri bahwa kami ini berteman dengan kedua orang tuamu. Jadi sudah seharusnya kami datang," Amanda tersenyum tipis.

"Tante sama Om akan kembali ke hotel, kau ingin ikut Davira?"

Wanita itu segera menggelengkan kepalanya, dia masih ingin berada di makam kedua orang tuanya.

"Ya sudah, Damian, jaga Davira baik-baik. Dia perlu dukungan penuh," Amanda menepuk lembut pundak Davira sebelum melangkahkan kakinya bersama dengan Rayn menuju ke mobil mereka.

"Masih ingin di sini?" tanya Damian sembari merapikan rambut Davira yang sedikit berantakan karena tertiup angin.

"Iya, aku belum ingin pulang," jawab Davira dengan mata yang terus menatap makan Mama dan Papanya yang begitu dia sayangi.

Seluruh keluarga Lee terlihat sudah meninggalkan area pemakaman, hanya tersisa Davira dan Damian serta 10 orang pengawal yang menjaga mereka. Davira sudah tidak bisa mengeluarkan air mata lagi saat ini.

Keheningan menyelimuti mereka semua, pikiran Davira berkelana pada kejadian malam itu. Di mana sebelumnya Nathan sempat menemuinya, apakah Nathan melakukan ini semua karena tidak terima dengan tamparannya? Tapi itu bukan kali pertama Davira menampar wajah Nathan.

Davira yakin sekali bahwa ini semua berhubungan dengan bisnis, keluarga Xie memang sedari dulu begitu ingin menyingkirkan mereka sebagai saingan terbesar.

Tiba-tiba saja para pengawal terlihat bersiaga membuat Damian dan Davira segera berdiri untuk melihat apa yang terjadi. Keduanya tertegun menatap Nathan yang saat ini berjalan dengan begitu tenang ke arah mereka, di sampingnya terlihat Paul, orang kepercayaannya.

Selain Paul juga terdapat sekitar 20 puluh anak buah yang Nathan bawa bersamanya.

"Berani sekali dia datang?" desis Damian mengepalkan tangannya kuat.

Para pengawal kini segera berdiri di depan Damian dan Davira untuk melindungi mereka berdua. Namun dengan cepat Davira menyuruh mereka untuk menyingkir dan membukakan jalan untuknya agar bisa berhadapan dengan Nathan.

Davira menahan tangan Damian yang sepertinya ingin segera menghajar Nathan. Tuan muda Xie itu kini berdiri sekitar 5 meter di depan mereka.

Davira segera melangkahkan kakinya membuat suara ketukan dari high heels yang ia kenakan terdengar berirama. Angin yang cukup kencang membuat rambut panjangnya kini berkibar ke sana-ke mari, dan hal itu membuat sudut bibir Nathan sedikit tertarik membentuk sebuah senyuman yang teramat tipis.

Plaak.

Satu tamparan keras mendarat di pipi Nathan saat Davira sudah berdiri tepat di hadapannya, seluruh anak buah Nathan sontak mengacungkan pistol mereka membuat anak buah Damian melakukan hal yang sama.

Namun Paul yang tahu bahwa tuannya tidak mungkin ingin Davira terluka segera mengangkat tangannya dan menggerakkan dua jarinya sebagai isyarat agar anak buahnya menahan tembakan.

Nathan mengusap pelan pipinya yang panas karena tamparan Davira, namun bukannya marah pria itu malah menjadi semakin menyukai Davira. Katakan saja dia gila, tapi memang itu kenyataannya. Dia merasa senang ketika kulit Davira menyentuh dirinya walaupun itu berupa tamparan.

"Berani-beraninya kau memperlihatkan wajahmu di depan mataku?!" suara Davira terdengar meninggi, matanya memerah menatap Nathan yang berdiri menjulang tinggi di hadapannya.

"Ada apa Davira? Aku ke sini untuk mengucapkan bela sungkawa kepadamu, aku turut prihatin atas apa yang menimpa dirimu dan keluargamu. Aku mengkhawatirkan mu," Nathan mencoba untuk menyentuh wajah Davira, namun tangannya langsung ditepis kasar oleh wanita itu.

"Jadi kau datang untuk mengejekku?" Davira terkekeh kecil kemudian bertepuk tangan selama beberapa saat.

Dalam sekejap, wajah Davira kembali berubah menjadi datar dan menatap Nathan penuh dengan kebencian.

"Lihatlah wajahmu sekarang, seolah-olah tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa! Aku sangat membencimu Nathan!" teriak Davira sembari memukul-mukul dada bidang pria itu.

"Apa yang terjadi Davira? Aku benar-benar tidak mengerti," Nathan segera menahan tangan Davira.

Tiba-tiba saja tangisan wanita itu pecah membuatnya tertegun, selama ini dia tidak pernah melihat Davira menangis. Apalagi tangisan Davira terdengar begitu menyakitkan, dan itu membuat hatinya merasa terluka.

"Kenapa tidak kau suruh saja orang-orang mu itu untuk membunuhku Nathan?! Kenapa hanya menembak dada kananku? Kenapa tidak tembak jantungku saja sekalian?!" Davira mencoba menarik tangannya dari cekalan Nathan.

Pria itu terlihat mengernyit, "Jadi maksudmu yang menyerang kediaman mu adalah orang-orang ku?"

"Berhenti bersikap seperti itu Nathan! Aku tahu dan jangan coba-coba untuk membodohi ku!"

Nathan hanya terdiam mendengar teriakan dan tangisan pilu Davira, dari tatapan mata wanita itu, dia tahu bahwa hanya kebencian yang dia dapatkan.

"Lepaskan tanganmu dari tangan kekasihku Nathan, sebelum aku yang melepaskannya," Damian segera melangkahkan kakinya dan berdiri di sebelah Davira.

Nathan menatapnya dingin, "Lepaskan," suruh nya membuat Damian mengepalkan tangannya kuat.

Damian ingin melayangkan bogemannya ke wajah Nathan, namun dengan cepat Nathan menahan tangannya.

Bughh.

Nathan berhasil meninju wajah Damian terlebih dahulu membuat anak buah pria itu bersiaga. Damian menyeka darah disudut bibirnya yang robek.

"Sialan," Damian ingin menyerang Nathan, namun Paul buru-buru menghalangi dan mendorong mundur tubuh Damian.

"Jika ingin ada keributan maka jangan di sini, Tuan Nathan datang hanya untuk mengucapkan bela sungkawa. Kami tidak menyangka jika akan tertuduh seperti ini," Paul segera mengeluarkan pistolnya dan mengarahkannya ke dahi Damian membuat semua anak buah pria itu begitu terkejut.

"Turunkan senjata mu dari kepala Damian," ucap Davira penuh dengan penekanan.

"Suruh anak buah kekasih Nona untuk menurunkan senjata mereka," Paul terlihat tidak main-main dengan apa yang dia katakan.

Nathan yang berdiri di belakangnya hanya diam sembari menatap Davira, pria itu kini dikelilingi oleh dua puluh anak buah yang dia bawa.

Davira sontak memberi isyarat agar anak buah Damian menurunkan senjata mereka.

"Berani sekali bawahan sepertimu mengancam ku?" Damian mengangkat satu alisnya.

"Saya berani menghadapi siapapun kecuali Tuan Xie, tugas saya untuk melindunginya," sahut Paul sembari menurunkan kembali pistolnya.

Davira segera menahan lengan Damian, walaupun Davira ingin menembak kepala Nathan sekarang, tetapi akal sehatnya masih bekerja. Saat ini mereka kalah jumlah, saat dia menembak kepala Nathan. Maka itu artinya tubuhnya akan langsung dihujani oleh puluhan timah panas, dan Davira tidak ingin itu terjadi.

"Sampai jumpa, Davira," setelah mengatakan hal itu, Nathan berserta seluruh anak buahnya segera melangkahkan kaki mereka meninggalkan pemakaman.

"Kenapa kau mencegahku, Davira? Aku sama sekali tidak takut dengan mereka, rasanya aku ingin melubangi kepala Nathan dengan peluruku," Damian mengusap wajahnya kasar merasa harga dirinya tercoreng, dia menyesal hanya membawa 10 anak buah untuk menemani mereka di pemakaman ini.

"Aku juga ingin melakukannya, Damian. Tapi kita kalah jumlah, dan bukan seperti itu caranya balas dendam. Aku ingin seluruh keluarga Xie juga mengalami hal yang sama seperti keluargaku. Jadi siapkan saja rencana untuk membantuku dalam melaksanakan rencana balas dendam kepada mereka."

"Aku pasti akan selalu berdiri di belakangmu, Davira," Damian menggenggam erat tangan kekasihnya sembari memperhatikan mobil Nathan dan anak buahnya yang berlalu.

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

semakin curiga sama Damian kayaknya pembantaian itu bukan keluarga Xie yang melakukan nya, pembantaian terjadi setelah Damian datang davira tertembak baru diselamatkan pagi hari oleh Damian dan masih hidup, ada yang janggal dengan keterangan Damian

2023-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2 Part 02 - Bertemu Damian
3 Part 03 - Awal Mula
4 Part 04 - Malam Kelam
5 Part 05 - Pemakaman
6 Part 06 - Eksekusi
7 Part 07 - Kedatangan Aidan
8 Part 08 - Perlindungan Nathan
9 Part 09 - Makan Malam
10 Part 10 - Melamar
11 Part 11 - Hari Pernikahan
12 Part 12 - Gaun Berdarah
13 Part 13 - Pria Gila!
14 Part 14 - Kecemburuan Laura
15 Part 15 - Keras Kepala
16 Part 16 - Tuan Pemaksa
17 Part 17 - Demam
18 Part 18 - Ke Sevilla
19 Part 19 - Menemui Julian
20 Part 20 - Kesedihan Davira
21 Part 21 - Memeluk Davira
22 Part 22 - Balasan dari Nathan
23 Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24 Part 24 - Rencana Davira
25 Part 25 - Melarikan Diri
26 Part 26 - Para Berandal
27 Part 27 - Melewati Batas!
28 Part 28 - Hinaan Amara
29 Part 29 - Pindah
30 Part 30 - Roma
31 Part 31 - Emma Scott
32 Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33 Part 33 - Rencana Julian
34 Part 34 - Penculikan
35 Part 35 - Tanda dari Nathan
36 Part 36 - Merasa Tertekan
37 Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38 Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39 Part 39 - Kedatangan Laura
40 Part 40 - Perintah Gayatri
41 Part 41 - Pertemuan Keluarga
42 Part 42 - Racun
43 Part 43 - Bantuan
44 Part 44 - Pengorbanan Emma
45 Part 45 - Hutang Nyawa
46 Part 46 - Kota Moskow
47 Part 47 - Perkelahian
48 Part 48 - Tugas Pertama
49 Part 49 - Para Perampok
50 Part 50 - Operasi Emma
51 Part 51 - Taruhan
52 52 - Pekerjaan Terakhir
53 Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54 Part 54 - Serangan
55 Part 55 - Pelakunya!
56 Part 56 - Perkelahian Saudara
57 Part 57 - Memukul Mundur
58 Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59 Part 59 - Merasa Panik
60 Part 60 - Pertanyaan Jakob
61 Part 61 - Kedatangan Emma
62 Part 62 - Kemarahan Aaron
63 Part 63 - Kepercayaan Nathan
64 Part 64 - Imbalan Erick
65 Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66 Part 66 - Rekaman CCTV
67 Part 67 - You Have My Love
68 Part 68 - Permintaan Emma
69 Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70 Part 70 - Ancaman Erick
71 Part 71 - Diberi Waktu
72 Part 72 - Keputusan Emma
73 Part 73 - Saran dari Atvita
74 Part 74 - Menyelidiki
75 Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76 Part 76 - Liciknya Emma
77 Part 77 - Terbongkar
78 Part 78 - Datangnya Erick
79 Part 79 - Alvar Martez
80 Part 80 - Permusuhan
81 Part 81 - Jebakan
82 Part 82 - Ketakutan Emma
83 Perundingan - Part 83
84 Membebaskan Atvita - Part 84
85 Balas Dendam - Part 85
86 Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2
Part 02 - Bertemu Damian
3
Part 03 - Awal Mula
4
Part 04 - Malam Kelam
5
Part 05 - Pemakaman
6
Part 06 - Eksekusi
7
Part 07 - Kedatangan Aidan
8
Part 08 - Perlindungan Nathan
9
Part 09 - Makan Malam
10
Part 10 - Melamar
11
Part 11 - Hari Pernikahan
12
Part 12 - Gaun Berdarah
13
Part 13 - Pria Gila!
14
Part 14 - Kecemburuan Laura
15
Part 15 - Keras Kepala
16
Part 16 - Tuan Pemaksa
17
Part 17 - Demam
18
Part 18 - Ke Sevilla
19
Part 19 - Menemui Julian
20
Part 20 - Kesedihan Davira
21
Part 21 - Memeluk Davira
22
Part 22 - Balasan dari Nathan
23
Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24
Part 24 - Rencana Davira
25
Part 25 - Melarikan Diri
26
Part 26 - Para Berandal
27
Part 27 - Melewati Batas!
28
Part 28 - Hinaan Amara
29
Part 29 - Pindah
30
Part 30 - Roma
31
Part 31 - Emma Scott
32
Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33
Part 33 - Rencana Julian
34
Part 34 - Penculikan
35
Part 35 - Tanda dari Nathan
36
Part 36 - Merasa Tertekan
37
Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38
Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39
Part 39 - Kedatangan Laura
40
Part 40 - Perintah Gayatri
41
Part 41 - Pertemuan Keluarga
42
Part 42 - Racun
43
Part 43 - Bantuan
44
Part 44 - Pengorbanan Emma
45
Part 45 - Hutang Nyawa
46
Part 46 - Kota Moskow
47
Part 47 - Perkelahian
48
Part 48 - Tugas Pertama
49
Part 49 - Para Perampok
50
Part 50 - Operasi Emma
51
Part 51 - Taruhan
52
52 - Pekerjaan Terakhir
53
Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54
Part 54 - Serangan
55
Part 55 - Pelakunya!
56
Part 56 - Perkelahian Saudara
57
Part 57 - Memukul Mundur
58
Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59
Part 59 - Merasa Panik
60
Part 60 - Pertanyaan Jakob
61
Part 61 - Kedatangan Emma
62
Part 62 - Kemarahan Aaron
63
Part 63 - Kepercayaan Nathan
64
Part 64 - Imbalan Erick
65
Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66
Part 66 - Rekaman CCTV
67
Part 67 - You Have My Love
68
Part 68 - Permintaan Emma
69
Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70
Part 70 - Ancaman Erick
71
Part 71 - Diberi Waktu
72
Part 72 - Keputusan Emma
73
Part 73 - Saran dari Atvita
74
Part 74 - Menyelidiki
75
Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76
Part 76 - Liciknya Emma
77
Part 77 - Terbongkar
78
Part 78 - Datangnya Erick
79
Part 79 - Alvar Martez
80
Part 80 - Permusuhan
81
Part 81 - Jebakan
82
Part 82 - Ketakutan Emma
83
Perundingan - Part 83
84
Membebaskan Atvita - Part 84
85
Balas Dendam - Part 85
86
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!