Part 17 - Demam

Laura hanya bisa meremas kuat dress berwarna abu-abu yang saat ini ia kenakan, dia benar-benar merasa tidak dihargai oleh Nathan. Saat ini Nathan terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan Davira, walaupun wajahnya masih terlihat tenang. Namun Laura bisa merasakan bahwa Nathan sedang gelisah hanya karena tubuh Davira yang panas.

Selama ini Laura tidak pernah melihat sisi Nathan yang seperti sekarang ini, sejak dulu dia hanya melihat Nathan yang dingin dan tidak tersentuh. Nathan yang tidak pernah peduli dengan orang-orang di sekelilingnya.

Kedekatannya dengan Nathan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun pun hanya terlihat seperti hubungan bisnis semata. Laura masih melihat tembok yang begitu kuat antara dia dan Nathan, pria itu telah membatasi interaksi mereka agar tidak terlalu intens.

Namun sayangnya Laura tetap saja merasa tertarik dengan Nathan, Laura tidak bisa menghilangkan perasaannya kepada pria itu. Bahkan otaknya selalu mengingat tentang Nathan, tidak peduli seberapa dingin pria itu kepadanya. Padahal sudah begitu jelas bahwa Nathan sedang tergila-gila dengan seorang wanita cantik bernama Davira Handoko.

Sudah bertahun-tahun, dan Nathan masih belum menyerah. Laura tidak tahu pasti tentang apa yang sebenarnya Nathan rasakan terhadap Davira. Apakah hanya sebatas obsesi dan rasa penasaran? Atau benar-benar rasa cinta yang tidak bisa dihilangkan?

Laura ingin sekali tahu, dia tidak bisa menebak isi hati dan pikiran Nathan. Dia bahkan tidak terlalu tahu tentang kehidupan pribadi pria itu. Dan sampai sekarang pun ia masih bertanya-tanya tentang dalang di balik pembantaian keluarga Handoko. Apakah benar-benar Nathan? Atau orang lain? Laura tidak pernah mendapatkan jawaban pasti dari mulut Nathan.

"Dia di kamarnya?" tanya Laura sembari berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Nathan yang berjalan dengan begitu cepat tanpa menunggunya.

Nathan hanya mengangguk sebagai jawaban membuat Laura menghela nafasnya panjang.

"Sebenarnya apa yang terjadi kepada Davira? Apa dia meminum obat yang ku berikan?"

"Tidak, dia juga terlambat makan sehingga asam lambungnya naik. Davira hampir pingsan tadi malam dan aku memaksanya untuk meminum obat agar perutnya tidak terasa sakit. Tapi saat aku melihat keadaannya tadi pagi, ternyata dia demam. Tubuhnya sangat panas, jadi ku harap kau memeriksanya," jawab Nathan kemudian masuk ke dalam lift, begitu juga dengan Laura.

"Aku pasti akan memeriksa dan mengobati Davira."

Keheningan menyelimuti mereka selama beberapa saat hingga pintu lift terbuka tepat di lantai tiga. Mereka berdua keluar beriringan, menyusuri lorong demi lorong hingga sampai di kamar Davira. Terlihat seorang pelayan baru saja keluar dengan membawa nampan.

"Dia sudah makan?" tanya Nathan dalam bahasa Jepang.

"Sudah Tuan, Nona Davira makan dengan lahap. Tapi..... sepertinya Nona sedang demam, wajahnya sangat pucat."

Nathan menghela nafas lega mendengar Davira yang sudah makan tanpa harus ia paksa lagi. Pria itu segera memasuki kamar Davira bersama dengan Laura yang menyusul di belakangnya.

Davira langsung memalingkan wajahnya ketika melihat kedatangan Nathan, apalagi pria itu sedang bersama dengan Laura saat ini. Dia tidak menyukai wanita itu, Davira merasa muak melihat wajah munafik Laura yang terlihat begitu ramah kepadanya saat bersama dengan Nathan seperti ini.

"Aku senang kau sudah makan," Nathan langsung duduk di tepi ranjang, di dekat kaki Davira yang berselonjor.

"Aku harus sembuh untuk bisa membalas dendam ku," sahut Davira memberikan tatapan dingin kepada Nathan.

Usapan lembut kini Davira rasakan di kepalanya, Nathan terkekeh mendengar apa yang dikatakan oleh Davira barusan.

"Jangan menyentuhku, Nathan. Aku akan mematahkan tanganmu," ancam Davira dengan wajah yang terlihat begitu serius.

Namun wajah itu tentunya tidak membuat Nathan merasa terancam sama sekali, sedangkan Laura kini hanya bisa menahan rasa kesal dan sesak di dadanya. Dia merasa tidak terima ketika Nathan bersikap lembut seperti itu kepada Davira.

"Kau tidak akan melakukan hal itu Davira," ucap Nathan setengah berbisik di depan wajah Davira, jarak wajah mereka kini begitu dekat.

Nathan menatap manik mata Davira dengan tatapan memuja, sangat bertolak belakang dengan Davira yang seolah ingin memangsanya.

Laura berdehem singkat membuat Nathan tersadar dan menoleh kepada wanita itu.

"Aku hampir lupa, periksalah," Nathan segera berdiri dan mempersilahkan Laura untuk duduk di kursi yang berada di dekat ranjang Davira.

Laura menempelkan punggung tangannya di dahi Davira yang memang benar-benar terasa panas.

"Letakkan ini dia ketiak mu," Laura menyerahkan termometer digital kepada Davira.

Dengan wajah yang begitu dingin, Davira mengambilnya dan segera melakukan apa yang disuruh oleh Laura.

"Kau harus meminum obat yang ku berikan kepadamu kemarin agar lukamu segera sembuh, kau juga tidak boleh terlambat makan karena mempunyai penyakit asam lambung. Tubuhmu juga masih begitu lemah, perutmu tidak boleh kosong."

Davira hanya diam dan tidak berniat untuk menanggapi perkataan Laura, setelah beberapa saat, Davira memberikan termometernya kembali kepada Laura.

Dokter berparas cantik itu segera meresepkan obat untuk Davira.

"Kau demam, minumlah obat ini agar panasnya berkurang. Minum sesudah makan tiga kali sehari," Laura meletakkan bungkus obat ke atas nakas kemudian kembali berdiri dari duduknya.

"Sudah?"

Laura mengangguk untuk menjawab pertanyaan Nathan.

"Davira akan baik-baik saja?" tanya Nathan memastikan.

"Tenanglah, Nathan. Aku tidak akan mati sebelum bisa membunuhmu," sahut Davira sembari bersedekap dada.

"Dia akan segera sembuh jika meminum obat itu, dia juga harus makan dengan teratur. Lagi pula kenapa kau harus menembaknya?" Laura tidak habis pikir terhadap apa yang sudah Nathan lakukan.

"Terima kasih karena sudah meluangkan waktumu, sepertinya kau masih memiliki banyak pekerjaan."

Entah mengapa Davira langsung bersorak di dalam hati, dia bahkan menahan tawanya karena mendengar pengusiran secara halus keluar dari mulut Nathan untuk Laura.

"Baiklah, Nathan. Aku ingin memberitahu padamu bahwa besok aku akan kembali ke Indonesia, Nyonya Gayatri memintaku untuk menemuinya," ucap Laura sambil menahan rasa malu, dia benar-benar merasa tertampar oleh perkataan Nathan barusan. Masalahnya di sini ada Davira yang mendengarkan.

"Selalu beritahu aku tentang keadaan nenek, dan ingat apa yang ku katakan waktu itu kepadamu, Laura."

"Aku ingat, aku tidak akan membocorkannya. Tenang saja," Laura menatap perban di kaki Davira.

"Sepertinya aku harus mengganti perban itu."

"Biar aku yang melakukannya, berikan kepadaku perban dan obatnya," Nathan kembali duduk di dekat Davira sehingga wanita itu harus bergeser karena tidak ingin jika jarak mereka terlalu dekat.

Laura segera mengeluarkan perban serta obat dari dalam tasnya dan langsung menyerahkannya kepada Nathan. 

"Aku pergi sekarang, Nathan," setelah mengatakan hal itu, Laura segera keluar dari kamar Davira karena sudah merasa begitu jengah.

"Kau tidak keluar? Aku ingin istirahat," Davira menyandarkan punggungnya dengan nyaman sembari memperhatikan wajah Nathan yang sialnya begitu tampan walaupun dari jarak dekat seperti sekarang ini.

Nathan menggeser duduknya agar berada di dekat kaki Davira, pria itu langsung mengangkat satu kaki Davira dan meletakkannya di atas pahanya.

Davira terperanjat kaget, "Apa yang kau lakukan?" ia berusaha untuk manarik kembali kakinya, namun Nathan dengan cepat menahannya.

Nathan menatap wajah Davira lekat-lekat lalu mengusap perban yang membalut luka di kaki Davira.

"Tentu saja mengganti perban mu, Davira. Kau tidak mendengarkan pembicaraanku dan Laura dengan baik rupanya." 

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

sabar Davira nurut aja dulu

2023-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2 Part 02 - Bertemu Damian
3 Part 03 - Awal Mula
4 Part 04 - Malam Kelam
5 Part 05 - Pemakaman
6 Part 06 - Eksekusi
7 Part 07 - Kedatangan Aidan
8 Part 08 - Perlindungan Nathan
9 Part 09 - Makan Malam
10 Part 10 - Melamar
11 Part 11 - Hari Pernikahan
12 Part 12 - Gaun Berdarah
13 Part 13 - Pria Gila!
14 Part 14 - Kecemburuan Laura
15 Part 15 - Keras Kepala
16 Part 16 - Tuan Pemaksa
17 Part 17 - Demam
18 Part 18 - Ke Sevilla
19 Part 19 - Menemui Julian
20 Part 20 - Kesedihan Davira
21 Part 21 - Memeluk Davira
22 Part 22 - Balasan dari Nathan
23 Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24 Part 24 - Rencana Davira
25 Part 25 - Melarikan Diri
26 Part 26 - Para Berandal
27 Part 27 - Melewati Batas!
28 Part 28 - Hinaan Amara
29 Part 29 - Pindah
30 Part 30 - Roma
31 Part 31 - Emma Scott
32 Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33 Part 33 - Rencana Julian
34 Part 34 - Penculikan
35 Part 35 - Tanda dari Nathan
36 Part 36 - Merasa Tertekan
37 Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38 Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39 Part 39 - Kedatangan Laura
40 Part 40 - Perintah Gayatri
41 Part 41 - Pertemuan Keluarga
42 Part 42 - Racun
43 Part 43 - Bantuan
44 Part 44 - Pengorbanan Emma
45 Part 45 - Hutang Nyawa
46 Part 46 - Kota Moskow
47 Part 47 - Perkelahian
48 Part 48 - Tugas Pertama
49 Part 49 - Para Perampok
50 Part 50 - Operasi Emma
51 Part 51 - Taruhan
52 52 - Pekerjaan Terakhir
53 Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54 Part 54 - Serangan
55 Part 55 - Pelakunya!
56 Part 56 - Perkelahian Saudara
57 Part 57 - Memukul Mundur
58 Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59 Part 59 - Merasa Panik
60 Part 60 - Pertanyaan Jakob
61 Part 61 - Kedatangan Emma
62 Part 62 - Kemarahan Aaron
63 Part 63 - Kepercayaan Nathan
64 Part 64 - Imbalan Erick
65 Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66 Part 66 - Rekaman CCTV
67 Part 67 - You Have My Love
68 Part 68 - Permintaan Emma
69 Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70 Part 70 - Ancaman Erick
71 Part 71 - Diberi Waktu
72 Part 72 - Keputusan Emma
73 Part 73 - Saran dari Atvita
74 Part 74 - Menyelidiki
75 Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76 Part 76 - Liciknya Emma
77 Part 77 - Terbongkar
78 Part 78 - Datangnya Erick
79 Part 79 - Alvar Martez
80 Part 80 - Permusuhan
81 Part 81 - Jebakan
82 Part 82 - Ketakutan Emma
83 Perundingan - Part 83
84 Membebaskan Atvita - Part 84
85 Balas Dendam - Part 85
86 Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2
Part 02 - Bertemu Damian
3
Part 03 - Awal Mula
4
Part 04 - Malam Kelam
5
Part 05 - Pemakaman
6
Part 06 - Eksekusi
7
Part 07 - Kedatangan Aidan
8
Part 08 - Perlindungan Nathan
9
Part 09 - Makan Malam
10
Part 10 - Melamar
11
Part 11 - Hari Pernikahan
12
Part 12 - Gaun Berdarah
13
Part 13 - Pria Gila!
14
Part 14 - Kecemburuan Laura
15
Part 15 - Keras Kepala
16
Part 16 - Tuan Pemaksa
17
Part 17 - Demam
18
Part 18 - Ke Sevilla
19
Part 19 - Menemui Julian
20
Part 20 - Kesedihan Davira
21
Part 21 - Memeluk Davira
22
Part 22 - Balasan dari Nathan
23
Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24
Part 24 - Rencana Davira
25
Part 25 - Melarikan Diri
26
Part 26 - Para Berandal
27
Part 27 - Melewati Batas!
28
Part 28 - Hinaan Amara
29
Part 29 - Pindah
30
Part 30 - Roma
31
Part 31 - Emma Scott
32
Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33
Part 33 - Rencana Julian
34
Part 34 - Penculikan
35
Part 35 - Tanda dari Nathan
36
Part 36 - Merasa Tertekan
37
Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38
Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39
Part 39 - Kedatangan Laura
40
Part 40 - Perintah Gayatri
41
Part 41 - Pertemuan Keluarga
42
Part 42 - Racun
43
Part 43 - Bantuan
44
Part 44 - Pengorbanan Emma
45
Part 45 - Hutang Nyawa
46
Part 46 - Kota Moskow
47
Part 47 - Perkelahian
48
Part 48 - Tugas Pertama
49
Part 49 - Para Perampok
50
Part 50 - Operasi Emma
51
Part 51 - Taruhan
52
52 - Pekerjaan Terakhir
53
Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54
Part 54 - Serangan
55
Part 55 - Pelakunya!
56
Part 56 - Perkelahian Saudara
57
Part 57 - Memukul Mundur
58
Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59
Part 59 - Merasa Panik
60
Part 60 - Pertanyaan Jakob
61
Part 61 - Kedatangan Emma
62
Part 62 - Kemarahan Aaron
63
Part 63 - Kepercayaan Nathan
64
Part 64 - Imbalan Erick
65
Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66
Part 66 - Rekaman CCTV
67
Part 67 - You Have My Love
68
Part 68 - Permintaan Emma
69
Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70
Part 70 - Ancaman Erick
71
Part 71 - Diberi Waktu
72
Part 72 - Keputusan Emma
73
Part 73 - Saran dari Atvita
74
Part 74 - Menyelidiki
75
Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76
Part 76 - Liciknya Emma
77
Part 77 - Terbongkar
78
Part 78 - Datangnya Erick
79
Part 79 - Alvar Martez
80
Part 80 - Permusuhan
81
Part 81 - Jebakan
82
Part 82 - Ketakutan Emma
83
Perundingan - Part 83
84
Membebaskan Atvita - Part 84
85
Balas Dendam - Part 85
86
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!