Damian menjauhkan wajahnya agar bisa menatap Davira dengan jelas.
"Kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu bukan?" tanya Damian dengan suara yang terdengar serak.
"Tentu saja aku tahu, sudah hampir lima tahun kita bersama."
Damian terdiam untuk beberapa saat, pria itu berdecak kagum menatap kecantikan yang dimiliki oleh Davira.
"Sepertinya aku adalah pria paling beruntung karena bisa mendapatkan wanita seperti dirimu, dan akan lebih beruntung lagi jika wanita ini menjadi istriku," ucap Damian membuat Davira mengerjapkan matanya beberapa kali.
Damian melepaskan tangannya dari pinggang Davira kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil yang dilapisi beludru berwarna merah berbentuk hati. Damian membuka kotak tersebut memperlihatkan sebuah cincin berlian yang begitu indah, dan tentunya berharga fantastis.
"I want you to be my wife, Davira. I want to marry you," ucap Damian pelan.
"And if you want me too, aku akan memakaikan cincin ini di jarimu."
Davira menatap Damian dengan mata yang sudah berkaca-kaca, ia segera menganggukkan kepalanya.
"Of course, Mr. Lee. I will be your wife."
Damian tersenyum mendengar apa yang Davira katakan, ia segera memakaikan cincin indah itu ke jari manis kekasihnya.
"Aku mencintaimu, Damian."
Davira langsung berhambur ke pelukan Damian dengan perasaan yang tidak bisa ia deskripsikan. Rasanya begitu bahagia karena malam ini ia telah dilamar oleh seorang pria yang memang selama ini ia inginkan
Setelah sesi lamaran yang dilakukan oleh Damian secara tiba-tiba, mereka berdua memulai makan malam dengan suasana yang terasa begitu romantis. Ha itu disebabkan oleh lingkungan sekitar yang mendukung, serta suasana hati Davira yang berbunga-bunga.
Davira dan Damian menikmati hidangan lezat yang berada di atas meja makan mereka, suara alunan musik lembut dari biola terus terdengar dimainkan.
"Keluargamu sudah tahu?" tanya Davira sembari memotong daging steak yang ada di piringnya.
"Sudah, aku memberitahu mereka sebelum aku melamar mu," jawab Damian membuat Davira terkekeh kecil.
"Kau sangat percaya diri rupanya."
"Tentu saja, aku tahu kau tidak akan mungkin menolak ku, Davira."
"Bagaimana jika ternyata aku menolak mu?" Davira menopang dagunya dengan satu tangan yang bertumpu di atas meja.
"Maka aku akan menculik mu," Damian meraih satu tangan Davira kemudian mengecupnya.
Tiba-tiba saja terdengar suara dering ponsel membuat Davira segera meraih benda pipih itu dari dalam tasnya.
"Siapa?"
Davira menggelengkan kepalanya karena tidak tahu siapa yang saat ini sedang menelponnya, di layar tidak tercantum nama ataupun nomor si penelpon.
"Angkatlah, aku penasaran. Tidak mungkin jika hanya orang iseng yang menelpon mu," ucap Damian membuat Davira segera menggeser tombol hijau yang ada di layar.
Davira hanya diam dan tidak berniat untuk mengatakan apapun, ia menunggu orang yang menelponnya berbicara.
"Selamat, Davira. Lamaran yang sangat indah, kau bahagia? Nikmatilah malam mu."
Suara bariton yang amat sangat Davira kenali terdengar membuat Damian langsung mengambil alih ponsel di tangan Davira itu.
"Kau membuntuti Davira? Apa sekarang kau menjadi penguntit, Tuan Xie?"
Terdengar suara kekehan kecil yang mana membuat amarah Damian semakin terpancing.
"Sebaiknya kau kirimkan undangan pernikahan kalian untukku, aku pasti akan hadir. Sampai jumpa, Davira."
Belum sempat Damian berbicara, sambungannya sudah terputus secara sepihak membuat Damian melempar kasar ponsel milik Davira ke atas meja.
"Sial, kau dibuntuti? Sudah berapa lama? Bagaimana bisa dia langsung mengetahui tentang hal ini?!"
Braak.
Damian menggebrak meja dengan kencang kemudian berdiri dari duduknya, matanya menatap sekelilingnya hingga pandangannya jatuh pada satu gedung yang berada tidak jauh dari restoran tempat mereka makan malam saat ini.
Davira mengepalkan tangannya kuat dengan amarah yang sudah berada di ubun-ubun, perasaan bahagianya langsung lenyap seketika. Ia menegak sampanye di gelasnya hingga tandas sembari memperhatikan sinar yang berasal dari rooftop gedung di sebelah sana.
"Setelah menikah kita akan langsung menyerangnya, Davira. Seluruh keluarga Xie akan ku lenyapkan, Nathan benar-benar sudah di luar batasnya. Dia tidak bisa bersikap seperti ini, tidak seharusnya dia mengganggu momen berharga kita. Akan ku pastikan dia mengalami hal yang sama sepertimu, i'm promise."
Davira berdiri dari duduknya kemudian memeluk tubuh Damian, dia sengaja melakukannya karena saat ini dia tahu bahwa mereka sedang diperhatikan oleh Nathan.
"Suatu saat peluruku akan bersarang di dadanya, Damian," bisik Davira dengan dendam yang begitu besar terhadap Nathan.
Sedangkan dari atas rooftop gedung hotel tempatnya sekarang berdiri, Nathan hanya tersenyum tipis sembari memperhatikan Davira dan juga Damian yang sedang berpelukan melalui teleskop miliknya.
Nathan berdecak sambil menggelengkan kepalanya pelan.
"Kau memilih musuh yang salah, Damian."
π_π
Tidak butuh waktu lama untuk mereka mempersiapkan pernikahan yang memang di adakan secara privat. Hanya perlu satu minggu setelah Davira menerima lamaran Damian, dan hari ini mereka berdua akan resmi menjadi pasangan suami istri.
Damian telah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang dan benar-benar mewujudkan pernikahan impian Davira, mereka akan mengucapkan janji suci pernikahan dan melakukan acara resepsi di kota Sevilla. Seluruh keluarga Lee tentunya hadir untuk menyaksikan hari bahagia bagi Damian dan juga Davira.
Sedangkan untuk keluarga Handoko yang masih tersisa, tidak ada satupun dari mereka yang hadir. Mungkin karena Liana masih merasa marah dengan kejadian waktu itu, Davira yakin sekali bahwa Liana akan merancanakan sesuatu untuk bisa memiliki apa yang dia inginkan.
Liana dan Aidan pastinya semakin merasa kesal karena tidak bisa melakukan apapun dalam waktu dekat ini karena ancaman dari Nathan yang mereka semua tahu bahwa hal itu bukan ancaman belaka.
Davira menggelengkan kepalanya pelan mencoba untuk mengusir pikiran-pikiran tentang Liana, Aidan ataupun keluarganya yang lain. Davira tidak peduli jika mereka semua tidak datang dan sudah tidak menganggapnya sebagai keluarga. Karena ia tahu bahwa ia tidak salah, sudah tugasnya untuk mempertahankan bisnis kedua orang tuanya. Lagi pula Davira juga tidak mengundang mereka secara formal.
Sekarang adalah hari bahagianya, sebentar lagi dia akan resmi menjadi bagian dari keluarga Lee. Davira tidak ingin memikirkan tentang masalahnya untuk hari ini saja, walaupun sebenarnya ada rasa resah karena selama satu minggu ini dia tidak mendapatkan gangguan apapun lagi dari Nathan.
Davira merasa kebingungan karena tidak ada tindakan yang dilakukan oleh Nathan setelah mengetahui bahwa Damian melamarnya. Davira hanya berharap tempat pernikahannya sekarang ini tidak dibocorkan oleh siapapun, dia tidak ingin melihat wajah Nathan di hari pernikahannya.
Seulas senyum muncul di wajah cantiknya yang diberi riasan tipis, gaun pengantin yang dikenakan oleh Davira terlihat begitu indah dan elegan. Bagian belakang gaun begitu panjang menjuntai ke lantai sehingga dia akan terlihat sangat memukau ketika sedang berjalan di altar nantinya.
Walaupun tidak memesan gaun itu karena Damian menginginkan pernikahan segera dilakukan, Davira tetap menemukan gaun impiannya saat pergi ke butik desainer ternama. Davira langsung jatuh hati kepada gaun yang sekarang ia kenakan pada pandangan pertama.
"Sangat cantik," Damian memegang kedua pundak Davira kemudian mengecupnya singkat.
Davira tersenyum melihat pantulan mereka berdua di cermin, benar-benar terlihat serasi.
"Semua keluargamu sudah datang?"
Damian menganggukkan kepalanya, "Mereka sudah menunggu pengantin ini berjalan di altar."
"Aku masih tidak menyangka bahwa hari ini kita akan menikah, semuanya dilakukan dengan sangat cepat dan dalam waktu yang singkat," Davira terkekeh kecil kemudian duduk ditepi ranjang saat Damian terlihat mengambil high heels berwarna putih yang akan ia kenakan.
Damian berjongkok di hadapannya kemudian memakaikan high heels itu ke kaki Davira.
"Empat tahun, Davira. Hubungan empat tahun kita akan berakhir hari ini," Damian mengusap pelan punggung kaki Davira sebelum kembali berdiri.
"Apakah kita perlu putus saat ini?" Davira mengangkat satu alisnya.
"Sepertinya begitu," Damian tertawa kecil lalu melirik arloji yang ia kenakan.
"Tapi sepertinya kita harus keluar dari kamar ini sekarang juga, orang-orang sudah menunggu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Berdo'a saja
berlanjut dong kan menikah kenapa harus berakhir, ada yang aneh
2023-06-03
1