Damian tersenyum tipis melihat seorang wanita yang baru saja masuk melalui pintu masuk restoran. Netra keduanya kini saling bertemu membuat Davira buru-buru melangkahkan kakinya menuju ke meja di mana kekasihnya berada.
"Sudah lama?" tanya Davira setelah meletakkan bokongnya pada kursi yang berhadapan dengan Damian membuat keduanya kini dipisahkan oleh sebuah meja bundar. Di atas meja itu sudah terlihat beberapa desert kesukaan Davira, lengkap dengan minumannya.
"Tidak juga, ada apa? Kau terlihat sedang kesal."
Davira menghembuskan nafasnya panjang, ia merasa ragu untuk menceritakan kejadian tadi siang. Tapi dia memerlukan perlindungan Damian karena ia tahu bahwa Aidan atau ibunya bisa saja nekat melakukan sesuatu kepadanya.
"Tadi siang Aidan datang ke mansion, dia memintaku untuk melakukan kerjasama dengan ibunya terkait bisnis yang saat ini kita kelola bersama."
Damian mengernyit, "Kau setuju?"
"Tentu saja tidak," jawab Davira cepat.
"Aku tidak mungkin menyetujui kerjasama itu, aku tidak akan membiarkan bisnisku dicampur tangani oleh mereka. Kau tahu betul bagaimana bibiku yang satu itu, dia tidak bisa dipercaya."
"Itu keputusan yang tepat, Davira. Jujur, aku juga tidak bisa mempercayai bibi Liana," ucap Damian kemudian meraih tangan Davira untuk ia genggam.
"Aidan mengancam mu? Kau terlihat gelisah."
Davira menganggukkan kepalanya, "Dia bahkan menodongkan pistol kepadaku."
"Dia berniat membunuhmu? Lelucon apa ini, Davira? Kenapa Aidan sampai begitu berani bertindak seperti itu?" wajah Damian seketika mengeras.
"Aidan memang seberani itu, terang-terangan mengancam ku karena sekarang dia tahu aku sendirian."
"Hey..... jangan mengatakan hal itu, kau tidak sendirian. Ada aku bersamamu," Damian mengelus pelan pipi lembut kekasihnya.
"Aku berjanji akan memberikanmu perlindungan, kau akan aman. Aidan tidak akan bisa menyentuhmu, kau percaya padaku?"
"Aku selalu mempercayaimu, Damian," jawab Davira kemudian mengigit pelan bibir bawahnya, ada satu hal lagi yang harus ia katakan kepada Damian, dan ia cukup ragu untuk mengatakannya.
"Ada apa? Apa ada masalah lain?"
"Ini masalah Nathan dan keluarga Xie, kapan kau akan membantuku membalas dendam? Ini sudah tiga bulan, rasanya sangat tidak adil saat melihat mereka hidup dengan tenang."
"Dendam mu pasti akan terbalas, Davira. Tapi tidak mungkin dalam waktu dekat ini, kau menginginkan Nathan mengalami apa yang kau alami. Sedangkan keluarga mereka tinggal secara terpisah, sangat sulit melakukan pembantaian massal. Tapi aku dan juga ayahku sudah memiliki rencana."
"Rencana? Kau akan memberitahuku?"
"Tentu saja, ini adalah satu-satunya rencana yang bisa membuatmu merasa puas. Kau tahu pertemuan setiap tanggal satu Juli?" tanya Damian yang mana langsung mendapat gelengan kepala dari Davira.
"Itu adalah pertemuan besar-besaran yang di adakan oleh keluarga Xie setiap tahunnya, hampir seluruh keluarga Xie datang. Dan kita bisa memanfaatkan pertemuan tersebut, pertemuan itu sangat dirahasiakan. Tapi orang ku bisa mendapatkan informasinya."
Mata Davira berbinar mendengarnya, "itu artinya.....dua bulan lagi?"
"Iya, Davira. Kita bisa menyiapkan semuanya dalam waktu dua bulan itu, dan aku akan membicarakan semuanya dengan ayahku, serta anak buah ku."
π_π
Davira memoleskan sebuah lipstik berwarna merah menyala ke bibirnya, gadis itu tersenyum tipis memperhatikan pantulan dirinya di cermin. Wanita itu sedang menggunakan dress berwarna hitam yang panjangnya menjuntai hingga ke lantai, di sampingnya terdapat belahan yang memperlihatkan paha mulusnya.
Rambut panjangnya ia biarkan tergerai bebas dengan di curly di bagian bawahnya, ia terlihat begitu cantik dan memukau.
Tangannya bergerak menyemprotkan parfum yang beraroma manis ke beberapa bagian tubuh serta pakaiannya. Setelah itu ia segera memasang high heels berwarna silver yang tadi pagi diberikan oleh Damian untuknya bersama dengan sebuah surat ajakan makan malam.
Davira tentunya merasa sangat bahagia karena di tengah-tengah kesibukannya, Damian masih selalu menyempatkan diri untuk bertemu dengannya.
High heels setinggi 5cm itu kini terlihat begitu indah di kakinya yang jenjang, Davira menatap pantulan dirinya sekali lagi di cermin sebelum meraih tasnya kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar.
"Restoran Abades Triana, Damian sudah menunggu," ucap Davira kepada pengawal pribadinya yang baru.
"Baik Nona," Justin segera mengikuti langkah kaki Davira hingga ke garasi.
Justin dengan sigap membukakan pintu untuk Nona muda itu, mobil mewah milik Davira mulai ia lajukan keluar dari pekarangan mansion kemudian melaju membelah jalanan yang malam ini terlihat ramai.
Davira menatap ke arah luar jendela untuk menatap langit malam di kota Sevilla, hatinya tengah berbunga-bunga saat ini. Entah mengapa ia memiliki firasat baik dan sudah mengkhayalkan sesuatu yang ia tunggu-tunggu selama ini akan terjadi sebentar lagi.
Tidak butuh waktu lama, mobil yang dikemudikan oleh Justin sudah berhenti tepat di depan pintu utama salah satu restoran ternama di Sevilla.
Davira langsung turun dari mobilnya setelah pintu dibukakan oleh seorang pria berjas yang menyambut kedatangannya.
"Selamat malam nona, Handoko. Biar saya antarkan anda untuk menemui tuan Lee," pria itu segera menuntun Davira agar mengikuti langkahnya.
Davira berjalan dengan anggun dan dengan kepercayaan diri yang tinggi, para pelayan terlihat berjejer rapi menyambut kedatangannya. Matanya bergerak memperhatikan seluruh meja yang kosong tanpa adanya orang lain membuatnya mengerti bahwa tempat ini telah dibooking oleh kekasihnya.
Ia digiring memasuki ruangan VIP yang diposisikan di atas sungai tanpa atap membuat tempat itu menjadi terlihat begitu indah dan mereka bisa melihat betapa cantiknya langit malam di kota Sevilla.
"Silahkan Nona," pria berjas itu merentangkan satu tangannya dengan satu tangan lain yang berada di atas perut.
Davira menatap sekelilingnya, di sana terlihat puluhan lampu yang menyala, dan semuanya berwarna ungu sesuai dengan warna kesukaan Davira. Ia tersenyum melihat Damian yang sudah berdiri di sebelah meja, pria itu terlihat begitu rapi dan juga tampan dengan jas serta kemeja berwarna hitam itu.
"Apa semua ini Damian?" tanya Davira menghampiri, matanya tidak lepas dari semua keindahan yang disuguhkan kepadanya.
Damian langsung menarik pinggang Davira agar lebih mendekat kepadanya, Damian menatap Davira lekat-lekat.
"Kau terlihat sangat cantik," bisik Damian membuat Davira terkekeh kecil karena nafas pria itu menyapu telinganya.
"Tempat ini indah, aku merasa sangat senang saat sekarang," ucap Davira sembari mengusap rahang kekasihnya.
Tiba-tiba saja tiga orang pria berjas putih masuk dengan membawa biola dan langsung memainkannya membuat Davira semakin tersenyum lebar.
"Ini waktunya berdansa sebelum makan malam," Damian memeluk erat pinggang Davira, sedangkan wanita itu segera mengalungkan lengannya di leher kekasihmu dengan dahi yang saling bersentuhan.
Mereka mulai bergerak mengikuti alunan musik biola yang terdengar begitu merdu, keduanya saling menatap dengan senyum yang menghiasi wajah mereka berdua. Senyum yang belum tentu bisa dilihat oleh orang lain di wajah mereka yang selalu terlihat dingin dan juga angkuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Berdo'a saja
lfililing ku, antara Damian dan keluarga Aidan, entah filling apa😀😀😀😀
2023-06-03
1