Warning!
Banyak adegan kekerasan, bagi yang nggak suka dan masih di bawah umur bisa skip dulu yaa😉
Nathan masuk ke dalam mansion-nya dengan amarah yang sudah berada di ubun-ubun, dia perlu melampiaskannya. Bukan karena tamparan keras Davira, tetapi karena dia begitu benci ketika harus melihat Davira bersama dengan pria lain.
Sudah sangat lama Nathan mencoba untuk menahan diri, dan kali ini dia harus mulai bergerak agar Davira benar-benar menjadi miliknya. Hanya dia yang boleh memeluk tubuh wanita itu, harusnya hanya dialah yang bisa menggenggam tangan Davira.
"Sial," umpatnya pelan, ingin sekali dia menghajar wajah Damian hingga babak belur, tapi sayangnya hari ini dia hanya bisa memberi satu pukulan.
"Paul, orang-orang yang mencoba mencuri dariku apakah sudah kau tangkap?" tanya Nathan sembari memasang sarung tangan kulitnya.
"Sudah Tuan, mereka berjumlah delapan. Orang-orang kita sudah berhasil meringkus mereka," jawab Paul membuat bibir Nathan sedikit berkedut.
"Di mana mereka sekarang? Aku ingin melihat wajah orang-orang pemberani itu," Nathan merasa tidak habis pikir mengapa ada anak buahnya yang berani sekali mencoba untuk mencuri puluhan kilogram narkoba darinya dan mencoba untuk menjualnya sendiri.
Tentu saja Paul dengan mudah mengetahuinya dan langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkap 8 orang pencuri itu.
"Di ruang rahasia, Tuan," jawab pria berkulit hitam itu.
Nathan segera melangkahkan kakinya menyusuri lorong demi lorong di mansion-nya, pria itu terlihat begitu tenang namun mematikan. Nathan berdiri di depan pintu besi kemudian segera memasukkan password yang membuat pintu langsung terbuka lebar.
Terlihat tangga yang memutar ke arah bawah, Nathan dan Paul menuruni undakan tangga itu satu persatu hingga sampai di lantai dasar. Di sana terlihat ada 10 penjaga bersenjata yang langsung menundukkan kepala mereka saat melihat kedatangan Tuan mereka.
Di ruang bawah tanah itu terdapat banyak sekali ruangan yang dikhususkan untuk para tahanan sebelum di eksekusi olehnya atau oleh bawahannya jika dia sedang ingin menjaga kebersihan tangannya.
"Selamat datang Tuan Nathan," mereka semua begitu menghormati pria itu, pengaruh keluarga Xie di dunia bawah sudah tidak bisa diragukan lagi.
Mereka yang paham apa maksud kedatangan Nathan segera membuka satu pintu yang cukup besar, kini Nathan dan Paul dapat melihat 8 orang pria yang hanya menggunakan celana pendek tanpa baju tengah meringkuk di lantai dengan rantai yang mengikat tangan serta kaki mereka.
Tubuh mereka semua terlihat penuh dengan memar, para penjaga memaksa mereka untuk bangun bahkan menyeret mereka paksa agar menghadap Nathan.
Delapan pria itu berjalan tertatih-tatih dan segera berjongkok dengan bertumpu pada lutut mereka di hadapan Nathan. Mereka langsung menundukkan kepala tidak berani menatap wajah Nathan, rasanya mereka begitu menyesali tindakan bodoh yang membuat mereka kini harus berhadapan secara langsung dengan Tuan muda Xie.
Mereka tergiur dengan tambahan uang dan berpikiran bahwa hal itu tidak akan diketahui, tetapi ternyata mereka salah karena telah begitu berani mencuri dari seorang iblis seperti Nathan.
"Aku harus mulai dari mana?" tanya Nathan dengan suaranya yang terdengar berat.
Nathan menengadahkan satu tangannya membuat Paul segera mengeluarkan sebilah belati yang berukuran cukup kecil kepada Tuannya.
Namun Nathan menggelengkan kepalanya pelan.
"Bukan yang ini, Paul," ucap Nathan membuat Paul langsung mengerti.
Paul melangkahkan kakinya ke arah puluhan senjata yang ditempel di tembok, terlihat ada rantai, kapak, parang dan juga benda-benda lainnya. Paul segera mengambil satu buah palu yang dipenuhi dengan paku dan berukuran cukup besar.
Tubuh 8 orang pria itu sontak bergetar melihat Paul menyerahkan benda mengerikan itu ke tangan Nathan, mereka melirik wajah Nathan yang ternyata sekarang tengah tersenyum miring kepada mereka.
Nathan jarang sekali terlihat tersenyum, namun berharap lah untuk tidak pernah melihatnya. Karena senyum Nathan memiliki arti yang berbeda, pria itu bisa membunuh seseorang sembari tersenyum seperti sekarang ini. Dan itu artinya sebentar lagi 8 pria itu akan segera kehilangan nyawa mereka.
"Dari mana idenya berasal?" tanya Nathan sembari mengarahkan palunya ke kepala salah satu dari mereka yang berkepala pelontos.
Bibir mereka terlihat sudah membiru dengan lidah yang terasa kelu membuat mereka sudah tidak bisa bersuara lagi.
Nathan berdehem singkat kemudian memberi isyarat kepada Paul untuk melepaskan jas yang sekarang ia kenakan, Paul dengan sigap melakukannya membuat Nathan kini hanya menggunakan kemeja berwarna hitam.
Nathan menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku memperlihatkan lengannya yang kekar dan berurat.
Bugh.
Bugh.
Tanpa aba-aba, Nathan langsung memukul kepala pria berkepala pelontos itu sampai berkali-kali membuat yang lainnya begitu terkejut.
Kepala pria itu hancur dan tubuhnya seketika tergeletak dengan darah yang mulai membasahi lantai.
"A-ampun Tuan!" salah satu dari mereka membuka suara dan segera bersujud di kaki Nathan.
"Ka-kami hanya mengikuti ide dari orang itu Tuan," tunjuk nya kepada temannya yang baru saja mati di tangan Nathan.
"Pintar sekali, menyalahkan seseorang yang sudah mati. Berharap agar selamat?" tanya Nathan kemudian menjambak rambut pria itu hingga kepalanya terdongkrak.
"Akhh......saya mohon ampun Tuan," ucap pria itu dengan suara yang bergetar dan air mata yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.
"Ku ampuni," bersamaan dengan itu, Nathan langsung memukul kepala anak buahnya itu dengan palunya.
Bugh.
"Hukuman harus tetap berjalan di sini, kalian harus tahu bahwa kalian terlihat begitu menjijikkan. Para anjing yang berani mencuri dari majikannya sendiri."
Setelah mengatakan hal itu, Nathan terus memukul kepala mereka satu persatu hingga wajah mereka tidak berbentuk bahkan ada yang kepalanya sampai pecah membuat otaknya tercerai berai.
Nathan menatap dingin jasad mereka, dia langsung memberikan palu yang sudah berlumuran dengan darah kepada Paul. Pria itu melepaskan sarung tangan kulit yang ia pakai kemudian melemparkannya asal.
Nathan mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya kemudian membersihkan bercak darah yang mengotori wajah serta lengannya. Jam tangan mahal yang dia gunakan kini terlihat begitu kotor karena darah orang-orang itu.
"Suruh orang-orang mu untuk mengurus para anjing itu, Paul."
"Baik Tuan," Paul segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuannya.
Tanpa berniat mengatakan apa-apa lagi, Nathan segera melangkahkan kakinya meninggalkan ruang bawah tanah itu. Nathan membawa langkah kakinya yang panjang menuju ke kamarnya, namun tiba-tiba saja sosok neneknya terlihat sedang berjalan menuruni tangga.
"Dari mana saja Nathan?" tanya Gayatri memperhatikan bercak darah yang masih tersisa di wajah dan juga lengan Nathan.
"Ruang bawah tanah, mengurus para pencuri itu," jawab Nathan menatap neneknya tanpa rasa takut sedikitpun, padahal di keluarga mereka, Gayatri adalah pemegang kedudukan tertinggi karena kakeknya yang sudah meninggal mewariskan seluruh bisnis dan harta kekayaannya kepada neneknya itu.
"Sebelumnya," ucap Gayatri membuat Nathan tertegun untuk sesaat.
"Menemui Davira di pemakaman keluarganya hari ini, aku harus menenangkan wanita yang aku cintai bukan?" Nathan mengangkat satu alisnya, hanya dialah yang berani bersikap seperti itu kepada Gayatri.
"Wanita itu lagi," Gayatri tersenyum sinis.
"Untuk apa kau menghadiri pemakaman keluarga Handoko? Aku tahu Davira tidak pernah membalas perasaanmu, jadi berhenti terus mengejarnya. Harusnya hari ini kita mengadakan pesta untuk merayakan kematian dari hampir seluruh anggota keluarga Handoko."
"Berpesta lah sendirian, aku terlalu sibuk. Seluruh pekerjaan dilimpahkan kepadaku," Nathan segera berlalu begitu saja tanpa menundukkan kepalanya sama sekali.
"Kapan kau akan kembali ke Indonesia, Nathan?"
Langkah Nathan sontak terhenti mendengar pertanyaan Gayatri.
"Memangnya kenapa aku harus kembali ke sana? Aku masih memiliki banyak urusan di sini," tanya Nathan segera berbalik agar dapat menatap neneknya kembali.
"Di Indonesia ada urusan yang lebih penting, kau harus segera pergi ke Kalimantan. Periksa tambang batu bara kita yang ada di sana, ku dengar ada beberapa lahan baru. Kau tidak perlu di sini hanya untuk mengotori tanganmu dengan darah tikus-tikus tidak berguna itu."
Nathan hanya diam kemudian melanjutkan langkahnya kembali menuju ke kamarnya. Dia tidak berniat untuk menanggapi perkataan neneknya. Nathan akan kembali ke Indonesia jika ia ingin dan jika memang ada sesuatu yang begitu mendesak. Untuk sekarang dia harus berada di Sevilla agar bisa memantau Davira.
***Continue***..............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Berdo'a saja
pesta diatas penderitaan Davira nenek
2023-06-03
1