Part 06 - Eksekusi

Warning!

Banyak adegan kekerasan, bagi yang nggak suka dan masih di bawah umur bisa skip dulu yaa😉

Nathan masuk ke dalam mansion-nya dengan amarah yang sudah berada di ubun-ubun, dia perlu melampiaskannya. Bukan karena tamparan keras Davira, tetapi karena dia begitu benci ketika harus melihat Davira bersama dengan pria lain.

Sudah sangat lama Nathan mencoba untuk menahan diri, dan kali ini dia harus mulai bergerak agar Davira benar-benar menjadi miliknya. Hanya dia yang boleh memeluk tubuh wanita itu, harusnya hanya dialah yang bisa menggenggam tangan Davira.

"Sial," umpatnya pelan, ingin sekali dia menghajar wajah Damian hingga babak belur, tapi sayangnya hari ini dia hanya bisa memberi satu pukulan.

"Paul, orang-orang yang mencoba mencuri dariku apakah sudah kau tangkap?" tanya Nathan sembari memasang sarung tangan kulitnya.

"Sudah Tuan, mereka berjumlah delapan. Orang-orang kita sudah berhasil meringkus mereka," jawab Paul membuat bibir Nathan sedikit berkedut.

"Di mana mereka sekarang? Aku ingin melihat wajah orang-orang pemberani itu," Nathan merasa tidak habis pikir mengapa ada anak buahnya yang berani sekali mencoba untuk mencuri puluhan kilogram narkoba darinya dan mencoba untuk menjualnya sendiri.

Tentu saja Paul dengan mudah mengetahuinya dan langsung memerintahkan bawahannya untuk menangkap 8 orang pencuri itu.

"Di ruang rahasia, Tuan," jawab pria berkulit hitam itu.

Nathan segera melangkahkan kakinya menyusuri lorong demi lorong di mansion-nya, pria itu terlihat begitu tenang namun mematikan. Nathan berdiri di depan pintu besi kemudian segera memasukkan password yang membuat pintu langsung terbuka lebar.

Terlihat tangga yang memutar ke arah bawah, Nathan dan Paul menuruni undakan tangga itu satu persatu hingga sampai di lantai dasar. Di sana terlihat ada 10 penjaga bersenjata yang langsung menundukkan kepala mereka saat melihat kedatangan Tuan mereka.

Di ruang bawah tanah itu terdapat banyak sekali ruangan yang dikhususkan untuk para tahanan sebelum di eksekusi olehnya atau oleh bawahannya jika dia sedang ingin menjaga kebersihan tangannya.

"Selamat datang Tuan Nathan," mereka semua begitu menghormati pria itu, pengaruh keluarga Xie di dunia bawah sudah tidak bisa diragukan lagi.

Mereka yang paham apa maksud kedatangan Nathan segera membuka satu pintu yang cukup besar, kini Nathan dan Paul dapat melihat 8 orang pria yang hanya menggunakan celana pendek tanpa baju tengah meringkuk di lantai dengan rantai yang mengikat tangan serta kaki mereka.

Tubuh mereka semua terlihat penuh dengan memar, para penjaga memaksa mereka untuk bangun bahkan menyeret mereka paksa agar menghadap Nathan.

Delapan pria itu berjalan tertatih-tatih dan segera berjongkok dengan bertumpu pada lutut mereka di hadapan Nathan. Mereka langsung menundukkan kepala tidak berani menatap wajah Nathan, rasanya mereka begitu menyesali tindakan bodoh yang membuat mereka kini harus berhadapan secara langsung dengan Tuan muda Xie.

Mereka tergiur dengan tambahan uang dan berpikiran bahwa hal itu tidak akan diketahui, tetapi ternyata mereka salah karena telah begitu berani mencuri dari seorang iblis seperti Nathan.

"Aku harus mulai dari mana?" tanya Nathan dengan suaranya yang terdengar berat.

Nathan menengadahkan satu tangannya membuat Paul segera mengeluarkan sebilah belati yang berukuran cukup kecil kepada Tuannya.

Namun Nathan menggelengkan kepalanya pelan.

"Bukan yang ini, Paul," ucap Nathan membuat Paul langsung mengerti.

Paul melangkahkan kakinya ke arah puluhan senjata yang ditempel di tembok, terlihat ada rantai, kapak, parang dan juga benda-benda lainnya. Paul segera mengambil satu buah palu yang dipenuhi dengan paku dan berukuran cukup besar.

Tubuh 8 orang pria itu sontak bergetar melihat Paul menyerahkan benda mengerikan itu ke tangan Nathan, mereka melirik wajah Nathan yang ternyata sekarang tengah tersenyum miring kepada mereka.

Nathan jarang sekali terlihat tersenyum, namun berharap lah untuk tidak pernah melihatnya. Karena senyum Nathan memiliki arti yang berbeda, pria itu bisa membunuh seseorang sembari tersenyum seperti sekarang ini. Dan itu artinya sebentar lagi 8 pria itu akan segera kehilangan nyawa mereka.

"Dari mana idenya berasal?" tanya Nathan sembari mengarahkan palunya ke kepala salah satu dari mereka yang berkepala pelontos.

Bibir mereka terlihat sudah membiru dengan lidah yang terasa kelu membuat mereka sudah tidak bisa bersuara lagi.

Nathan berdehem singkat kemudian memberi isyarat kepada Paul untuk melepaskan jas yang sekarang ia kenakan, Paul dengan sigap melakukannya membuat Nathan kini hanya menggunakan kemeja berwarna hitam.

Nathan menggulung lengan kemejanya hingga sebatas siku memperlihatkan lengannya yang kekar dan berurat.

Bugh.

Bugh.

Tanpa aba-aba, Nathan langsung memukul kepala pria berkepala pelontos itu sampai berkali-kali membuat yang lainnya begitu terkejut.

Kepala pria itu hancur dan tubuhnya seketika tergeletak dengan darah yang mulai membasahi lantai.

"A-ampun Tuan!" salah satu dari mereka membuka suara dan segera bersujud di kaki Nathan.

"Ka-kami hanya mengikuti ide dari orang itu Tuan," tunjuk nya kepada temannya yang baru saja mati di tangan Nathan.

"Pintar sekali, menyalahkan seseorang yang sudah mati. Berharap agar selamat?" tanya Nathan kemudian menjambak rambut pria itu hingga kepalanya terdongkrak.

"Akhh......saya mohon ampun Tuan," ucap pria itu dengan suara yang bergetar dan air mata yang sudah tidak bisa ia tahan lagi.

"Ku ampuni," bersamaan dengan itu, Nathan langsung memukul kepala anak buahnya itu dengan palunya.

Bugh.

"Hukuman harus tetap berjalan di sini, kalian harus tahu bahwa kalian terlihat begitu menjijikkan. Para anjing yang berani mencuri dari majikannya sendiri."

Setelah mengatakan hal itu, Nathan terus memukul kepala mereka satu persatu hingga wajah mereka tidak berbentuk bahkan ada yang kepalanya sampai pecah membuat otaknya tercerai berai. 

Nathan menatap dingin jasad mereka, dia langsung memberikan palu yang sudah berlumuran dengan darah kepada Paul. Pria itu melepaskan sarung tangan kulit yang ia pakai kemudian melemparkannya asal.

Nathan mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya kemudian membersihkan bercak darah yang mengotori wajah serta lengannya. Jam tangan mahal yang dia gunakan kini terlihat begitu kotor karena darah orang-orang itu.

"Suruh orang-orang mu untuk mengurus para anjing itu, Paul."

"Baik Tuan," Paul segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuannya.

Tanpa berniat mengatakan apa-apa lagi, Nathan segera melangkahkan kakinya meninggalkan ruang bawah tanah itu. Nathan membawa langkah kakinya yang panjang menuju ke kamarnya, namun tiba-tiba saja sosok neneknya terlihat sedang berjalan menuruni tangga.

"Dari mana saja Nathan?" tanya Gayatri memperhatikan bercak darah yang masih tersisa di wajah dan juga lengan Nathan.

"Ruang bawah tanah, mengurus para pencuri itu," jawab Nathan menatap neneknya tanpa rasa takut sedikitpun, padahal di keluarga mereka, Gayatri adalah pemegang kedudukan tertinggi karena kakeknya yang sudah meninggal mewariskan seluruh bisnis dan harta kekayaannya kepada neneknya itu.

"Sebelumnya," ucap Gayatri membuat Nathan tertegun untuk sesaat.

"Menemui Davira di pemakaman keluarganya hari ini, aku harus menenangkan wanita yang aku cintai bukan?" Nathan mengangkat satu alisnya, hanya dialah yang berani bersikap seperti itu kepada Gayatri.

"Wanita itu lagi," Gayatri tersenyum sinis.

"Untuk apa kau menghadiri pemakaman keluarga Handoko? Aku tahu Davira tidak pernah membalas perasaanmu, jadi berhenti terus mengejarnya. Harusnya hari ini kita mengadakan pesta untuk merayakan kematian dari hampir seluruh anggota keluarga Handoko." 

"Berpesta lah sendirian, aku terlalu sibuk. Seluruh pekerjaan dilimpahkan kepadaku," Nathan segera berlalu begitu saja tanpa menundukkan kepalanya sama sekali.

"Kapan kau akan kembali ke Indonesia, Nathan?"

Langkah Nathan sontak terhenti mendengar pertanyaan Gayatri.

"Memangnya kenapa aku harus kembali ke sana? Aku masih memiliki banyak urusan di sini," tanya Nathan segera berbalik agar dapat menatap neneknya kembali.

"Di Indonesia ada urusan yang lebih penting, kau harus segera pergi ke Kalimantan. Periksa tambang batu bara kita yang ada di sana, ku dengar ada beberapa lahan baru. Kau tidak perlu di sini hanya untuk mengotori tanganmu dengan darah tikus-tikus tidak berguna itu." 

Nathan hanya diam kemudian melanjutkan langkahnya kembali menuju ke kamarnya. Dia tidak berniat untuk menanggapi perkataan neneknya. Nathan akan kembali ke Indonesia jika ia ingin dan jika memang ada sesuatu yang begitu mendesak. Untuk sekarang dia harus berada di Sevilla agar bisa memantau Davira.

***Continue***..............

Terpopuler

Comments

Berdo'a saja

Berdo'a saja

pesta diatas penderitaan Davira nenek

2023-06-03

1

lihat semua
Episodes
1 Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2 Part 02 - Bertemu Damian
3 Part 03 - Awal Mula
4 Part 04 - Malam Kelam
5 Part 05 - Pemakaman
6 Part 06 - Eksekusi
7 Part 07 - Kedatangan Aidan
8 Part 08 - Perlindungan Nathan
9 Part 09 - Makan Malam
10 Part 10 - Melamar
11 Part 11 - Hari Pernikahan
12 Part 12 - Gaun Berdarah
13 Part 13 - Pria Gila!
14 Part 14 - Kecemburuan Laura
15 Part 15 - Keras Kepala
16 Part 16 - Tuan Pemaksa
17 Part 17 - Demam
18 Part 18 - Ke Sevilla
19 Part 19 - Menemui Julian
20 Part 20 - Kesedihan Davira
21 Part 21 - Memeluk Davira
22 Part 22 - Balasan dari Nathan
23 Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24 Part 24 - Rencana Davira
25 Part 25 - Melarikan Diri
26 Part 26 - Para Berandal
27 Part 27 - Melewati Batas!
28 Part 28 - Hinaan Amara
29 Part 29 - Pindah
30 Part 30 - Roma
31 Part 31 - Emma Scott
32 Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33 Part 33 - Rencana Julian
34 Part 34 - Penculikan
35 Part 35 - Tanda dari Nathan
36 Part 36 - Merasa Tertekan
37 Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38 Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39 Part 39 - Kedatangan Laura
40 Part 40 - Perintah Gayatri
41 Part 41 - Pertemuan Keluarga
42 Part 42 - Racun
43 Part 43 - Bantuan
44 Part 44 - Pengorbanan Emma
45 Part 45 - Hutang Nyawa
46 Part 46 - Kota Moskow
47 Part 47 - Perkelahian
48 Part 48 - Tugas Pertama
49 Part 49 - Para Perampok
50 Part 50 - Operasi Emma
51 Part 51 - Taruhan
52 52 - Pekerjaan Terakhir
53 Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54 Part 54 - Serangan
55 Part 55 - Pelakunya!
56 Part 56 - Perkelahian Saudara
57 Part 57 - Memukul Mundur
58 Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59 Part 59 - Merasa Panik
60 Part 60 - Pertanyaan Jakob
61 Part 61 - Kedatangan Emma
62 Part 62 - Kemarahan Aaron
63 Part 63 - Kepercayaan Nathan
64 Part 64 - Imbalan Erick
65 Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66 Part 66 - Rekaman CCTV
67 Part 67 - You Have My Love
68 Part 68 - Permintaan Emma
69 Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70 Part 70 - Ancaman Erick
71 Part 71 - Diberi Waktu
72 Part 72 - Keputusan Emma
73 Part 73 - Saran dari Atvita
74 Part 74 - Menyelidiki
75 Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76 Part 76 - Liciknya Emma
77 Part 77 - Terbongkar
78 Part 78 - Datangnya Erick
79 Part 79 - Alvar Martez
80 Part 80 - Permusuhan
81 Part 81 - Jebakan
82 Part 82 - Ketakutan Emma
83 Perundingan - Part 83
84 Membebaskan Atvita - Part 84
85 Balas Dendam - Part 85
86 Ending
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Part 01 - Obsesi Tuan Xie
2
Part 02 - Bertemu Damian
3
Part 03 - Awal Mula
4
Part 04 - Malam Kelam
5
Part 05 - Pemakaman
6
Part 06 - Eksekusi
7
Part 07 - Kedatangan Aidan
8
Part 08 - Perlindungan Nathan
9
Part 09 - Makan Malam
10
Part 10 - Melamar
11
Part 11 - Hari Pernikahan
12
Part 12 - Gaun Berdarah
13
Part 13 - Pria Gila!
14
Part 14 - Kecemburuan Laura
15
Part 15 - Keras Kepala
16
Part 16 - Tuan Pemaksa
17
Part 17 - Demam
18
Part 18 - Ke Sevilla
19
Part 19 - Menemui Julian
20
Part 20 - Kesedihan Davira
21
Part 21 - Memeluk Davira
22
Part 22 - Balasan dari Nathan
23
Part 23 - Menemui Liana dan Aidan
24
Part 24 - Rencana Davira
25
Part 25 - Melarikan Diri
26
Part 26 - Para Berandal
27
Part 27 - Melewati Batas!
28
Part 28 - Hinaan Amara
29
Part 29 - Pindah
30
Part 30 - Roma
31
Part 31 - Emma Scott
32
Part 32 - Rasa Penasaran Davira
33
Part 33 - Rencana Julian
34
Part 34 - Penculikan
35
Part 35 - Tanda dari Nathan
36
Part 36 - Merasa Tertekan
37
Part 37 - Pertemuan Tak Terduga
38
Part 38 - Pantai, Nathan dan Davira
39
Part 39 - Kedatangan Laura
40
Part 40 - Perintah Gayatri
41
Part 41 - Pertemuan Keluarga
42
Part 42 - Racun
43
Part 43 - Bantuan
44
Part 44 - Pengorbanan Emma
45
Part 45 - Hutang Nyawa
46
Part 46 - Kota Moskow
47
Part 47 - Perkelahian
48
Part 48 - Tugas Pertama
49
Part 49 - Para Perampok
50
Part 50 - Operasi Emma
51
Part 51 - Taruhan
52
52 - Pekerjaan Terakhir
53
Part 53 - Pilihan untuk Jakob
54
Part 54 - Serangan
55
Part 55 - Pelakunya!
56
Part 56 - Perkelahian Saudara
57
Part 57 - Memukul Mundur
58
Part 58 - Menuju Markas Tuan Scott
59
Part 59 - Merasa Panik
60
Part 60 - Pertanyaan Jakob
61
Part 61 - Kedatangan Emma
62
Part 62 - Kemarahan Aaron
63
Part 63 - Kepercayaan Nathan
64
Part 64 - Imbalan Erick
65
Part 65 - Fakta yang Sebenarnya
66
Part 66 - Rekaman CCTV
67
Part 67 - You Have My Love
68
Part 68 - Permintaan Emma
69
Part 69 - Menciptakan Senyum Davira
70
Part 70 - Ancaman Erick
71
Part 71 - Diberi Waktu
72
Part 72 - Keputusan Emma
73
Part 73 - Saran dari Atvita
74
Part 74 - Menyelidiki
75
Part 75 - Selangkah Lebih Maju
76
Part 76 - Liciknya Emma
77
Part 77 - Terbongkar
78
Part 78 - Datangnya Erick
79
Part 79 - Alvar Martez
80
Part 80 - Permusuhan
81
Part 81 - Jebakan
82
Part 82 - Ketakutan Emma
83
Perundingan - Part 83
84
Membebaskan Atvita - Part 84
85
Balas Dendam - Part 85
86
Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!