Bab 6 - Bapak Terlalu Kolot!

Khadijah tertawa terbahak-bahak, sengaja mengejek ucapan Raisa. "Ngaco kamu. Istrinya? Hei, emangnya kalau aku menikah nggak ngundang kamu? Nggak mungkin kan?"

Raisa mengerutkan keningnya, kemudian menggaruk hidungnya. Dia bersumpah mendengar ucapan Khoirul tadi sementara di dalam sana hanya ada Khadijah. Mana mungkin dosennya bicara pada makhluk tak kasat mata?

"Yakin kamu? Jangan main backstreet-backstreetan ya?" cerca Raisa.

Khadijah mengapit lengan Raisa, "Ya nggak lah. Kita kan best friend."

"Alah, kalau begini aja best friend. Traktirannya tadi nggak jadi," keluh Raisa. Dia sudah melupakan soal ucapan Khoirul dan kecurigaannya.

"Nanti pulang kuliah. Tadi ada gangguan menyebalkan."

Belum sempat Khadijah dan Raisa menghilang dari koridor, suara deheman yang sangat khas terdengar dari belakang. Sontak saja dua orang itu menoleh.

Raisa mengangguk sopan pada Khoirul. Pria itu membawa piring kotor dan melayangkan tatapan tajamnya pada Khadijah. Yang ditatap seakan tidak peduli.

"Kalian bukannya belajar biar cepat naik level, ini malah main. Pulang kuliah, ya pulang. Belajar lagi. Sampai kapan mau di sini? Tidak bosan bertemu saya? Tidak bosan di tempat yang sama selama delapan tahun?"

Raisa terkejut mendengar petuah singkat dari Khoirul. Dia mengangguk patuh, "Baik, Pak. Kami tidak akan banyak main."

Khadijah enggan menjawab. Dia merasa tersinggung dengan ucapan Khoirul. Secara tidak langsung dia dilarang pergi dengan teman-temannya.

Raisa menyenggol pinggang Khadijah untuk menjawab ucapan dosennya. Dilihatnya Khadijah hanya diam dan matanya melirik tajam.

"Jawab, Dijah," bisik Raisa.

"Kalau saya tidak pernah bosan dengan tempat ini. Kenapa harus bosan, Pak? Laki-lakinya tampan semua dan bisa cuci mata setiap hari. Lagi pula kalau saya pergi main, urusan bapak? Urusan bapak kan hanya di kampus. Kalau di ... em, em," ucapan Khadijah terhenti karena mulutnya terkunci oleh telapak tangan Raisa.

Raisa tersenyum meminta maaf pada Khoirul, lalu membawa Khadijah pergi. Setelah menjauh, wanita itu memarahi sahabatnya. "Kamu itu kalau benci jangan terlalu kentara dong. Udah nilai kamu jelek, nanti semakin jelek kalau berhadapan sama dosen nggak mau memperlihatkan sisi baik."

"Alah, dosen seperti Pak Khoirul mana mungkin punya sisi baik sih? Mau disenyumin sampai bibir mencong juga sifatnya begitu-begitu aja," tukas Khadijah.

"Awas ya kalau tiba-tiba kamu memuji Pak Khoirul."

"Nggak akan," sela Khadijah. Dia lupa kalau beberapa saat lalu merasa tersanjung dengan ucapan Khoirul. Gengsinya terlalu tinggi untuk mengakui.

°°°

Khoirul melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Khadijah belum pulang, padahal dia tahu jadwal kuliah wanita itu hanya sampai pukul empat sore.

"Kemana dia? Sudah saya peringatkan jangan kelayapan tapi sama sekali nggak digubris," gerutu Khoirul.

Khoirul bisa saja menghubungi orangtua Khadijah tapi dia sungkan kalau tiba-tiba ditanya berbagai macam hal. Ada alasan kenapa dia bisa menikah dengan Khadijah, bukan asal main tunjuk saja.

Khoirul merasa bertanggung jawab penuh atas hidup Khadijah. Meskipun sikap Khadijah lebih buruk dari yang dia bayangkan tetap saja dia tidak akan membiarkan istrinya terbawa pergaulan bebas.

Benda pintar di tangan Khoirul menampilkan kontak nomor Khadijah. Dia sudah menghubungi Khadijah puluhan kali tapi tidak ada satupun yang diangkat. Pria itu yakin jika Khadijah sengaja melakukannya untuk membalas peringatannya tadi.

"Pak, tolong siapkan mobil saya," ucap Khoirul pada supirnya. Dia berjalan cepat ke arah tangga, menaikinya dengan berlari. Dia mengambil dompet yang tergeletak di atas meja. Beberapa menit kemudian dia turun kembali.

Khoirul tidak bisa tinggal diam. Dia ingin mencari istrinya entah di jalan yang kemungkinan dilewati wanita itu. Tapi sebelum dia sempat masuk ke dalam mobil, dilihatnya sebuah taksi berhenti di depan rumah.

Sontak saja Khoirul menyongsong taksi tersebut. Hanya sepersekian detik, Khadijah turun dan melambai pada taksi yang ditumpanginya. Khoirul mengira ada orang lain di dalam tapi ternyata Khadijah pulang sendiri.

"Hai, Pak dosen killer," sapa Khadijah dengan seringaian kecil.

"Dari mana saja kamu?"

"Main."

Hanya satu kata itu yang diucapkan Khadijah, lalu wanita yang memakai kemeja setengah jadi itu masuk tanpa memperdulikan tatapan tajam Khoirul. Khadijah bahkan sempat bergumam dengan kalimat yang tidak dimengerti suaminya.

"Stop di sana!" perintah Khoirul sebelum Khadijah semakin melenggang naik ke kamarnya.

Khadijah berhenti, tubuhnya berbalik, "Apa lagi?"

"Kamu nggak bisa menghargai saya?"

"Bisa. Saya berhenti kan waktu bapak bilang stop," jawab Khadijah santai. Benar-benar berniat melebarkan amarah suaminya.

"Saya suami kamu, kepala rumah tangga di rumah ini. Berapa kali saya hubungi kamu tadi? Nggak dengar atau memang sengaja dipasang mode silent agar panggilan saya nggak terjawab?"

Khoirul sangat jarang marah pada siapapun. Orang rumah yang mengenal dirinya sangat tahu bahwa pria itu tidak akan menegur mereka kalau memang tidak kelewatan. Orangtuanya saja jarang mendengar suara kasar Khoirul. Tapi baru beberapa hari Khadijah tinggal di rumah itu, Khoirul terpaksa menjadi sosok yang lain.

Pria yang memutuskan berumah tangga dengan seorang wanita yang bahkan belum punya imajinasi untuk menikah, tidak sekalipun menyesal melihat kelakuan Khadijah. Hanya saja harga dirinya menggila karena sikap Khadijah.

"Nah, itu bapak tahu," jawab Khadijah enteng. Tangannya memainkan tapi tasnya sembari mendengarkan Khoirul berkhotbah.

Pria tua ini kenapa sih? Sensi banget hari ini. Bukannya tadi terlihat sweet, batin Khadijah.

"Lain kali jangan begitu lagi," tukas Khoirul akhirnya. Dia berusaha untuk mengalah, tapi hanya untuk malam ini saja. Nada suaranya juga melembut.

"Iya."

"Sama siapa tadi?"

"Raisa."

"Siapa lagi?" cerca Khoirul dengan nada pelan. Ditariknya Khadijah untuk duduk tapi wanita itu dengan tegas menolak.

"Teman."

"Pria atau wanita?" tanya Khoirul, masih berusaha sabar.

"Wanita dan pria. Ini kenapa jadi wawancara sih, Pak?" sungut Khadijah.

"Coba sebutkan siapa saja teman kamu itu agar saya tahu."

Khadijah mendelik, "Nggak! Memangnya bapak siapa sampai saya harus menjelaskan secara rinci? Sebelum bapak menyela, saya tahu kalau bapak adalah suami saya. Tapi bukan berarti saya harus menceritakan semua yang saya lakukan di luar sana. Lagi pula saya nggak cinta sama bapak. Kenapa sih hal sepele begini jadi pembahasan? Sebelum saya menikah, saya juga terbiasa pulang malam. Orangtua saya juga nggak melarang. Bapak saja yang kolot!"

"Kolot? Saya kolot?"

Khadijah memasang wajah garang, "Iya. Kenapa? Nggak setuju?"

Jantung Khoirul bergemuruh hebat. Dia hampir kehilangan kendali. Ingin rasanya dia memaki dirinya karena tidak bisa berbuat banyak pada istrinya.

Mungkin ini salah satu ujian untuk kamu, Khoirul. Kamu yang terlalu keras pada murid-murid kamu sekarang dibalas oleh istri kamu. Cobalah lebih lembut lagi, batin Khoirul memperingatkan.

Khadijah was-was. Khoirul hanya diam dan menunduk. Harusnya pria itu marah padanya bukan? Supaya Khadijah mempunyai alasan agar bisa keluar dari rumah itu.

"Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi kan?" tanya Khadijah.

"Tidurlah! Kalau kamu masih lapar, ada makanan di kulkas. Panaskan dulu kalau mau makan," tukas Khoirul sebelum dia keluar dari rumah. Dia perlu menenangkan diri.

"Masih aja perhatian," gumam Khadijah.

°°°

"Raisa, ini saya," ucap Khoirul pada Raisa melalui panggilan telepon. Dia penasaran dengan siapa saja istrinya berkumpul.

Mendengar suara Khoirul, Raisa terpekik, "Pak Khoirul? Ini benar bapak?"

"Iya, ini saya. Ada yang mau saya tanyakan."

"Ada apa, Pak? Saya buat kesalahan?" tanya Raisa takut.

"Nggak, bukan begitu. Saya tadi melihat kamu dan teman-teman kamu berkumpul di cafe. Saya penasaran siapa saja yang ada di sana."

"Kenapa bapak bertanya soal ini? Bukannya saya menolak perhatian bapak tapi terdengar aneh kalau tiba-tiba bertanya. Apa ini karena masalah bermain sehabis pulang kuliah, Pak? Saya minta maaf, Pak. Saya berjanji akan belajar lebih rajin lagi," jelas Raisa ketakutan.

Khoirul juga salah perhitungan. Harusnya dia tidak menelepon tiba-tiba. Tapi sudah kepalang tanggung. "Kalau kamu mau memberitahu bersama siapa saja kamu tadi, saya akan memberikan saran untuk skripsi kamu."

"Benarkah, Pak?"

"Benar."

"Tadi saya bersama..,"

°°°

Episodes
1 Bab 1 - Pak Muka Killer
2 Bab 2 - Apa Kita Perlu Melakukan Malam Pertama?
3 Bab 3 - Saya Kira Bapak Nggak Sadar Diri
4 Bab 4 - Kok Kalian Sama-sama Merah Dahinya?
5 Bab 5 - Kamu Istrinya Pak Khoirul, Dijah?
6 Bab 6 - Bapak Terlalu Kolot!
7 Bab 7 - STOP!
8 Bab 8 - Dijah, Apa Saya Boleh Meminta Hak Saya?
9 Bab 9 - CUP!!!
10 Bab 10 - Mampus Saya, Pak!
11 Bab 11 - Keluar Dari Kelas Saya!
12 Bab 12 - Kabur
13 Bab 13 - Ikut Saya ke Ruangan Saya!
14 Bab 14 - Makan Sendiri, Pak!
15 Bab 15 - One vs One
16 Bab 16 - Cerita Masa Lalu
17 Bab 17 - Aku Nggak Akan Pergi!
18 Bab 18 - Hanya Oke?
19 Bab 19 - Aku Sudah Nggak Perawan!
20 Bab 20 - Awas Ya, Kamu!
21 Bab 21 - Panggil Sayang, Dulu!
22 Bab 22 - Siapa Nama Suami Kamu?
23 Bab 23 - Bapak Berdarah
24 Bab 24 - Bapak Suka Gajah?
25 Bab 25 - Masuk Kamar Kata Saya!
26 Bab 26 - Terserah Apa Yang Mau Kamu Lakukan
27 Bab 27 - Khadijah Sudah Menikah?
28 Bab 28 - Karena Saya Malu, Pak
29 Bab 29 - Oh, Tidak!
30 Bab 30 - Tangisan Menyebalkan
31 Bab 31 - Terpaksa
32 Bab 32 - Oh, Bapak Mengusir Saya?
33 Bab 33 - Dasar Nenek Lampir
34 Bab 34 - Mantan Toxic
35 Bab 35 - Insiden Berkali-kali
36 Bab 36 - Positif
37 Bab 37 - Hoek Hoek Hoek!
38 Bab 38 - Mereka Tahu
39 Bab 39 - Tapi Hamil Anak Saya
40 Bab 40 - Suami Kamu The Best, Dijah
41 Bab 41 - Bagiku Kehidupanku Jauh Lebih Penting
42 Bab 42 - Tragedi Lipstik Lumer
43 Bab 43 - Buletin Sialan!
44 Bab 44 - Keputusan Final
45 Bab 45 - Tekanan Batin
46 Bab 46 - Aku Benar-benar Nggak Tahan Lagi!
47 Bab 47 - Rencana Pindah
48 Bab 48 - Mulut Marwah
49 Bab 49 - Bikin Rusuh
50 Bab 50 - Bukannya Itu Kinan?
51 Bab 51 - Kalau Sedikit Sentuhan Nggak Masalah kan?
52 Bab 52 - Cobalah! Kamu Pasti Akan Suka
53 Bab 53 - Kenapa Kamu Nggak Cari Pria Lain Saja
54 Bab 54 - Apa Yang Bapak Lakukan Di sini?
55 Bab 55 - Semua Ini Salah Kamu
56 Bab 56 - Kabur!
57 Bab 57 - Pelacakan
58 Bab 58 - Yuk, Kita Progam Lagi, Sayang
59 Bab 59 - Salah Sangka
60 Bab 60 END - Karina Senja Putri Khoirul
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1 - Pak Muka Killer
2
Bab 2 - Apa Kita Perlu Melakukan Malam Pertama?
3
Bab 3 - Saya Kira Bapak Nggak Sadar Diri
4
Bab 4 - Kok Kalian Sama-sama Merah Dahinya?
5
Bab 5 - Kamu Istrinya Pak Khoirul, Dijah?
6
Bab 6 - Bapak Terlalu Kolot!
7
Bab 7 - STOP!
8
Bab 8 - Dijah, Apa Saya Boleh Meminta Hak Saya?
9
Bab 9 - CUP!!!
10
Bab 10 - Mampus Saya, Pak!
11
Bab 11 - Keluar Dari Kelas Saya!
12
Bab 12 - Kabur
13
Bab 13 - Ikut Saya ke Ruangan Saya!
14
Bab 14 - Makan Sendiri, Pak!
15
Bab 15 - One vs One
16
Bab 16 - Cerita Masa Lalu
17
Bab 17 - Aku Nggak Akan Pergi!
18
Bab 18 - Hanya Oke?
19
Bab 19 - Aku Sudah Nggak Perawan!
20
Bab 20 - Awas Ya, Kamu!
21
Bab 21 - Panggil Sayang, Dulu!
22
Bab 22 - Siapa Nama Suami Kamu?
23
Bab 23 - Bapak Berdarah
24
Bab 24 - Bapak Suka Gajah?
25
Bab 25 - Masuk Kamar Kata Saya!
26
Bab 26 - Terserah Apa Yang Mau Kamu Lakukan
27
Bab 27 - Khadijah Sudah Menikah?
28
Bab 28 - Karena Saya Malu, Pak
29
Bab 29 - Oh, Tidak!
30
Bab 30 - Tangisan Menyebalkan
31
Bab 31 - Terpaksa
32
Bab 32 - Oh, Bapak Mengusir Saya?
33
Bab 33 - Dasar Nenek Lampir
34
Bab 34 - Mantan Toxic
35
Bab 35 - Insiden Berkali-kali
36
Bab 36 - Positif
37
Bab 37 - Hoek Hoek Hoek!
38
Bab 38 - Mereka Tahu
39
Bab 39 - Tapi Hamil Anak Saya
40
Bab 40 - Suami Kamu The Best, Dijah
41
Bab 41 - Bagiku Kehidupanku Jauh Lebih Penting
42
Bab 42 - Tragedi Lipstik Lumer
43
Bab 43 - Buletin Sialan!
44
Bab 44 - Keputusan Final
45
Bab 45 - Tekanan Batin
46
Bab 46 - Aku Benar-benar Nggak Tahan Lagi!
47
Bab 47 - Rencana Pindah
48
Bab 48 - Mulut Marwah
49
Bab 49 - Bikin Rusuh
50
Bab 50 - Bukannya Itu Kinan?
51
Bab 51 - Kalau Sedikit Sentuhan Nggak Masalah kan?
52
Bab 52 - Cobalah! Kamu Pasti Akan Suka
53
Bab 53 - Kenapa Kamu Nggak Cari Pria Lain Saja
54
Bab 54 - Apa Yang Bapak Lakukan Di sini?
55
Bab 55 - Semua Ini Salah Kamu
56
Bab 56 - Kabur!
57
Bab 57 - Pelacakan
58
Bab 58 - Yuk, Kita Progam Lagi, Sayang
59
Bab 59 - Salah Sangka
60
Bab 60 END - Karina Senja Putri Khoirul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!