Pagi hari di kediaman Sebastian. Mama Wina, papa Fandi dan Rafi sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama.
"Kakak mu mana Raf?" tanya Wina.
"Gak tau mah." Jawab Rafi menaikan bahunya.
"Ya sudah mama mau panggil kakak mu dulu." Ucap Wina menuju kamar Arga, namun baru beberapa melangkahkan kakinya, Arga sudah muncul menuruni tangga dengan wajah yang di tekuk.
Mama Wina hanya tersenyum melihat wajah anaknya yang sedang merajuk.
"Pagi sayang." Ucap Wina
"Pagi juga mah, mama mau kemana?" tanya Arga masih dengan wajah di tekuk.
"Mau ke kamar kamu sayang, kirain kamu belum bangun."
"Oohh." Ucap Arga singkat.
"Pagi pagi kok anak mama udah cemberut gitu si." Goda Wina.
"Maahh sudah lah, jangan pura pura sok gak tau." Jawab Arga.
"Iya udah ayo kita sarapan, papa dan adik mu sudah menunggu." Ucap Wina mengalihkan pembicaraan. Keduanya melangkahkan kakinya menuju meja makan.
"Mah aku akan menuruti ke inginan mama untuk menikahi gadis itu, tapi dengan syarat." Ujar Arga.
saat sudah berada di meja makan.
"Apa itu nak?" tanya Wina.
"Jangan ada media yang meliput pernikahan ku, dan aku hanya ingin menikah secara sederhana, hanya orang orang terdekat saja yang akan hadir." Ucap Arga.
"Baik lah, mama turuti permintaan mu nak, asal kamu bersedia dengan Merlisa, mama sudah sangat senang." Sahut Wina.
Arga terdiam sambil masih menyantap makanannya, ia sudah enggan untuk menjawab perkataan dari Wina.
*****
Pagi hari selesai sarapan bersama Indri, Merlisa sudah berangkat untuk kuliah, dengan menggunakan ojek online seperti biasa.
"Pagi semua." Ucap Merlisa menghampiri ke dua temannya Anggi dan Natan.
"Pagi juga Ca." Sahut keduanya serempak.
"Loe tau gak, Minggu depan kita sudah mulai magang Ca di perusahaan." Ujar Anggi.
"Iya gue juga udah tau Gi." Sahut Merlisa.
"Gue gak nyangka Ca kita bertiga lolos untuk magang di perusahaan besar di Asia." Ucap Anggi lagi.
"Tapi loe jangan senang dulu Gi, kita cuma magang aja seleksinya ribet banget apa lagi nanti pekerjaannya, kita harus siapkan mental dari sekarang." Ucap Natan.
"Hehehe iya juga si Nat, abis gue udah seneng aja gitu, kita bisa kerja di perusahaan besar di Asia, banyak orang yang bermimpi ingin bekerja di sana." Sahut Anggi.
"Ya udah kita jalanin aja, kita berusaha bekerja semaksimal mungkin." Timpal Merlisa.
"Iya betul." Ucap Anggi dan Natan serempak.
Tunggu tunggu aku akan magang di SB GRUP, bukannya itu perusahaan milik tante Wina. Aahh tidak mungkin ada yang tau, siapa yang akan memperhatikan anak magang. Batin Merlisa
Setelah jam mata kuliah berakhir, Merlisa dan kedua temannya langsung menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah meronta ronta ingin di isi.
Anggi dan Natan sudah duduk di mejanya, Merlisa berjalan menyusul ke dua temannya dengan membawa segelas jus di tangannya.
Ketika hendak melewati meja lain, seseorang dengan sengaja membentangkan sebelah kakinya ke arah Merlisa.
Bbyyuuuurrrrrr....
"Upss maaf aku tidak sengaja." Ucap Merlisa yang sengaja mengguyur Vanesa.
"Kurang ajar loe yaa!" Ucap Vanesa begitu marah.
Suasana kantin yang tadinya riuh, seketika hening melihat tontonan menarik di depan mata meteka. Mereka tidak menyangka Merlisa begitu berani dengan Vanesa yang sok berkuasa itu.
"Kan aku sudah bilang Vanesa, aku tidak sengaja tadi kaki ku tersandung dan tidak sengaja menyiram mu." Jawab Merlisa berbicara seimut mungkin.
"Dasar loe yaa, loe gak tau siapa gue di sini hah!" Teriak Vanesa.
"enggak." Jawab Merlisa singkat.
Vanesa sudah melayangkan tangannya untuk menampar Merlisa namun dengan cepat Merlisa menahannya.
"Hai nona Vanesa, Jangan kau pikir tidak ada yang berani dengan mu, jadi bersikap baik lah kepada orang lain." Ucap Merlisa menghempaskan tangan Vanesa secara kasar.
"Tunggu pembalasan gue, loe akan menyesal sudah memperlakukan gue seperti ini." Ujar Vanesa melangkahkan kakinya pergi dari kantin.
"Hahahaha parah banget loe Ca, udah berani lawan tuh orang." Ucap Natan.
"Wah wah hebat loe Ca, hahaha." Timpal Anggi.
"Abis dia dulu yang mau berurusan sama gue, emang gue gak tau kalau si mak Lampir itu mau tengkas kaki gue, mau bikin gue jatuh, yaudah sekalian aja gue ikutin cara dia." Sahut Merlisa menyeringai.
"Biar tau rasa tuh si mak Lampir Ca." Sahut Anggi.
"Tapi loe harus hati hati Ca, takut dia balas dendam sama loe, loe tau sendiri kan dia tuh kekasihnya siapa." Ucap Natan mengingatkan Merlisa.
"Iya Nat, gue bakal hati hati kok, loe tenang aja ya." Sahut Merlisa.
Dan ketiganya menyantap makanan yang mulai dingin itu yang berada di hadapannya.
Sepulang dari kampus Merlisa pergi menuju toko kue miliknya, sekedar memeriksa pendapatan dan pengeluaran toko miliknya minggu ini. Cukup lama merlisa berkutat dengan kertas kertas yang menumpuk di hadapannya.
Tok... Tok... Tok... Suara pintu di ketuk dari luar.
"Masuk" Ucap Merlisa yang masih fokus dengan selembar kertas di tangannya.
"Mba maaf toko sudah waktunya tutup, saya dan yang lain sudah selesai membersihkan toko." Ucap Lia tidak enak hati.
"Astaga Lia, aku tidak sadar kalau sudah waktunya tutup.Ya sudah kalian pulang saja, saya akan membereskan ini sebentar lagi." Ujar Merlisa.
"Kalau begitu kami akan tunggu mba sampai selesai."
"Tidak perlu Li, kalian pasti sudah lelah seharian bekerja, aku tidak mau di bilang atasan zalim kepada pegawainya." Ujar Merlisa.
"Tapi mba..." Ucap Lia yang sudah di potong oleh Merlisa.
"Sudah tidak ada tapi tapian Li, kalian pulang saja. Biar toko nanti aku yang kunci."
"Baik lah mba, aku dan yang lain pamit pulang dulu ya mba." Ucap Lia sambil melangkahkan kakinya keluar ruang kerja Merlisa.
Setelah pekerjaannya selesai, Merlisa melangkahkan kakinya menuju taman yang terdapat danau buatan yang begitu indah, Merlisa sangat menyukai taman tersebut di saat sore atau pagi hari karena dapat melihat terbenam atau terbitnya matahari di danau buatan tersebut.
Merlisa mendudukan tubuhnya di kursi taman yang berhadapan langsung ke danau buatan tersebut, angin sore menyapu wajah Merlisa, matahari pun sudah berubah warna menjadi jingga, Merlisa memejamkan matanya menikmati suasana yang menenangkan hati dan pikirannya.
"Ternyata kamu masih sering berada di sini Ca." Ucap seseorang yang mengejutkan Merlisa.
"Kak Dimas." Ucap Merlisa pelan
"Aku sudah dengar kabar pertunangan mu Ca, kenapa kamu mau bertunangan dengan pria itu Ca?" tanya Dimas.
"Haruskah aku menjawab pertanyaan mu kak."
"Aku mohon Ca, jangan bersikap seperti ini dengan ku, apakah tidak bisa kamu bersikap seperti dulu dengan ku."
"Tidak, sekarang kita sudah berbeda bahkan sebentar lagi kau akan menjadi kakak iparku. Bersikap lah seperti layaknya seorang kakak iparku." Ucap Merlisa berdiri dari tempat duduknya.
Dengan cepat Dimas mendekap erat tubuh Merlisa. Dengan susah payah Merlisa berusaha melepaskan pelukan Dimas.
"Biarkan seperti ini Ca untuk terakhir kalinya, aku mohon." Lirih Dimas.
Merlisa sudah tidak berontak dalam pelukan Dimas, membiarkan pria yang masih tersimpan di hatinya untuk memeluknya.
"Tempat ini, tempat kita bertemu Ca. Tempat saksi bisu cinta kita dan tempat ini juga adalah tempat terakhir kita bersama, biarkan aku memeluk mu Ca untuk terakhir kalinya, setelah ini kita akan mempunyai kehidupan yang berbeda, dengan pasangan kita masing masing." Lirih Dimas yang sudah tidak kuasa menahan air matanya.
Merlisa hanya terdiam dalam pelukan Dimas, menahan sesak di dadanya.
Seandainya aku bisa menentang ke inginan orang tua ku Ca, pasti kamu masih ada di sisi ku saat ini juga, menjadi pendamping hidupku.Tapi aku hanya seorang pecundang yang tidak mampu memperjuangkan cintanya. Batin Dimas.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya,agar author selalu semangat 💪🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
itin
rafi kok biasa aja tau nona jagoannya dijodohkan ke arga abangnya 🤔,,,kirain bakal ada respon apa gtu secara rafi kan katanya penasaran dan tertarik sama nona jagoannya.
2021-05-02
1
Elisabeth Ratna Susanti
boom like sampai sini dulu ya👍
2020-09-30
1
Erna Wati
serru bro
2020-08-31
4