Kakak Iparku Mantan Kekasihku

Kakak Iparku Mantan Kekasihku

Bab 2

Merlisa berjalan di pinggir trotoar, entah kemana arah tujuannya. Pandangannya kosong, perasaannya hancur bagaikan tersambar petir di siang bolong. Merlisa juga enggan untuk kembali ke toko, moodnya sedang tidak baik saat ini.

Merlisa terus berjalan tanpa tujuan yang jelas, hingga di jalan ia melihat sisa kaleng softdrink tepat di hadapan kakinya, tanpa pikir panjang ia menendang kaleng softdrink tersebut hingga mengenai seseoarang.

"Waduh, sial kena orang lagi." Gumam Merlisa.

Tatapan tajam pria itu seakan harimau yang ingin menerkam mangsanya, Merlisa menyadari tatapan yang tak bersahabat itu, segera Merlisa berbalik badan dengan langkah agak sedikit berlari ingin menghidari pria tersebut, namun naasnya langkahnya kalah cepat dengan si pria tersebut, pria itu sudah mencengkram kuat lengan Merlisa. Ia sudah tidak dapat menghindar dari laki laki itu, Merlisa berbalik badan berhadapan dengan laki laki itu sambil meringis menahan sakit karena lengannya di cengkram begitu kuat.

"Lepasin gue, sakit tau." Merlisa menepis tangan laki laki yang bernama Arga Sebastian itu.

"Elo udah tau apa ke salahan elo ke gue!" teriak Arga masih dengan tatapan tajamnya.

"Yyee, gak usah teriak juga kali, gue gak budeg." Ujar Merlisa yang juga menatap tajam ke arah Arga.

"Elo tu ya, udah salah bukan minta maaf malah mau pergi begitu aja." Tunjuk Arga di depan wajah Merlisa.

"Mana gue tau, lagian elo ngapain juga ada di situ jadi bukan salah gue dong." Elak Merlisa.

Arga yang mendengar perkataan Merlisa makin geram dibuatnya, ia mengepalkan tangannya menyalurkan kekesalannya.

"Cih... Dasar wanita bar - bar dia belum tau siapa gue, berani beraninya ia berurusan dengan Arga Sebastian." Batin Arga.

"Gue gak mau tau, elo harus bertanggung jawab atas yang elo udah perbuat sama gue." Ujar Arga sambil menunjukan dahinya yang ke merahan.

"Cuma merah gitu doang di permasalahin, jadi cowo lembek amat si." Ujar Merlisa.

"Dasar cewe bar - bar!" dengus Arga sambil berjalan pergi meninggalkan Merlisa menuju mobilnya berada. Arga sudah membuang buang waktunya menghadapi cewe barbar itu.

Merlisa masih berdiri di pinggir jalan melihat ke pergian Arga.

"cih, dasar cowo aneh, jangan sampai gue ketemu lagi sama tu cowo. Tapi di lihat lihat tampan juga tu cowo, ahh ngomong apa si gue, amit amit deh gue terpesona sama tu cowo." Batin Merlisa sambil menggeleng gelengkan kepala membuyarkan pikiran anehnya.

Merlisa berjalan di taman pinggir kota, ia duduk di kursi taman sambil menghadap danau buatan yang berada di taman tersebut.

"Sial banget si hari ini, mimpi apa gue semalem. Di putusin sama kak Dimas ehh gue harus ketemu sama cowo aneh lagi." Mengumpat sendiri, pandangannya masih menatap lurus ke arah danau.

Entah sudah berapa lama ia duduk termenung di taman itu, di rasa saat suasana hatinya sudah membaik ia segera beranjak pergi meninggalkan taman.

Hari semakin sore, sang surya sudah berubah ber warna jingga mempertandakan hari akan gelap, lampu jalan mulai menerangi di setiap sudut sudut jalan. Merlisa menyelusuri jalan, samar samar terdengar suara teriakan seorang wanita, tanpa pikir panjang Merlisa mencari arah sumber suara tersebut dan suaranya semakin jelas terdengar. Suasana saat ini memang begitu sepi tak ada orang maupun kendaraan yang melintasi jalan.

Dari ke jauhan Merlisa melihat wanita paru baya bersama kedua laki laki berwajar sangar itu, sedang menarik tangan wanita paru baya, dengan segera Merlisa menghampirinya.

"Hhaii, kalian! jangan ganggu ibu itu." Teriak Merlisa.

"Jangan ikut campur, ini bukan urusan loe bocah." Ujar salah satu pria itu.

"Tentu saja ini jadi urusan gue, apa kalian tidak malu menyerang wanita, maen keroyokan lagi, huh." Ledek Merlisa tersenyum sinis.

"Kurang ajar ini bocah, berani beraninya sama kita." Ujar kaki laki itu sambil melayangkan pukulan ke Merlisa.

Baku hantam pun tak terelakan, Merlisa di serang dua pria sekaligus, namun ia bisa dapat mengatasinya.

Merlisa memang mempunyai bela diri taekwondo sudah tingkat sabuk hitam, ia belajar bela diri dengan alasan untuk dapat menjaga diri dan bisa membantu orang orang yang membutuhkan pertolongan.

setelah perkelahian yang cukup sengit dua laki laki itu akhirnya pergi meninggalkan Merlisa dan wanita paru baya itu.

Wanita paru baya itu bernama Wina, ia segera menghampiri Merlisa yang berdiri tak jauh darinya.

"Nak apakah kamu terluka?" ujar Wina khawatir.

"Saya tidak apa apa bu." Jawab Merlisa tersenyum

"Tapi wajah kamu terluka Nak, ayo kita ke rumah sakit." Ujar Wina melihat di ujung bibir Merlisa mengeluarkan darah segar.

"Tidak apa apa Bu, ini hanya luka kecil aja nanti juga sembuh ko." Ujar Merlisa ssmbil menyeka darah yang ada di ujung bibir Merlisa menggunakan jarinya.

"Terima kasih Nak, ibu behutang budi sama kamu, kalau tidak ada kamu, ibu tidak tau nasib ibu saat ini." Ujar Wina memeluk Merlisa.

Merlisa yang di perlakukan seperti itu terhadap Wina, entah kenapa hatinya begitu menghangat atas pelukan yang di berikan Wina, dekapan yang sudah lama ia tidak dapatkan dari seorang Mama yang sudah pergi meninggalnya.

"Sama sama Bu, sudah seharusnya kan kita saling tolong menolong." Merlisa tersenyum setelah pelukannya terlepas.

"Tapi Ibu bener bener berterima kasih nak, harus dengan cara apa ibu berterima kasih denganmu." Wina tersenyum sambil mengelus pipi Merlisa.

"Ahh Ibu tidak usah seperti itu, aku ikhlas menolong ibu."

"Ohh iya, ibu kenapa bisa ada di sini?" tanya Merlisa.

"Tadi ibu melintasi jalan ini, tiba - tiba ban mobil Ibu kempes, ibu keluar untuk mengecek ban mobil. Entah dari mana dua laki laki tadi menghampiri ibu bermaksud berniat jahat kepada ibu." Ujar Wina menceritakan kepada Merlisa.

Merlisa manggut manggut mengerti.

"Ooh, ibu ada ban serap?" tanya Merlisa.

"Sepertinya ada nak di belakang." Wina melihat ban cadangan yang berada di dalam bagasi mobil.

"Ya udah bu sini aku gantikan ban mobilnya." Merlisa memulai mengganti ban mobil Wina, dan Wina melihat Merlisa begitu kagum akan tikah laku Merlisa yang yang begitu mandiri.

Andai saja aku mempunyai menantu seperti mu nak, pasti aku sangat bahagia. Batin Wina.

Sesaat kemudian Merlisa sudah menyelesaikan aktivitasnya.

"Bu sudah selasai." Ujar Merlisa.

"Sekali lagi ibu berterima kasih nak, ibu sudah merepotkan mu." Ujar Wina.

"Sama sama bu, aku senang bisa membantu." Merlisa tersenyum.

"Dari tadi kita ngobrol tapi kita belum kenalan nak." Ujar Wina menyodorkan tangan, Merlisa menyambut tangan Wina.

"Merlisa, panggil saja Ica."

"Wina, panggil saja tante Wina." Ujar Wina tersenyum.

"Ya sudah Bu ehh tante, sepertinya saya harus pergi."

"Mari tante antarkan nak." Tawar Wina.

"Tidak perlu tante, saya masih ada keperluan lain." Ucap Merlisa.

"Baiklah kalau begitu, semoga kita dapat bertemu lagi nak, tante sangat senang dapat kenal dengan mu." Ujar Wina.

Keduanya pergi dan berpisah sambil melambaikan tangan masing masing.

bersambung...

Terpopuler

Comments

Cencik Gaut

Cencik Gaut

apa cuma gue aja yg gak ada bab 1 nya ya?

2021-08-29

1

Nur Ain

Nur Ain

Bagus cerita nye thor

2021-05-20

0

itin

itin

tanpa prolog langsung masuk bab 2,,,, bab 1 nya keselip dimana ator say? 😂

2021-05-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!