Selesai mata kuliah terakhir , Merlisa , Anggi , dan Natan keluar dalam kelas beriringan berjalan menuju area parkir sambil bercengkrama , sesekali terdengar canda tawa di antara mereka.
"Ca bukannya itu kak Dimas?" tanya Natan yang menunjuk dengan jarinya, melihat dari ke jauhan seorang pria yang berdiri di depan mobil.
"Iya Ca, itu kak Dimas." Timpal Anggi.
Merlisa menoleh ke arah jari yang di tunjuk oleh Natan.
Mau apa dia ke sini, mungkin ada keperluan di sini. Batin Merlisa.
"Ya udah yuk biarin aja, mungkin lagi ada keperluan dia ada di sini." Ucap Merlisa.
Dan ketiganya berjalan ingin melewati Dimas tanpa ada niat ingin menyapanya.
"Ca aku ada perlu sama kamu." Ucap Dimas yang menggenggam tangan Merlisa.
Merlisa menatap ke dua temannya meminta pendapat dari mereka, dan yang di angguki ke duanya.
"Ya udah Ca kita duluan ya." Ucap Natan sambil menepuk bahu Merlisa.
Natan berjalan memasuki mobilnya dan di ikuti Anggi.
"Emang ada perlu apa kak?" tanya Merlisa.
"Kita ngobrol di tempat biasa aja ya Ca, agar lebih enak." Ucap Dimas yang di angguki Merlisa.
Keduanya masuk ke dalam mobil yang meninggalkan area parkir kampus.
Di kafe yang biasa tempat favorit Merlisa dan Dimas bertemu. Keduanya duduk berhadapan di meja bagian pojok sebelah kanan yang menghadap jendela.
"Ada apa kak, apa ada yang perlu di bicarakan?" tanya Merlisa to the poin karena merasa risih harus berduaan dengan calon kakak iparnya sendiri.
"Santai dulu Ca, kita juga belum pesan apa apa kan. Kita makan dulu ya baru kita bicara." Ujar Dimas yang di angguki Merlisa.
Sesaat makanan datang yang sudah telah di pesan oleh Dimas. Keduanya makan dengan hening tanpa ada pembicaraan.
"Eekkhhmm... Aku sudah selesai kak. Sebenernya ada perlu apa sama aku?" tanya Merlisa lagi saat makanan di hadapannya telah habis, ia enggan berlama lama dengan Dimas.
"Ca, jujur aku masih sangat mencintai mu, aku sudah berusaha untuk menerima ke beradaan Indri namun rasanya sangat sulit." Ujar Dimas menggenggam tangan Merlisa.
"Terus sekarang apa mau kakak?" tanya Merlisa mencoba melepaskan genggaman tangan dari Dimas.
"Menikah lah bersama ku Ca, mungkin ini terdengar gila tapi aku tidak bisa terus bersama Indri."
"Memang kamu sungguh gila kak, kamu sadar apa yang kamu katakan tadi, hah! banyak orang yang akan tersakiti. Kamu pikir aku akan bahagia melihat kak Indri yang kecewa, dia begitu mencintai mu kak.
Kamu jangan menjilat ludah yang telah kau buang." Tegas Merlisa.
"Awalnya aku kira, aku bisa melupakan mu Ca tapi aku tidak bisa, bahkan aku sangat terkejut saat aku tau kamu akan menjadi adik ipar ku."
"Sudah lah kak, sebelumnya kakak yang telah memilih ke putusan ini kan. Jadi berusaha lebih keras lagi untuk mencintai kak Indri, dia wanita yang baik kak, jadi jangan kamu pernah kecewa kan dia." Ucap Merlisa.
"Tapi Ca... "ucap Dimas menggantung yang sudah di potong oleh Merlisa.
"Lupakan semuanya kak, sekarang kita gak ada hubungan apa apa lagi. Bahagia lah bersama kak Indri, maka aku juga akan bahagia." Senyum Merlisa sambil menggenggam tangan Dimas.
"Baik lah Ca, kalau itu ke inginan mu. Aku akan berusaha, demi kamu Ca." Sahut Dimas.
Merlisa hanya tersenyum kecut.
Gue harus kuat buat hadapi semuanya, gue harus terbiasa. Ayo Merlisa semangat. Batin Merlisa menyemangati diri sendiri.
*********
Di MAHESA COMPANY, papa Hendra sedang di disibukan dengan setumpuk laporan yang perlu ia tanda tangani.
Tok... Tok... Tok... Suara pintu di ketuk dari luar.
"Masuk." Ucap Hendra.
"Maaf pak, di luar ada pak Fandi Sebastian dari perusahaan SB GRUP ingin bertemu dengan bapak." Sahut seketaris Hendra.
Ada apa pak Fandi datang ke sini, seorang pemilik perusahaan besar mau memeluangkan waktu datang ke sini. Apa ada masalah tentang saham yang ia tanam di perusahan. Batin Hendra.
"Persilakan masuk."
"Baik pak"
Fandi pun masuk ke dalam ruangan Hendra yang di sambut begitu hangat dengan Hendra.
"Selamat sore pak Fandi." Ucap Hendra sambil mengulurkan tangan.
"Selamat sore juga pak Hendra." Sahut Fandi membalas uluran tangannya. Keduanya duduk di sofa yang berada di ruangan tersebut.
"Ada apa pak Fandi mau memeluangkan waktu bapak datang ke sini, apa ada masalah?" tanya Hendra.
Fandi hanya tersenyum sambil menyeruput kopi yang sebelumnya sudah di sediakan di meja.
"Pak Hendra santai saja jangan tegang seperti itu, ke datangan saya ke sini untuk meminang anak pak Hendra untuk putra saya." Ujar Fandi to the point.
"Maaf pak sebelumnya, anak gadis saya sudah bertunangan satu minggu yang lalu." Ujar Hendra.
"Hahaha pak Hendra, bukan putri bapak yang itu tapi putri bapak yang satunya." Sahut Fandi dengan tawanya.
Hendra yang tidak mengerti maksud dari Fandi hanya menaikan sebelah alisnya.
"Maksud saya putri pak Hendra, Merlisa.
Bukan kah Merlisa juga putri anda juga, meski ke beradaannya tak di anggap." Ucap Fandi tersenyum menyeringai.
Apa kelebihan gadis itu, sehinga seorang Fandi Sebastian, mau meminang nya untuk putra nya itu. Batin Hendra
"Anda tidak usah bertanya tanya kenapa saya ingin meminang putri yang tidak pernah anda anggap itu, tapi anda perlu tau pak Hendra, gadis itu seperti bongkahan berlian yang berada di antara bebatuan, walau terlihat sama tapi berbeda nilainya." Ujar Fandi
Hendra yang mendengar perkataan Fandi tersontak kaget, seakan ia tau yang ia pikirkan.
"Ba... baik pak, saya menerima pinangan bapak. Sungguh sebuah kehormatan untuk saya bisa berbesan dengan bapak."
"Bagus lah kalau begitu pak, pasti istri saya akan bahagia mendengar berita ini. Saya akan mengumumkan semuanya saat ulang tahun pernikahan saya. Dan saya permisi dulu." Ucap Fandi beranjak dari tempat duduknya, melangkahkan kakinya keluar dari ruangan tersebut.
aku harus menyingkirkan Andri sementara waktu, karena jika Andri masih ada di samping gadis itu, dia akan berusaha menggagalkan semuanya. Gumam Hendra.
bersambung...
Author selalu menungu vote,rate,like dan komennya ya 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
♡👿 [V]aM|P!R} 👿♡
ini bapak nya apa bukan sih..
tega bget sama si bungsu
2021-11-28
0
Shin Gao
melisa beda ibu ama andri dan indri mungkin.
2021-05-01
0
Amaira Ramadhani
jangan2 melisa bkn anak kandungx
2021-04-14
0