Waktu sudah menunjukan jam tujuh lewat empat puluh lima menit, Merlisa baru sampai di rumahnya. Dengan segera Merlisa masuk ia membuka pintu rumah di lihatnya rumahnya begitu sepi tidak ada orang satu pun.
"Pada kemana yang lain,ko sepi." Gumam Merlisa melangkahkan kaki menuju kamarnya.
Setelah masuk kamar Merlisa segera membersihkan badannya yang terasa lengket karena keringat, lima belas menit Merlisa selesai dengan ritual mandinya segara Merlisa memakai pakaianya. Ia menuju dapur berharap ada makanan yang dapat ia temui karena perutnya begitu lapar, melihat masih ada makanan di meja makan dengan segera Merlisa melahapnya. Usai makan Merlisa menuju ruang keluarga berharap ada seseorang yang dapat ia temui, Merlisa tersenyum saat melihat kakak laki - lakinya yang tengah asyik menonton televisi, Andri pun membalas senyuman dari sang adik.
"Sini dek, kamu baru pulang ya?" tanya Andri sambil menepuk nepuk sofa yang berada di sampingnya.
"Iya ka." Merlisa segera mendudukan badannya di samping sang kakak.
"Wajah kamu kenapa dek ko agak biru gitu?" tanya Andri begitu khawatir kepada Merlisa yang di ujung bibirnya agak lebam.
"Oohh ini, aku abis nolongin ibu - ibu yang di gangguin 2 orang preman kak." Ujar Merlisa.
"Ya ampun dek, ko sampe biru - biru gitu." Ucap Andri sambil mengelus bibir Merlisa yang lebam.
"Aahh kakak aku gak kenapa - napa ko, cuma luka gini doang mah kecil." Senyum Merlisa menyeringai.
"Gak kenapa - napa gimana muka kamu biru - biru gitu, lain kali kalau mau tolong orang lain harus mikirin diri kamu sendiri dek, bagaimana kalau 2 preman itu bawa senjata,huh." Ujar Andri kesal.
"Kak aku gak kenapa - napa ko, kalau aku gak tolong ibu - ibu itu siapa yang mau tolong dia, saat itu gk ada orang selain aku kak. Aku melihat ibu itu aku seperti melihat mama kak, gimana kalau mama berada di posisi seperti ibu itu. Emang kakak lupa ya adik mu ini pemegang sabuk hitam." Senyum Merlisa membagakan dirinya.
"Iya iya emang hebat adik kakak yang satu ini, tapi ingat harus bisa jaga diri juga." Ucap Andri mengacak acak rambut adiknya.
"Siap bos ." Ucap Merisa sambil menidurkan kepalanya di pangkuan Andri, dan Andri mengelus lembut rambut adiknya.
"Sungguh begitu mulia hati mu dek, kakak begitu bangga mempunyai adik seperti mu." Batin Andri.
"Ooh iya kak, kak Indri kemana ko gak keliatan si?" Tanya Merlisa.
"Ada dek, dia di kamar katanya cape. Habis makan malam tadi ia langsung pamit untuk istirahat." Jawab Andri.
"Oohh." Merlisa sambil manggut - manggut mengerti.
"Hhuuhh hari ini aku begitu lelah kak, tetep seperti ini ya, aku merasa nyaman di posisi ini." Ucap Merlisa masih berbaring dengan kepala di atas paha Andri.
Memang kebiasaan Merisa jika sedang gundah atau resah, Merlisa lebih sering bermanja - manja dengan mama dan kak Andri yang di lakukan pada saat ini. Andri terus mengelus puncak kepala adiknya yang tidur terlelap diatas pangkuanya.
"Kakak tau dek, kamu tidak baik - baik saja saat ini. Kakak dapat merasakan kesedihan di mata mu dek." Batin Andri.
Dengan perlahan Andri merebahkan kepala Merlisa di atas sofa agar memudahkan Andri menggendong Merlisa menuju kamar, ia letakan badan Merlisa perlahan di atas tempat tidur dan mengecup kening sang adik sebelum ia pergi meninggalkan nya.
**********
DI KEDIAMAN SEBASTIAN
"Mama habis dari mana aja ko baru pulang?" tanya Fandi selidik, saat melihat kedatangan istrinya Wina yang baru masuk dalam rumah. Wina tersenyum kepada suaminya yang tengah duduk di sofa menatapnya.
Wina segera menghampiri suaminya dan duduk di sofa tepat samping suaminya.
"Mama tadi abis dari mall pah, dan hampir saja mama gk pulang malam ini pah." Ujar Wina, Fandi yang mendengar perkataan Istri nya hanya mengerutkan dahinya tidak mengerti.
Dan Wina menceritakan kepada Fandi yang telah dia alami sore tadi hingga bertemu dengan Merlisa, Fandi begitu terkejut dengan cerita yang sudah di alami istrinya.
"Kalau begitu kita berhutang budi kepada gadis itu mah." Ujar Fandi.
"Iya pah, mama begitu menyukai gadis itu pah, jarang sekali ada gadis yang rela mempertaruhkan nyawanya demi orang lain. Mama sangat tertarik dengan gadis itu pah." Ujar Wina.
"Mama yakin gadis itu tulus menolong mama tanpa punya niat tertentu?" tanya Fandi.
"Sangat yakin pah, filing mama gak mungkin salah. Mama ingin gadis itu menjadi menantu kita." Jawab Wina.
"Itu si maunya mama, tapi belum tentu dengan anak mu mah." Ucap Fandi.
"Itu si urusan mama, papa hanya tinggal dukung mama saja, mama tidak suka Arga berhubungan dengan wanita itu. Mama yakin pilihan mama yang terbaik untuk Arga pah." Ucap Wina panjang lebar.
"Baik lah papa dukung ke putusan mama, mama lebih tau mana yang terbaik untuk Arga."
Wina pun tersenyum lebar,membayangkan Merlisa menjadi menantunya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
♡👿 [V]aM|P!R} 👿♡
hadir thour dr jawa timur 😉
2021-11-27
0
Princess Shalala
horee
2020-12-22
1
Semangat up kaka thor... aku mampir bw like and rate 5
Ditunggu feedback dan dukungannya dikaryaku "MEJIKU " thankyu.. ✌✌❤
2020-08-16
4