Hari sudah berganti, akan tetapi Liena belum juga membuka matanya. Alix Sue terlihat begitu cemas saat melihat Keponakannya tengah berbaring tanpa bisa membuka matanya, semua itu tak jauh dari Rong Bai yang sama sama Merasa Khawatir Akan Liena.
"Sudah berganti hari tapi dia belum Bangun". Gumam Alix Sue.
"Salam Yang mulia, salam Tuan Muda". Sapa tabib Guang yang kini datang untuk memeriksa keadaan Liena.
"Tolong Tabib Guang, Liena belum juga membuka matanya. Dan obat yang kau berikan belum bisa masuk ke dalam tubuhnya. Aku sangat Khawatir". Alix Sue yang begitu cemas.
" Kalian bisa keluar dulu, aku akan memeriksanya". Ucap Tabib Guang dengan serius.
Setelah Alix Sue dan Rong Bai keluar, Tabib Guang pun segera memeriksa Liena dan memberikan beberapa Akupuntur kepadanya .
Alix Sue terlihat mondar mandir di depan kamar Liena sembari menggigit jarinya karena saking cemasnya dengan Liena.
Sedangkan Rong Bai terlihat duduk di kursi sembari memandang lurus ke depan sedikit melamun dan larut dalam pikirannya sendiri.
"Kenapa Lama Sekali". Gumam Alix Sue.
Tak lama kemudian Keluarlah Tabib Guang dengan Asistennya yang langsung di sambut oleh Alix Sue dan Ring Bai.
"Bagaimana keadaanya Tabib Guang?". Tanya Sang Paman.
"Nona Liena akan segera pulih secepatnya, dan sekarang dia sudah siuman Tuan Muda Alix. Ini resep baru yang harus di berikan kepada Nona Muda". Ucap Tabib sembari menyerahkan resep obat kepada Alix Sue .
"Terimakasih Tabib Guang".
Tabib Guang pun segera berlalu dan pergi dari kediaman Alix Sue untuk kembali bekerja di kekaisaran.
Di sebuah Rumah bambu di belakang Istana Kekaisaran, Terlihat seorang berjubah Hitam sedang menunggu seseorang. Terlihat cara dia berjalan kesana kemari terlihat seperti sedang khawatir.
"Salam Yang Mulia". Terlihat seorang pria berbaju hitam telah muncul dari balik semak.
"Katakan".Singkat orang itu yang terdengar seperti suara wanita Paruh baya.
"Saya sudah berhasil melukai gadis itu Yang Mulia, kemungkinan akan sulit mengobatinya karena Racun itu sangat langka".
"Bagus, dan jangan lupa awasi Rong Bai. Aku ingin dia hancur secara perlahan, dengan cara menghancurkan orang terdekatnya". Ucap Perempuan itu dengan seringai menyeramkan.
Terlihat sedikit wajah perempuan itu yang ternyata begitu menakutkan karena terdapat luka gores di wajah hingga lehernya. Luka lama yang tidak bisa hilang menjadi sangat menakutkan.
"Dan berikan Ini kepada Pangeran Silas".
"Baik Yang Mulia". Pria itupun segera pergi dengan membawa kotak kayu yang di berikan wanita itu Untuk Pangeran Silas.
Pria berbaju Hitam Itupun segera memberikan Kotak Kayu itu kepada Pangeran Silas di Istananya masuk melalui jendela. Karena saat ini Pangeran Silas sedang di hukum untuk tidak keluar kediamannya.
"Salam Yang Mulia". Sapa Pria itu sambil menunduk.
"Bangunlah, ada apa? apa Nenek mempunyai sesuatu?". Tanya Pangeran Silas.
"Nenekmu menitipkan Ini Pangeran , Mohon di terima". Pria itupun menyodorkan kotak kayu itu ke Pangeran Silas.
"Kalai begitu saya pamit dulu Yang Mulia".
"Pergilah".
Ternyata orang yang berada di rumah bambu belakang istana adalah Bibi dari Pangeran Silas yang Bernama Yenny Yan Dia di hukum kaisar karena terlibat Pembunuhan Permaisuri pertama atau tepatnya ibu Rong Bai. Yenny Yan adalah Ibu suri kaisar atau tepatnya Selir dari mendiang kaisar terdahulu yang berhasil naik menjadi Permaisuri setelah Ibu Kaisar meninggal keracunan, semua persis dengan apa yang terjadi dengan Rong Bai.
Yenny Yan sangat memprioritaskan Pangeran Silas, dan berbanding terbalik jika itu menyangkut tentang Rong Bai.
Serangkaian rencana Licik selalu saja ia lancarkan untuk menjatuhkan Rong Bai dan membuat Silas naik Tahta, akan tetapi semua itu bisa terbaca dengan jelas oleh Rong Bai dan kaisar sendiri.
Bahkan Rencana Pemberontakan yang di rencanakan Ibu Suri dan Pangeran Silas pun sudah terbaca oleh Rong Bai, hanya saja ia berpura pura tidak mengetahuinya , akan tetapi Ring Bai juga tidak tinggal diam. Dia diam diam menyiapkan pasukan kusus berjumlah besar yang sekarang sedang berbaur dengan masyarakat.
Pangeran Silas kemudian segera menuju kamarnya untuk melihat isi kotak kayu yang di berikan sang Nenek.
Perlahan Ia membukanya hingga terlihat sebuah token Hitam yang bertuliskan Zhu dengan manik manik yang indah.
Di bawah Token giok hitam itu terlihat sebuah surat , dan langsung di baca dengan seksama oleh Silas.
*Pergilah ke arah Timur Kota Nuamu, disana terdapat bala bantuan yang berada di bawah perintah keluarga Yan. Katakan Matahari Terbenam karena di telan bulan maka seluruh pasukan itu akan mengikuti perintahmu.
Yenny Yan*
Surat itu ternyata di tulis oleh Sang Nenek untuk Pangeran Silas. Setelah selesai membaca, disimpannya surat dan Token itu kedalam Cincin Spesialnya.
Ia kini larut dalam pikirannya, apakah rencana kali ini akan berjalan lancar. Atau apakah Rong Bai dan Sang Ayah sudah mengetahui rencana mereka.
"Salam Yang Mulia". Munculah Leon dari kegelapan , membuat Silas sedikit terkejut dan tidak senang melihat Leon mengganggu dirinya..
"Ada Apa?". Tanya Silas.
"Maaf Yang Mulia mengganggumu, Nona Liena kini sedang terluka Pangeran. Dan Tabib Guang bilang jika ia di serang di kediamannya dengan anak panah yang sudah di beri racun".
"Apa??!! Lalu bagaimana keadaannya sekarang?". Tanya Pangeran Silas.
"Untuk saat ini Nona Liena belum sadarkan diri, tapi semuanya baik baik saja. Tabib Guang berhasil membuang racunnya".
"Syukurlah, Awasi Liena jikalau ada yang ingin menyakiti lagi langsung habisi saja. Jangan sampai Permaisuriku terluka". Perintah Silas .
"Baik Yang Mulia".
Leon pun segera pergi dari Kamar Pangeran silas.
"Siapa yang berani melukai Wanitaku?".Gumam Pangeran Silas .
"Yahhh jika aku tidak di hukum, aku pasti akan menemui mu Madu". Sambungnya lagi sembari memasang wajah sendunya.
.....
Hari demi Hari keadaan Liena semakin membaik, Alix Sue selalu dengan telaten membuatkan obat untuk Liena. Sedangkan Rong Bai dengan setia menunggu Liena di samping tanpa meninggalkan Kamar gadis itu.
"Rong Bai,". Panggil Liena.
"Iya".
"Terimakasih".
"Untuk?".
"Kau sudah bersedia merawatku, Maaf merepotkan mu". Ucap Liena Tulus.
"Tak apa, ini balas budiku untukmu. Tidak perlu sungkan". Ucap Rong Bai dengan senyum tipisnya yang juga tak kalah tulus.
Mereka berdua saling berbincang untuk membuat Liena segera cepat sembuh.
Kedekatan mereka kini menyebar di dalam mansion tetapi tidak ada yang berani mengumbar rumor keluar kediaman karena ancaman dari Alix Sue dan Rong Bai pastinya.
"ehemm..".Terdengar suara dehaman dari luar yang ternyata Alix Sue yang sudah sedari tadi memperhatikan Mereka berdua dari balik pintu.
"Paman, masuklahh". Ucap Liena.
"Tidak perlu, aku hanya akan memberimu tahu. Jika kita tinggal tiga hari di Negara Gu ini. Setelah kau benar benar sembuh, kita harus segera kembali".
"Baiklah". Ucap Liena dengan nada lesu, ada rasa kecewa di dalam hatinya ketika dia akan kembali ke Negaranya.
Tanpa sengaja Liena melihat paras tampan Rong Bai di depannya yang sedang mengupaskan jeruk untuknya.
"Apa Mungkin Aku menyukaimu Rong Bai? Hufhh tapi perjodohan itu aku belum bisa membatalkannya. Haruskah aku meminta Ayah untuk menjodohkanku denganmu?". Gumam Liena di dalam Hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments