Setelah makan malam, mereka semua segera beristirahat untuk mengisi tenaga mereka.
Beberapa Prajurit telah selesai mendirikan tenda darurat sehingga Pangeran Rong Bai bisa beristirahat dengan tenang.
"Hanya satu tenda untuk tidur?". Tanya Liena.
"Ya Kau benar".
"Lalu Aku?".
"Kau tidur denganku". Jawab Singkat Rong Bai yang berhasil membuat Liena melotot karena terkejut.
"Ahh tidak tidak, aku akan tidur di gerbong saja". Belum sempat Liena pergi, Rong Bai menarik tangannya untuk memasuki Tenda. Karena tarikan yang kuat, Liena berhasil menabrak dada bidang Pangeran tampan itu.
"Kau harus tidur denganku, Ini perintah!". Tegas Pangeran Rong Bai yang tidak bisa terbantahkan.
"Ck, kau pasti sengaja kan". Liena kemudian segera menuju Kursi panjang dan segera merebahkan tubuhnya tanpa memperdulikan Rong Bai yang masih diam mematung.
Rong Bai pun menyusul Liena yang sudah terlelap, ia memberikan selimut hangat untuk menyelimuti Liena. Sedangkan dia segera tertidur di ranjang darurat yang telah disediakan.
Hari menjelang pagi, dan para rombongan sudah bersiap mengemas tenda dan barang barang lainya. Begitupun Liena Sue dan Rong Bai yang sudah kembali berada di gerbong, mereka tidak mau menunda terlalu lama jadi mereka berangkat saat matahari belum memunculkan diri.
Hari berganti hari, sesekali mereka berhenti untuk beristirahat sejenak tetapi setelah itu mereka melanjutkan perjalanan tanpa berhenti.
Mereka melewati beberapa desa dan Kota kecil, mereka hanya berhenti sekedar membeli pasok makanan tetapi tidak tinggal cukup lama karena mereka mengejar waktu.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua minggu, akhirnya Rombongan Pangeran Bupati berhasil sampai di Kota Du. Dengan semangatnya mereka segera memasuki Gerbang kota dan segera mencari restoran terdekat untuk makan siang dan mencari penginapan karena Hutan kematian tepat berada di belakang Kota Du.
"Ini, masing masing Dua tael perak, kalian carilah penginapan terdekat dan kalian tidak perlu mengikutiku ke hutan kematian". Ucap Rong Bai sembari memberikan dua tael perak kepada pelayan dan prajurit bawaannya.
"Mark, kau tetap denganku".
"Baik Yang Mulia".
"Hei kau, apakah kalian akan berdiri di sana tanpa memesan apapun?". Tanya Liena Sue yang sudah duduk di meja makan menunggu Rong Bai dan bawahannya selesai dengan bosan.
Mark segera berjalan ke pelayan dan memesan beberapa makanan untuk mereka bertiga, setelah selesai Mark pun bergabung dengan Pangeran Bupati dan Liena.
"Kapan kita akan memasuki Hutan?". Tanya Liena sambil menyangga kepalanya, sesekali mengetuk ngetuk meja .
"Setelah matahari menghilang nanti". Jawab Rong Bai.
Tak Lama kemudian pesanan mereka akhirnya datang dan di tata rapi oleh pelayan .
Liena Yang sudah tak sabar segera mengambil mangkuk dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk di depannya. Melihat Isi dari mangkuk Liena , Mark pun terheran heran pasalnya dia seorang Nona Muda tetapi bisa memakan makanan yang begitu banyak.
Merasa diperhatikan Mark, Liena pun segera menghentikan makan sejenak untuk menoleh kearah Mark.
"Kenapa? Bukankah kita sudah hampir dua minggu tidak memakan makanan yang benar? Ini termasuk porsi sedikit bagiku". Ucap Liena tanpa rasa malu.
Mark pun meneguk silvianya saat mendengar bahwa itu adalah porsi kecil, bahkan jika di berikan kepada Mark itu bisa berubah menjadi dua kali lipat rasanya.
Rong Bai pun juga tak kalah banyaknya mengambil semua yang ada di meja, Mark pun semakin terheran heran melihat kedua orang di depannya seperti akan lomba makan besar saja.
"Yang Mulia, apa kau yakin akan habis?". Tanya Mark Ragu.
"Kenapa tidak? Nona Liena benar kan , kita di perjalanan hanya makan seadanya saja dan ini kesempatan kita mengisi perut hingga penuh". Jawab Rong Bai dengan entengnya .
Mark pun tersenyum kikuk kemudian mulai mengisi mangkuknya dan memakannya , hanya saja tidak sebanyak mereka berdua.
Setelah selesai makan siang, mereka segera membayar dan pergi mencari penginapan untuk mereka beristirahat.
"Nona, beri kami Dua kamar". Ucap Mark.
"Baik Tuan, ini Kuncinya". Pelayan itu segera memberikan Dua kunci kamar kepada Mark.
"Ini Yang Mulia". Ucap Mark memberikan kunci kepada Rong Bai.
"Kenapa hanya Dua kamar?". Protes Liena Sue.
"Bukankah kau pelayanku, jadi untuk apa memesan dua kamar?". Tanya Rong Bai kemudian meninggalkan Liena sendiri .
"Jika kau tidak mengikutiku, maka kau tidak akan bisa beristirahat". Ucap Rong Bai yang sudah menaiki tangga penginapan.
"Ishhh , baiklah tunggu". Liena segera mengejar Rong Bai yang sudah berjalan terlebih dahulu.
Rong Bai pun segera membuka Pintu kamar dan memasukinya diikuti Liena di belakangnya.
"Hmm Cukup Luas, eh ada dua ranjang ternyata". ucap Liena.
"Kau benar, sekarang istirahatlah. Nanti setelah petang kita akan memasuki Hutan". Ucap Rong Bai yang kemudian merebahkan badannya di Ranjangnya.
Begitupun Liena yang juga segera beristirahat sejenak. Tak terasa mata Liena semakin berat dan akhirnya tertidur dengan posisi miring menghadap ranjang Sang Pangeran Bupati.
Pangeran Bupati yang sebenarnya belum tertidur kini memposisikan dirinya juga menghadap ke arah Liena yang sudah tertidur pulas.
Dengan Mata Hitam yang jernih, Rong Bai memperhatikan Liena Yang sedang tertidur sambil tersenyum. Hingga akhirnya ia pun ikut terlelap setelah ouas memandangi wajah cantik Liena.
Malam pun tiba, Liena dan Rong Bai segera bersiap untuk memasuki Hutan Kematian yang kini Mark sudah menunggu mereka di Luar penginapan.
"Salam Yang Mulia". Ucap Mark.
"Mari kita segera berangkat". Singkat Rong Bai .
Mereka bertiga menyusuri jalan setapak dengan awal penerangan dari obor, mungkin banyak warga yang sering memasuki Hutan . Akan tetapi Obor tersebut hanya mencapai beberapa meter saja menandakan orang orang itu hanya berani memasuki di batas itu saja.
"Pelit sekali, Obornya hanya sampai sini". Gumam Liena yang kemudian menjentikkan jarinya hingga keluar api berwarna Biru yang menandakan ia di Tahap Roh Bumi tingkat tiga , walaupun sebenarnya Liena Berada di Tahap Roh Dewa tingkat Lima karena memang sengaja ia menyembunyikan sebagian kekuatannya.
"Itu Karena Warga hanya berani sampai di titik ini Nona". Jawab Mark.
"Apa ada bahaya tersembunyi jika kita lebih dalam memasuki Hutan?". Tanya Liena Sue.
"Kudengar dari Rumor, memang semakin kita masuk kedalam Hutan maka kita akan menemukan berbagai Hewan Spiritual dengan tingkat berbeda Nona. Dan jika kita butuh Spirit Stone Merah kita harus membunuh setidaknya Binatang Spiritual di Tahap Roh Langit dan itu sangat jarang di temukan". Jelas Mark kepada Liena, sedangkan Rong Bai hanya terdiam mendengarkan mereka berbincang .
"Binatang dalam Tahap Roh Langit itu berarti sama saja Jika Manusia sudah mencapai Tahap Roh Dewa kan? Berbeda Satu tahap". Ucap Liena sembari mengetuk dahinya..
"Kau benar Nona, Jadi Kita Harus berhati hati".
"Di depan ada batu besar yang rata, bagaimana kita beristirahat sejenak di batu itu?". Tanya Liena sembari menunjuk batu besar tak jauh dari mereka .
"Ide yang bagus Nona, Mari Yang Mulia kita beristirahat dahulu". Ajak Mark kepada Pangeran Bupati .
Setelah sampai di batu besar yang atasnya rata itu, mereka segera melompat ke atasnya dan beristirahat sejenak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 153 Episodes
Comments