Jika Kania yang sesungguhnya pasti ia akan mengatakan kalau ia tidak menyukai Syamsul karena yang Kania cintai adalah Alex. Tapi, jika Siti mungkin gadis itu akan malu mengatakan kalau ia mencintai Syamsul.
Lantas, kenapa saat ini Kania hanya diam dalam kebisuan? Apakah Kania meragu dan tidak paham bagaimana perasaannya saat ini.
"Sayang, Bundo tahu arti diammu, Nak," ujar bundo dengan senyum menawan.
Dalam adat Minangkabau, gadis Minang sangat pemalu, sangat sulit mengungkapkan isi hatinya, dan diamnya pertanda benar atau setuju. Diamnya juga pertanda ia salah. Namun, jika seorang gadis Minang berbicara itu artinya pembelaan untuknya.
"Sayang, yuk masuk, sebentar lagi magrib."
Bundo paham dengan apa yang dirasakan oleh putri cantiknya, beliau memilih tidak bertanya lagi dan membawa putrinya menuju rumah dengan senyum dan rona kebahagiaan yang terpancar di wajah beliau.
Sementara Kania, ia masih pusing dengan dirinya sendiri, ia menjadi Kania dan Siti dalam satu waktu, hingga ia tidak paham bagaimana hatinya saat ini.
"Bundo, Abak mana?" tanya Kania lembut sembari menatap bundo.
"Abak ke surau, Nak," jelas bundo.
Ada rasa aneh di hati bundo dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh putrinya. Biasanya Siti juga sudah tahu kegiatan abaknya, sebagai seorang lelaki Minangkabau, beliau akan ke surau sebelum magrib dan akan pulang ke rumah setelah isya. Namun, bundo memilih untuk tidak menanyakan itu kepada putrinya, karena yang terpenting bagi beliau sekarang adalah kebahagiaan putrinya.
Sementara Kania, gadis cantik itu telihat sangat bahagia. Ia merasa kehidupannya di sini sangat tenang dan damai, ia seolah menjadi Kania yang tidak memiliki masalah apa-apa. Ia mendapatkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua orang tuanya yang lengkap, seperti harapan dan keinginan Kania sejak lama. Disini Kania belajar agama dan adat istiadat yang selama ini tidak pernah di pelajarinya, mulai dari salat tepat waktu sampai sopan santun dalam kehidupan sehari-hari yang tidak ia ketahui sebelumnya. Bahkan, disini juga ada Syamsul, lelaki yang mirip dengan Alex, lelaki yang juga sangat mencintai Kania dan menyayanginya dengan sangat tulus. Lelaki yang akan membela Kania dan melakukan apa saja untuknya. Lelaki yang menjadikan Kania seorang ratu di dalam hidupnya. Ya, walaupun disini ada Datuak Maringgih, lelaki yang memaksa Kania menikah dengannya untuk membayar seluruh hutang-hutang keluarganya, persis sama dengan om Galih yang ingin menikahinya, tapi disini kedua orang tua Kania akan melakukan apa saja dan mencari cara terbaik untuk membebaskan putri kesayangannya dari si tua bangka itu. Sangat jauh berbeda dengan papanya, yang rela menjualnya hanya untuk memuaskan dunianya.
'Apa aku tinggal disini saja dan menjadi Siti?' ujar Kania di dalam hati.
Hati Kania mulai membisikkan suara hatinya. Namun, ada keraguan di hati Kania, ia memikirkan papa yang sendirian dan kesepian, papanya pasti akan menangis di tempat sepi agar tidak ada orang lain yang melihat berapa sakit dan hancurnya ia. Ya, Kania sangat mengenal papanya, walaupun terlihat kuat namun sebeenarnya lemah, karena ia mewarisi sifat papanya.
"Nak, bantu Bundo untuk menyiapkan makan malam, sebentar lagi Abak pulang, Nak!" pinta bundo lembur di sela-sela membereskan peralatan salat.
"Baik, Bundo," jawab Kania ramah dan sangat sopan.
Kania akhirnya bisa merasakan makan malam bersama keluarganya yang lengkap, impian yang selama ini sangat sulit jadi kenyataan karena selama ini papanya hanya sibuk dengan pekerjaan dan tidak punya banyak waktu lagi untuknya dan itu terjadi sejak mamanya meninggal.
"Bundo, terima kasih banyak karena telah menjadi ibu Siti."
Kania memeluk bundo dari belakang dan mengungkapkan perasaannya, betapa ia sangat senang menjadi anak bundo, wanita yang memiliki perhatian dan rasa sayang yang sama dengan mamanya yang telah tiada.
"Harusnya Bundo yang berterima kasih karena Siti telah menjadi anak Bundo," ungkap bundo sembari membelai lembut rambut putri kesayangannya itu.
Berbakti kepada kedua orang tuanya sekarang adalah salah satu impian Kania, semua itu ia lakukan untuk menebus semua kesalahan dan dosa yang telah ia lakukan kepada mama dan papanya dulu, karena menjadi anak yang keras kepala dan bandel.
'Kalau pun aku akan kembali menjadi Kania, setidaknya sekarang aku harus belajar dulu menjadi anak yang baik," batin Kania.
Kania membantu bundo menyiapkan makam malam keluarga, kemudian makan bersama-sama dengan abak dan bundo di lantai yang beralaskan tikar dengan lauk pauk hasil dari pancingan abak.
Nikmat!
Sungguh, walaupun dengan kesederhanaan, Kania merasakan kalau hidupnya benar-benar sangat indah dan sempurna dengan adanya kedua orang tua yang menyayanginya, bahkan perasaannya merasa sangat tenang dan damai sekali seolah tidak ada beban sama sekali.
"Bundo, enak sekali gulai lele buatan Bundo," puji Kania sembari memberikan dua jempolnya kepada bundo.
Bundo merasa sangat senang karena putri kesayangannya setiap hari selalu memiji masakan yang beliau buat. Bahkan semua makanan disantap dengan lahap tanpa bersisa oleh anak dan suami beliau.
"Bundo, kapan Siti diajarkan memasak?" ujar Kania dengan rengekan manjanya.
"Masyaallah, Bundo, anak kita sepertinya sudah siap menjadi istri, dia sudah ingin belajar memasak. Biasanya ia rela melakukan apa saja asal jangan disuruh belajar memasak," ujar abak sembari tersenyum bahagia melihat putri kesayangannya ingin belajar memasak.
"Abak, bukan seperti itu. Siti hanya ingin belajar memasak, biar bisa memasakkan makanan seenak ini untuk Bundo dan Abak," sela Kania dengan wajah yang tiba-tiba memerah.
Ya, baik Kania maupun Siti, memasak bukanlah keahliannya. Namun, selama berada disini, Kania ingin belajar memasak agar nanti ia bisa memasakkan makanan enak kesukaan papanya.
"Sayang, kalau Siti ingin belajar memasak maka datng saja ke dapur setiap Bundo akan memasak karena masak itu sangat mudah. Kita hanya akan bisa ketika kita melihat dan mempraktekkannya, Nak," jelas bundo sembari tersenyum kepada Kania.
Rasanya Kania benar-benar merasa sangat senang, semua impiannya menjadi kenyataan. Dulu ia sangat ingin diajarkan memasak oleh mamanya, akan tetapi mamanya adalah wanita yang sangat lemah, beliau sering sakit-sakitan sehingga beliau tidak bisa melakukan hal-hal berat seperti yang orang lain lakukan pada umumnya.
"Sayang, sekarang kamu istirahatlah, sudah malam!" ujar bundo lembut.
"Baiklah, Bundo," ucap Kania terdengar ramah dan sopan.
Rumah gelap dengan penerangan yang dinamakan lampu togok (lampu yang bahan bakarnya minyak tanah) menjadi alat penerangan di zaman ini.
Kania yang takut akan gelap sebenarnya rada-rada takut untuk memasuki kamar dan tidur seorang diri di kamar itu, akan tetapi Keyla berusaha untuk menguatkan dirinya, ia harus kuat dan tidak boleh manja di sini, karena saat ini ia adalah Siti bukan Kania, jadi ia harus bisa bertahan di segala macam situasi dan kondisi.
Kania merasa sangat takjub, karena ternyata pada zaman dahu orang hidup dalam keterbatasan tapi mereka bahagia karena hati dan perasaan mereka merasa tentram dan damai. Tanpa ada beban pikiran yang membuat stres, karena mereka menjadikan sabar dan salat sebagai penolong bagi mereka, mereka bergantung kepada Allah seorang. Ya, cukup Allah sebagai penolong dan tidak ada kekuatan apapun kecuali kekuatan Allah.
"Nia, setelah ini loe harus berubah menjadi manusia yang lebih baik," ujar Kania dengan tekat yang sangat bulat.
"Eh, tunggu, sebenarnya aku sekarang Kania atau Siti? Lantas siapakah orang yang aku sukai? Alex ataw Syamsul?" ujar Kania sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments