"Bundo," ucap Kania panik.
Kania bergegas menyembunyikan ponselnya di balik bantal, ia tidak ingin bundo tahu ia menyimpan sesuatu yang tidak ada di zaman kuno ini.
Setelah merasa aman menyimpan benda pipih itu, Kania berpura-pura menutup matanya.
"Siti, kamu tidur, Nak?" tanya bundo ketika melihat Kania menutup matanya.
Secara perlahan Kania membuka matanya dan menatap bundo dengan wajah memelas dan muka bantalnya. Untuk urusan akting, Kania memang ahlinya, bahkan ketika di kelas ia sering berakting sakit agar bisa tidur di UKS.
"Iya, Bundo," ucap Kania sembari menguap.
"Nak, apa kamu kenal Syamsul?" tanya bundo.
Untuk sesaat Kania terdiam, ia tidak paham siapa yang bundo maksud. Namun, jiwa Siti memberi tahunya kalau Siti dan Syamsul memang memiliki kedekatan batin.
"Iya, Bunda, beliau adalah teman Siti," ujar Kania lembut dengan senyum tipis yang tergambar di pipi pucat Kania.
"Syamsul menitipkan ini, Nak."
Bundo memberikan sebuah amplop lusuh, namun terlihat sangat rapi kepada sang putri.
"Apa ini, Bundo?" tanya Kania penasaran.
Ya, baru kali ini Kania menerima sesuatu yang berbentuk amplop lusuh seperti itu dari seseorang yang mirip dengan kekasihnya.
"Itu terlihat seperti surat cinta, Nak," jelas bundo sembari tersenyum.
Dak ..., Dik ..., Duk ....
Jantung Kania berdetal sangat cepat ketika bundo mengatakan surat yang ia terima adalah surat cinta.
"Cieh ..., cieh ...," Bundo terlihat bahagia melihat putri kesayangannya tengah tersipu malu dengan wajah memerah di wajahnya.
"Bundo, Siti mau tidur?"
Rasa malu di diri Kania membuat ia salah tingkah dan menghindar dari bundo.
"Baiklah, Nak, istirahatlah! Semoga setelah membaca surat cinta dari Syamsul, kamu bisa kembali sehat, Nak!" ucap bundo sembari tersenyum geli melihat tingkah putri kesayangannya dengan wajah yang sangat merona.
"Bundo ...," rengek Kania.
Kania membaringkan kembali tubuhnya di ranjang dan memiringkan wajahnya menghadap dinding, ia ingin menyembunyikan wajahnya yang memerah dari bundo.
'Siti, sebahagia inikah hatimu ketika mendapatkan surat sederhana dari lelaki yang kamu sukai?' batin Kania.
Kania semakin penasaran dengan sosok Siti, wanita yang merupakan dirinya di masa lalu benar-benar terlihat menakjubkan dan sangat jauh berbeda dengan Kania yang sekarang.
Kania kemudian membuka amplop surat dari Syamsul itu dengan detak jantung yang berdetak tidak karuan.
S E N A N G !
B A H A G I A !
Bercampur menjadi satu dalam hati Kania.
Sengguh, dirinya adalah wanita yang sangat sederhana yang merasakan sejuta kebahagiaan dari hal-hal sederhana.
Teruntuk Siti, wanita cantik dambaan hati.
Senyum manis dan telihat indah selalu terpancar di wajah mu yang terlihat cantik.
Kamek manyalinok mode limbuyuik (cantik sekali seperti buah labu)
Sungguh mencuri hati Uda.
Siti cantik pujaan hati, maukah kamu menjadi makmumku? Ibu dari anak-anakku? Bundo kanduang di rumah gadang yang ku bangun?
Salam cinta dari Uda Syamsul Bahri.
Kata-kata singkat namun begitu padat digambarkan Syamsul dalam surat itu.
Kata-kata cinta yang sederhana namun membuat jantung Kania melayang-layang di udara.
Kata-kata cinta yang terlihat sederhana, namun membuat Kania merasa bahagia yang teramat sangat.
"Siti, kamu adalah gadis yang sangat beruntung, aku teramat sangat bangga kepadamu," puji Kania kepada dirinya sendiri sembari membelai-belai rambutnya sendiri.
Kania berbunga-bunga, wajahnya memerah seperti bunga mawar yang tengah mekar, ia tersenyum-senyum sendiri, hatinya terasa teramat sangat bahagia dan ia merasakan semua rasa cinta yang selama ini dirindukannya.
"Surat ini akan menjadi sejarah untukku, aku harus memotretnya," ujar Kania dengan senyum-senyum tipis yang tergambar dari wajah pucatnya.
Kania segera mengambil ponselnya dan memotret surat cinta yang diberikan oleh Syamsul kepadanya.
"Pengen update status dulu deh," ucap Kania bersemangat.
"Cinta punya cara sendiri untuk bahagia!" Itu adalah kata-kata yang Kania tulis di postingan Instagramnya.
"Ha, ada jaringan? Apakah ini nyata?" ujar Kania sembari menggoyang-goyangkan layar ponselnya.
Ajaib, aneh tapi nyata, setelah status Kania di upload, jaringan ponselnya kembali hilang.
"Bagaimana cara menghapusnya?" ucap Kania lagi.
Kania berusaha menghapus statusnya di media sosial, namun tidak bisa lagi karena jaringan telah kembali hilang.
"Aduh, Nia, apa-apan sih lo!" Kania memukul-mukul kepalanya dan menyalahkan dirinya sendiri.
Namun, otak Kania kembali berputar dan berfikir panjang, bagaimana mungkin ada jaringan ponsel di masa lampau seperti ini.
"Sadar, Nia, itu hanya halusinasi," ujar Kania untuk menenangkan dirinya sendiri.
Kania mencoba memikirkan kembali dan ia berpikir secara jernih, bahwa apa yang baru saja terjadi hanya ilusi.
Kania kembali memandang potret Alex yang sedang tersenyum sangat ceria di layar ponselnya. Potret yang selalu Keyla pandang ketika Kania sedih, potret yang menjadi penyemangat Kania dalam menjalani hidupnya setiap hari.
"Sayang, ada kamu juga di dunia ini, kamu bernama Syamsul dan kamu juga menyukaiku yang benama Siti disini. Sayang, aku tidak tahu bagaimana akhir dari kisah cinta kita di masa lalu, tapi aku akan membuat happy ending. Jadi, bersabarlah! Aku akan datang menemuimu, menjadi istri dan ibu dari anak-anak mu," ucap Kania sembari menatap wajah Alex yang sedang tersenyum di layar ponsel Kania.
Selang beberapa menit kemudian, Kania tertidur pulas dengan surat cinta di tangan kanannya dan ponsel di tangan kirinya.
***
POV MASA DEPAN
"Dokter, bagaimana keadaan kekasih saya?"
Suara bergetar lemah tergambar jelas di wajah Alex ketika dokter tengah memeriksa tubuh Kania yang seolah mati.
"Kita banyak berdoa saja, Dek!"
Hanya itu kata-kata terbaik yang keluar dari mulut dokter, dengan semangat dan kepasrahan terhadap sang pencipta atas semua yang terjadi.
"Tolong bantu, Kania, Dokter!" Isak tangis dengan sejuta air mata jatuh membasahi pipi Alex.
Alex menggenggam tanga dokter dan berharap dokter mambantu Kania sampai ia sadar dan sembuh.
"Saya akan melakukan yang terbaik, anda tolong bantu dengan doa," jawab sang dokter sembari menepuk-nepuk bahu Alex dengan lembut, untuk menenangkan lelaki itu.
Alex menarik nafas panjang beberapa kali, ia terus bersabar dan berdoa namun Tuhan masih belum memberikan kesadaran kepadanya.
"Kalau boleh tahu adek siapanya pasien?" tanya dokter ramah dan sopan.
"Saya adalah teman sekolah sekaligus kekasihnya," jelas Alex dengan raut wajah yang menanggung sejuta kesedihan.
"Di mana orang tua pasien? Saya perlu berbicara dengan orang tuanya dan ada beberapa administrasi yang harus di selesaikan," jelas sang dokter.
Alex terdiam dan merasa sangat panik, ia tidak tahu kemana akan mencari papanya Kania, karena lelaki itu telah menghilang sejak hari di mana Kania dan om Galih harusnya menikah.
"Kania, bangunlah, Sayang!"
Hanya itu kata-kata yang terus keluar dari lisan Alex, betapa ia sangat mengharapkan kesadaran dan kesembuhan kekasih hati yang sangat ia sayangi.
Alex kemudian berpikir untuk menghubungi papa Kania, namun alangkah terkejutnya Alex ketika melihat notif di sosial media kalau Kania tengah memperbaharui statusnya.
"Nia, Sayang, apa yang terjadi?"
Hati Alex saat ini tengah berkecamuk, ia tidak tahu bagaimana bisa Kania yang sedang terbaring lemah tak berdaya menggunakan sosial media dan itu terjadi baru saja, sekitar 2 menit yang lalu.
"Kania, Sayang, kamu dimana?" teriak Alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments