Bundo menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya menatap Kania yang saat ini menatapnya dengan wajah sendu dan penuh harap.
Bundo tidak tahu apa maksud putrinya, hanya saja permintaan Kania terdengar ganjal di telinganya.
"Kania? Apakah Kania temanmu itu, Nak? Kenapa dia ingin menjadi anak Bundo?" Bundo penasaran, wajah beliau menyimpan sejuta tanda tanya.
"Bukan, Bundo," jelas Kania.
Kania mencoba bangkit, ia duduk dari pembaringannya dan menyandarkan tubuhnya ke dinding. Ia terlihat ingin mengakui sesuatu kepada bundo tentang rahasia yang ia simpan, namun mulutnya terlihat kaku dan kelu untuk mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan tentang siapakah ia sebenarnya.
"Kenapa, Nak? Apa yang sebenarnya terjadi, ceritalah!" ucapan lembut yang keluar dari mulut bundo benar-benar terdengar menenangkan dan menyejukkan hati Kania.
"Bundo, tolong batalkanlah pernikahan Siti dengan Datuak Maringgih! Siti tidak ingin menikah dengan lelaki tua bangka itu, Bundo," ucap Kania mengungkapkan isi hati Siti.
Padahal Kania ingin mengatakan kalau ia bukan Siti melainkan Kania yang datang dari masa depan, namun lidahnya seperti tidak bisa dikendalikan. Ya, Siti sama seperti Kania di masa depan, Siti juga sepertinya tidak bisa menerima perjodohan dan cinta yang dipaksakan hanya perkara hutang yang belum dibayar.
"Nak, Bundo dan Abak juga tidak ingin kamu menikah dengan Datuak, tapi lelaki tua itu mengancam akan menghancurkan hidup kita semua jika kita tidak membayar hutang dalam tempo waktu yang ia tetapkan," jelas bundo.
"Bundo, berapa hutang kita kepada Datuak Maringgih? Mungkin saja kita bisa mencarikan solusi terbaiknya," usul Kania.
"Nak, tidak ada orang tua yang ingin menjual anaknya, tidak ada orang tua yang tega menyerahkan anaknya untuk rentenir seperti Datuak Maringgih. Tapi ..., tidak ada solusi apapun sekarang yang bisa Abak dan Bundo lakukan," jelas bundo dengan raut wajah sedih.
Bundo meneteskan air mata kesedihan, hati beliau hancur berkeping-keping dan berantakan.
Seperti yang bundo katakan tidak ada yang bisa beliau lakukan saat ini untuk membayar hutangnya kepada Datuak Maringgih. Tanah sawah yang Abak garap saat ini adalah tanahnya yang sudah di sita oleh Datuak Maringih. Abak harus bekerja disana agar bisa tetap tinggal di rumah yang Siti dan keluarganya tempati saat ini.
T E R J A J A H !
Keluarga Siti seperti terjajah oleh seseorang yang lebih tinggi dan lebih berkuasa dari pada keluarganya. Ditindas karena lemah, dijajah karena tidak punya.
"Berapa uang yang Abak pinjam kepada Datuak Maringgih, Bundo?"
Kania semakin penasaran berapa hutang yang harus dibayar dengan ia sebagai tumbalnya.
Ternyata dari zaman dahulu sampai sekarang, yang kaya tetap berkuasa dan yang miskin selalu tertindas.
Kania ingin sekali membantu kedua orang tua Siti agar bida terbebas dari hutang, namun apa yang akan dilakukannya di dunia yang tidak dikenalnya ini.
Kania tidak tahu bagaimana cara mencari pekerjaan disini dan Kania juga tidak paham melakukan pekerjaan apa disini.
"Abak meminjam yang dari Datuak Maringgih sebanyak seratus ribu rupiah, hal itu digunakan untuk biaya berobatmu ketika dirawat di rumah sakit selama hampir 1 bulan, sekalian untuk biaya makan kita sehari-hari karena selama kamu sakit, Abak dan Bundo tidak bisa bisa bekerja di sawah, hanya berada di rumah sakit secara bergantian untuk menjagamu, Nak," jelas bundo dengan mata berkaca-kaca.
Uang seratus ribu yang dipinjam kepada Datuak Maringgih, harus dibayar dengan sawah sebagai jaminannya dan Datuak Maringgih memberikan tempo waktu seminggu untuk melunasi seluruh hutang, jika tidak dibayar maka sawah yang akan disita. Selang seminggu kemudian, abak harus bekerja di sebagai pekerja Datuak Maringgih di sawah milik sendiri agar keluarga Siti tidak diusir dari rumahnya sendiri. Dan kini, puncak dari semua hutang itu, ketika hutang tidak bisa dilunaskan dalam waktu seminggu maka bundo dan abak harus rela menikahkan putri kesayangannya dengan lelaki tua bangka yang sudah bau tanah dengan jaminan seluruh hutang akan lunas dan seluruh aset akan dikembalikan.
D I L E M A !
Tentu saja hati kedua orang tua Siti dilema, tidak ada yang mau menyerahkan anaknya untuk dinikahkan secara paksa seperti itu apalagi kepada orang yang tidak pantas. Namun, apa yang harus dilakukan ketika keluarga tidak memiliki solusi apapun untuk membayar hutang kepada Datuak Maringgih.
"Bundo, berapa banyak seratus ribu itu?"
Kania penasaran berapa nilai seratus ribu di zaman dahulu.
"Bundo juga tidak tahu persis berapa nilainya yang jelas untuk membayar biaya rumah sakit selama sebulan saja masih kurang. Abak bahkan menjual seluruh hasil sawahnya untuk menambah biaya berobatmu dan untuk makan kita sehari-hari, Nak," jelas bundo.
Kania berpikir panjang, kalau biaya yang dikeluarkan sebanyak itu, mungkin saja nilainya milyaran di masa depan. Ya, hampir sama dengan hutang budi papa Kania kepada om Galih.
"Bundo, sebenarnya Siti sakit apa?" tanya Kania penasaran.
"Bundo juga tidak tahu Siti sakit apa, yang jelas Siti tidak sadarkan diri hampir sebulan setelah terkena demam tinggi. Kemaren Siti baru saja sadar dan Siti memaksa untuk pergi ke sawah mengantarkan nasi Abak," jelas bundo dengan raut wajah sedih dan khawatir.
"Jadi, aku kembali ke masa lalu untuk menyelesaikan semua yang belum selesai disini?' tebak Kania di dalam hati.
Satu jiwa tidak mungkin bisa hidup di dalam dua raga yang berbeda. Jadi, Kania berfikir panjang tentang kedatangannya kembali ke masa lalu pasti untuk menyelesaikan misi tertentu.
"Bundo, Siti akan membantu membayar hutang keluarga kita!" ucap Kania dengan keyakinan penuh dan semangat membara.
"Sayang, jangan, Nak! Abak dan Bundo sedang memikirkan cara untuk kita!" Larang bundo.
Bundo tidak setuju dengan keputusan Kania yang ingin menyerahkan diri kepada Datuak Maringgih.
"Bundo, Siti tidak akan menikah dengan Datuak Maringgih," ucap Kania tegas hingga membuat bundo merasa sangat heran dengan rencana putri kesayangannya.
"Maksudnya, Nak?" tanya bundo penasaran.
Kania berbisik di telinga bundo dan mengatakan rencananya untuk membayar hutang kepada Datuak Maringgih.
"Kamu yakin, Nak?" bundo meyakinkan putri kesayangannya.
"Yakin, Bundo!" jawab Kania dengan semangat empat lima.
"Sekarang kamu istirahatlah, Nak!"
Bundo membantu Kania kembali beristirahat di tempat tidurnya.
Bundo berjalan keluar dari kamar Siti dengan sejuta kekhawatiran yamg tergambar jelas di wajahnya.
'Ya, sebagai Siti gw tidak boleh lemah, gw harus membantu Bundo dan Abak untuk terlepas dari jeratan Datuak Maringgih,' ucap Kania di dalam hati.
Kania kembali teringat akan Alex, kekasih hati yang sangat dicintainya itu.
Kania mengeluarkan ponsel yang ia simpan di saku celananya, ia ingin melihat foto Alex di galeri ponselnya dan mengenang kembali masa-masa indahnya bersama dengan kekasih hati yang sangat dicintainya itu.
"Sayang, aku merindukanmu, tapi untuk saat ini mohon bersabarlah, aku akan kembali menjadi pribadi yang lebih baik dan datang kepadamu kembali," ucap Kania sembari memandang fotonya bersama Alex di ponsel.
"Siti ..., Siti ...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments