Kania menatap Syamsul dengan tatapan yang takjub dan jantung bergetar sangat hebat. Rasa yang tidak biasa yang dirasakan oleh Kania membuatnya ragu, apakah rasa ini dirasakan oleh dirinya sendiri atau perasaan Siti, wanita yang sangat dikagumi oleh Syamsul sudah sejak lama.
"Siti, apakah Uda boleh mengantarkan mu pulang ke rumah?"
'Uda? Bukankah itu artinya Syamsul memintaku memanggilnya Uda?' ucap Kania di dalam hati.
Jantung Kania emakin berdetak sangat hebat dan kencang ketika Syamsul meminta Kania memanggilnya Uda. Uda adalah panggilan yang diucapkan oleh seorang wanita Minangkabau kepada kakak laki-laki atau seseorang yang ia cintai, seperti panggilan, Oppa," di Korea.
"Halo, Siti, Siti!"
Syamsul menggoyang-goyangkan telapak tangannya di depan wajah Kania, hingga membuyarkan lamunan Kania.
"Boleh," jawab Kania dengan wajah tertunduk dan wajah yang tersipu malu.
Wajah Kania memerah dengan detak jantung yang bergetar tidak biasa.
Akhirnya dua insan yang sedang berbunga-bunga itu berjalan berdampingan dengan langkah kaki lambat menyusuri jalan. Kania dan Syamsul saling diam membisu, seolah hanya bahasa tubuhnya yang saling bicara betapa saat ini mereka berdua sedang berbunga-bunga dan hanyut dalam lautan cinta yang menggelora.
"Siti!"
"Uda!"
Kania dan Syamsul saling menyebut nama dengan serentak kemudian saling tersipu malu dengan wajah yang memerah dan jantung yang saling berdetak hebat.
"Siti duluan!"
"Uda duluan!"
Lagi-lagi Kania dan Syamsul berbicara serentak, hingga dua insan yang saling jatuh cinta itupun akhirnya tertunduk malu dengan wajah yang sama-sama memerah.
Kania sekarang bertingkah seperti Siti Nurbaya, wanita Minangkabau yang menjaga pandangannya.
"Siti saja duluan," ucap Syamsul yang akhirnya mengalah.
"Terima kasih banyak karena Uda telah membantu Siti," balas Kania dengan wajah memerah karena tersipu malu.
Kania merasa beruntung karena Syamsul datang menyelamatkannya di waktu yang tepat, kalau tidak ada Syamsul mungkin saja Kania akan dibawa ke tempat yang tidak ia kenal bersama lelaki brandal yang juga tidak ia kenal.
"Sama-sama, Siti," ujar Syamsul dengan senyum tipis sebagai ciri khasnya. Senyum manis dan terlihat sangat mempesona ketika dipandang mata.
Untuk beberapa saat, Kania dan Syamsul berjalan pelan dan berdampingan ditemani oleh cahaya senja yang terlihat sangat romantis dan manis. Hingga akhirnya sampailah mereka di depan rumah gadang, rumah orang tua Siti yang sebentar lagi akan di sita oleh datuak maringgih karena mereka belum bisa melunasi hutang-hutangnya.
"Akhirnya sampai," ucap Syamsul yang terlihat tidak ingin semua terlalu cepat.
"Siti, kamu dari mana saja, Nak?"
Bundo keluar dari rumah dan mengejar putri kesayangannya dengan sejuta kekhawatiran di wajah beliau, bahkan beliau sampai tidak melihat ada Syamsul di sana.
"Siti, Bundo minta tolong kamu untuk menghidangkan minuman, kenapa kamu malah menghilang, Sayang?" ucap bundo dengan nada suara panik dan takut.
Bundo memeriksa tubuh Kania dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan wajah yang terlihat panik.
"Bundo, tadi ada orang yang mencilik Siti, sepertinya lelaki itu adalah orang suruhannya Datuak Maringgih," ucap Syamsul menjelaskan kepada bundo yang tidak disadari kehadirannya.
Bundo menoleh ke sumber suara, beliau melihat sosok lelaki yang sangat dikenalnya itu.
"Nak Syamsul, kamu di sini?" tanya bundo heran.
"Iya, Bundo, tadi Uda Syamsul yang menyelamatkan Siti dan mengantarkan Siti sampai rumah," jelas Kania.
"Bundo, apa yang terjadi?"
Terdengar suara amak Aminah, orang tua Syamsul yang juga keluar dari rumah untuk menghampiri. Beliau tercengang karena ada putra kesayangannya di sana.
"Syamsul, kenapa kamu kesini? Bukannya Amak menyuruhmu di rumah saja dan bersabar," tanya amak Aminah yang kaget melihat putranya saat ini bersama Kania.
Dalam adat Minangkabau, tidak boleh seorang lelaki dan seorang perempuan berdua-duaan, kecuali untuk sesuatu yang penting dan sangat mendesak. Orang tua akan sangat malu, jika anaknya bertemu tanpa ada orang lain yang menemani.
"Amak, maafkan ambo (saya). Tadi ambo melihat Siti dalam bahaya, jadi ambo membantunya," jelas Syamsul.
"Apa yang terjadi, Nak?" tanya amak Aminah penasaran.
"Siti diculik oleh orang yang tidak dikenal, jadi ambo datang membantunya, Amak," jelas Syamsul dengan lembut dan sangat sopan. Terlihat sekali kalau Syamsul adalah lelaki yang sangat berbakti dan patuh terhadap orang tuanya.
"Siti tidak apa-apa, Nak?"
Amak Aminah mendekati Kania dan membelai lembut pipi Kania yang sangat cantik itu dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Kania merasakan ketulusan dan kebaikan hati dari amak Syamsul.
'Ya Allah, sebaik inikah orang-orang yang ada di kampung? Kenapa di duniaku, aku selalu bertemu dengan orang-orang munafik yang terlalu cinta dengan uang?' ucap Kania di dalam hati.
Perlahan air mata jatuh membasahi pipi Kania, ia menangis karena merasa terharu karena selalu diperlakukan baik oleh orang-orang yang bahkan tidak pernah ia kenal sebelumnya.
"Sayang, kenapa kamu menangis, apa Amak berkata salah?"
Amak Aminah merasa bersalah dan tidak enak hati ketika melihat Kania menumpahkan air matanya.
"Siti tidak apa-apa, Amak," jawab Kania dengan nada suara terisak dan tidak bisa menahan air mata yang jatuh membasahi pipinya.
"Kamu pasti takut ya, Nak?"
Bundo memeluk Keyla dengan kehangatan dan kelembutan kasih sayang seorang ibu yang sudah lama tidak Kania rasakan.
"Nak, masuklah ke dalam, istirahatlah!" ujar amak Aminah.
"Uni (Kakak), yuk kita masuk ke rumah lagi!" ajak bundo.
"Tidak usah, Fatimah, kami pulang saja, sudah mau magrib. Nanti Uni akan datang lagi," ujar amak Aminah.
Ya, dalam adat Minangkabau, sebelum magrib seorang wanita harus sudah berada di rumahnya, sedangkan kaum lelaki akan berada di surau untuk melaksanakan salat magrib berjamaah.
"Apa tidak salat berjamaah di sini saja, Uni?" ucap bundo berbasa-basi kepada amak Aminah.
"Tidak usah, Fatimah, kami salat di rumah saja. Nanti kita bicara lagi," jelas amak Aminah.
Sebelum berpamitan, Syamsul menyalami dan mencium punggung tangan bundo. Kania juga melakukan hal yang sama, ia juga menyalami dan mencium punggung tangan amak Aminah.
"Hati-hati di jalan, Amak," ucap Kania lembut dengan memberikan senyuman terbaik dan termanisnya.
Kania kemudian menatap Syamsul yang sedari tadi tidak berhenti menatap Kania. Dan ketika kedua mata insan itu saling bertemu, baik Kania dan Syamsul merasa malu dan saling salah tingkah. Ya, ada benih-benih cinta di antara keduanya yang membuat kedua orang tua mereka bergegas menggandeng tangan anaknya masing-masing agar tidak menjadi dosa.
"Siti, apakah kamu sesuka itu kepada Syamsul, Nak?" tanya bundo penasaran.
Kania diam, ia tidak tahu akan menjawab apa kepada bundo, tapi hatinya saat ini berbunga-bunga, ada getaran hebat yang tidak biasa yang dirasakannya, seperti seorang yang sedang jatuh cinta.
"Kania, apa yang kamu rasakan? Dia Syamsul bukan Alex," ujar Kania di dalam hatinya.
Kania meletakkan tangannya di dadanya dan merasakan jantungnya seperti bom atom yang akan meledak.
"Nak, kenapa kamu terdiam? Apakah kamu mencintai Syamsul?" tanya bundo sembari menggenggam tangan putri kesayangannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments