Dak ..., Dik ..., Duk ....
Mendengar nama Syamsul disebut, jantung Kania menjadi bergetar tidak karuan, seolah ada bom atom yang akan meledak di sana. Perasaan yang sama saat nama Alex disebut.
'Apakah Bundo saling mengenal dengan keluarga Syamsul? Apakah hubungan Siti dengan Syamsul? Apakah maksud kedatangan Amak Syamsul ke rumah Siti?'
Begitu banyak pertanyaan yang muncul dibenak Kania yang membuat ia merasa benar-benar sangat penasaran.
"Nak, kamu segera gantilah pakaian dengan pakaian yang pantas, kenakanlah tangkuluak (kerudung) dan buatkanlah minuman, hidangkanlah nanti ke depan, Nak!" ucap bundo dengan raut wajah yang sangat merona.
'Siti, apakah yang akan terjadi? Apakah kamu akan dilamar?' tanya Kania pada dirinya sendiri.
Begitu banyak pertanyaan yang Kania sangat ingin tahu sekali jawabannya, namun saat ini bukan waktu yang tepat bagi Kania untuk bertanya, karena Kania harus bersiap seperti yang bundo katalan.
"Nak, kok melamun, yuk segera!" ujar bundo membuyarkan lamunan Kania.
Kania tersenyum-senyum sendiri, hatinya berbunga-bunga dengan raut wajah yang penuh dengan senyum keceriaan. Pipi Kania memerah dan jantungnya berdetak sangat hebat, ia seperti jatuh cinta kembali.
'Siti, apakah kamu sebahagia ini?' tanya Kania kepada dirinya sendiri sembari memutar-mutar rambutnya yang terurai panjang.
Kania kemudian melangkahkan kakinya memasuki kamarnya, namun seketika pikirannya berubah ketika ia berfikir harus memberikan kesan terbaik sebelum bertemu dengan calon mertuanya.
Kania membalikkan badannya, ia pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya secara ligat. Ya, Kania adalah gadis yang sangat ahli sekali mandi cepat. Cukup lima menit saja semua akan selesai.
Kania kemudian memilih baju kurung terbaik yang akan ia kenakan untuk menemui calon mertuanya, dan pilihan Kania akhirnya jatuh pada sepasang baju dengan warna ungu muda yang menarik perhatian Kania.
"Wah, sepertinya baju ini terlihat sangat elegant dan cantik jika dipadukan dengan tangkuluak berwarna putih," ujar Kania sembari memutar-mutar tubuhnya di sebuah cermin usang yang sudah retak-retak.
Sebelum memakai tangkuluak, Kania mengepang rambutnya menjadi dua bagian yang membuat Kania terlihat anggun dan berbeda.
"Tidak ada lipstik disini, apa yang harus gw kenakan untuk membuat bibir ini terlihat segar?' pikir Kania di dalam hatinya.
"Yes, gw punya ide!" Kania melihat botol minyak yang ia cium seperti minyak kelapa.
Kania kemudian mengambil sedikit dan mengoleskannya sedikit di bibirnya.
"Waw, sempurna sekali penampilanmu, Siti!" puji Kania pada dirinya sendiri.
Setelah berdandan rapi dan melihat penampilannya sendiri di cermin, hingga ia tidak henti-hentinya memuji dan takjub kepada dirinya sendiri.
Kania kemudian berjalan menuju dapur rumahnya dengan menuruni anak tangga, namun saat ini yang terpenting untuk membuatkan minuman yang akan dihidangkannya untuk keluarga Syamsul. Namun, takdir kali ini tidak memihak kepada Kania.
"Siti, kamu harus ikut dengan kami!" ucap seseorang yang menyerang Kania dari belakang.
"Siapa, Kalian? Apa yang kalian lamukan terhadapku? Lepaskan, aku!" protes Kania sembari berusaha menyelamatkan dirinya dari sergapan orang asing.
Kania berteriak sangat keras, ia takut dan merasa tertindas seperti orang lamah dan tak berdaya.
Kania berusaha melepaskan diri dan melawan orang yang saat ini telah menyerangnya dari belakang, akan tetapi Kania tidak bisa melakukan apa-apa seolah semua kekuatan dan ilmu bela diri yang dipelajarinya hilang dalam sekejab.
"Siti, kami harap kamu tidak peotes! Karena jika kamu melawan maka kami tidak akan segan-segan membunuhmu!" ujar seseorang dengan tubuh kekar yang bersikap kejam dan sadis ketika Kania berusaha menantang.
'Apa yang harus gw lakukan sekarang? Dimana semua kekuatan yang pernah gw pelajari? Kenapa gw menjadi selemah ini?' batin Kania.
Entah apa yang terjadi pada diri Kania saat ini, ia tiba-tiba menjadi wanita lemah yang tak bisa melakukan perlawanan apa-apa.
"Lepaskan gw!" bentak Kania.
Kania menginjak kaki sang penyekap sembari berusaha melepaskan diri dari sekapan seseorang yang mengenakan penutup wajah itu, sehingga Kania tidak bisa melihat wajahnya.
"Siti, bisa diam nggak?" suara lelaki itu semakin keras dan terdengar sangat sangar sekali.
"Tolong ..., tolong ..., tolong ....!"
Kania tidak mempedulikan ancaman lelaki itu, ia terus berteriak sekuat tenaga dan sekeras-kerasnya suaranya untuk meminta tolong, berharap ada orang yang membantunya. Akan tetapi, tidak ada seorangpun yang muncul dan datang menghampiri Kania, dunia ini terlihat sangat sepi, seolah tidak ada satu orangpun disini.
Kania panik tapi ia yakin akan ada harapan.
"Woi, siapa kamu?" terdengar oleh Kania suara lelaki yang tidak asing di telinganya.
"Alex, kamu disini? Kamu datang untuk menyelamatkan aku?"
Kania melihat sekelilingnya, mencari jejak keberadaan sumber suara itu.
Kania sungguh merindukan kekasih hatinya itu, lelaki yang selalu memeluk dan mencium keningnya setiap hari sehingga ia merasa bersemangat untuk menjalani hari. Lelaki yang menjadi air untuk emosi Kania yang terlihat terbakar.
"Hei, Syamsul, jangan ikut campur!" ucap lelaki yang menyekap Kania.
"Saya akan ikut campur kalau sudah berhubungan dengan Siti!" ucap Syamsul tenang namun terdapat ancaman dari kata-katanya.
Kania menatap mata Syamsul, mata yang sangat mirip dengan Alex. Lelaki di zaman dahulu dan masa depan ternyata sama-sama baik, mereka dua orang berbeda yang selalu menjaga dan melindungi Kania dengan segenap hatinya, lelaki yang menjadi malaikat untuk Kania.
"Woi, preman, cepat lepaskan Siti!" teriak Syamsul.
Sebagai seorang lelaki, Syamsul merasa tidak suka jika gadis yang sangat dicintainya disentuh oleh lelaki lain. Apalagi sebagai orang Minangkabau, kedudukan seorang wanita sangat dihormati dan dimuliakan. Jadi, sebagai lelaki Syamsul tidak akan tega melihat wanita tertindas apalagi wanita itu adalah wanita yang ia cintai.
"Eh, Syamsul, jangan macam-macam!" ucap lelaki sangat itu.
"Jika Waang (kamu) tidak melepaskan Siti sekarang juga maka maaf, saya akan melakukan tindakan!" ucap Syamsul tegas.
Ya, sebagai seorang bujang (lelaki) di Minangkabau, sangat pantang sekali mencari musuh, namun jika musuh datang juga pantang untuk dihindari seperti kata pepatah Minang yang berbunyi, " Musuah Pantang dicari, kok basobok pantang dielakkan."
"Enak aja waang (kamu), Syamsul!"
Lelaki itu semakin mengencangkan pegangannya di tangan Keyla hingga Kania merasa kesakitan.
"Sa ..., Sakit!" rengek Kania.
Entah mengapa Kania menjadi wanita lemah yang merengek manja, padahal sebelumnya ia terlihat sangat kuat.
Tangisan dan pekik Kania membuat Syamsul geram, ia langsung memasang kuda-kuda dan menendang punggung lelaki itu dengan gerakan-gerakan silat yang dipelajarinya sehingga lelaki itu kesakitan dan melepaskan tangan Keyla yang digenggamnya secara paksa itu.
Kania langsung menjauh dari Syamsul dan lelaki itu, mereka bertarung antara laki-laki dengan lelaki.
Keyla sangat takjub melihat lelaki yang bernama Syamsul itu melakukan gerakan-gerakan silat yang memukau untuk membela Kania.
Bruk ...!
Dalam beberapa detik lelaki sangar dan menakutkan itu tumbang.
"Siti, kamu tidak apa-apa?"
Syamsul menghampiri Kania dengan wajah khawatir yang lihatkannya kepada Kania.
"Aku tidak apa-apa," jawab Kania dengan hati yang bergejolak.
Dak ..., Dik ..., Duk ....
Jantung keduanya berdetak sangat hebat seolah ada kelinci-kelinci kecil yang melompat-lompat di sana.
"Siti, apa boleh aku mengantarkanmu pulang?" ucap Syamsul dengan nada suara lembut dan wajah yang ditundukkan, sungguh terlihat sangat sopan sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments