Abak menatap Kania dengan tatapan heran dan penuh dengan sejuta yanda tanya. Ya, bagaimana mungkin anak kesayangannya itu memintanya untuk pergi ke tabit sendirian sementara seluh tubuh Kania itulah yang memar terbakar api.
"Nak, biar Siti saja yang ke tabit. Abak tidak apa-apa," ucap abak dengan senyuman.
Abak berpikir kalau ia sudah tua dan juga telah terbiasa dengan sakit yang ia tahan, sementara itu Siti adalah putri kesayangannya yang masih gadis yang harus dijaga dan dirawat dengan sebaik mungkin.
Bagi seorang ayah, kebahagiaan putrinya adalah kebahagiaanya juga dan rasa sakit putrinya adalah rasa sakitnya juga, bahkan rasanya lebih dari yang Kania rasakan.
"Abak, jangan khawatir ya, besok pagi Siti juga akan sembuh, karena yang Siti butuhkan hanya istirahat," ujar Kania.
Keyakinan kuat yang Kania pertahankan karena ia merasa sangat yakin kalau ia akan sembuh dan oulih dengan cepat, karena ia belajar dari pengalamannya sebelumnya, di mana kecelakaan mobil terjadi, dalam sekejab semua luka hilang dan Kania berada dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, seolah tidak tekadi apa-apa. Selain itu, Kania juga berpikiran, kalau kedua orang tuanya pasti tidak mempunyai cukup biaya untuk mengobati ia dan abak. Apalagi abak telah memiliki banyak hutang kepada Datuak Maringgih yang bisa saja datang kapan saja untuk meminta rumah mereka bahkan Siti sebagai jaminannya.
"Kalau Siti tidak ingin berobat maka Abak juga tidak akan merobat. Abak yakin besok pagi kita berdua juga sembuh."
Abak juga terlihat sangat yakin dengan apa yang akan terjadi esok pagi, sama yakinnya dengan Kania yang pernah mengalaminya sendiri.
"Abak dan Kania biar istirahat saja, biar Bundo bersihkan lukanya," ujar bundo dengan tampang sedihnya.
Kania kemudian mengecek saku baju kurungnya, karena ia merasa getaran dari ponselnya membuat ia risih. Kania juga tidak ingin kedua orang tuanya curiga kepadanya.
'Apa ini,' ujar Kania ketika merasakan sesuatu di sakunya.
Kania mengelurkan sebuah krim dari sakunya, krim yang biasa digunakan manusia modern untuk mengobati luka bakar tanpa ada bekas lukanya.
Kaget bercampur tidak percaya karena Kania menemukan banyak keanehan dikehidupannya, ia bisa berada di dua dunia dengan dua dimensi waktu yang berbeda.
"Apa itu, Nak?" tanya bundo penasaran.
Kania benar-benar heran, sungguh, sejak berada di masa lalu ia selalu dihadapkan pada keajaiban-keajaiban yang membuat ia merasa takjub.
"Nak, apakah itu?" abak juga tidak kalah penasaran dengan benda yang tengah dipegang oleh sang putri.
"Ini adalah obat oles untuk mengobati luka bakar kita, Abak. Kania yang telah memberikannya kepada Siti sebagai kenang-kenangan sebelum ia pergi ke luar negeri," ucap Kania berbohong.
Ya, Kania tidak tahu lagi akan menjawab apa kepada kedua orang tuanya, ia sendiri juga tidak tahu dari mana obat itu berasal, dan tidak ada yang bisa Kania lakukan selain berbohong agar kedua orang tuanya juga tidak syok.
Kania pernah membaca sejarah, kalau zaman dahulu hidup para penjajah yang menjajah di Indonesia sudah cukup modern.
"Berarti obat ini ampuh, Nak?"
Kania mengangguk, kemudian memberikan obat itu kepada bundo.
Bundo membuka dan mengoleskan krim itu disetiap luka bakar di tubuh Kania dan tubuh abak. Ya, ajaibnya krim oles itu langsung menghilangkan rasa sakit di seluruh tubuh Kania dan abak.
"Siti, tubuh Abak terasa sudah sehat, ajaib sekali obat ini," ungkap abak dengan rona wajah bahagia.
"Iya, Abak, Siti juga merasakan hal yang sama," jelas Kania yang juga tidak kalah bahagia.
"Alhamdulillah jika Abak dan Siti merasa lebih baik, Bunda senang," ucap bundo yang ikut merasa bahagia dan lega.
"Nak, karena kamarmu terbakar, kamu tidurlah di kamar bersama Bundo, biar Abak tidur diluar saja," ucap abak dengan senyum termanis yang terlihat dari pencahayaan lampu bahan bakar minyak tanah.
"Tapi, Abak sakit, bagaimana kalau Siti saja yang tidur diluar?"
Kania tidak tega melihat lelaki paruh baya yang wajahnya sudah dipenuhi keriput itu harus tidur di lantai, selain itu Kania ingin berbakti kepada kedua orang tuanya, ia ingin memberikan yang terbaik untuk abak yang memperlakukannya dengan sangat baik selama ada di masa lalu.
"Nak, tidak baik anak gadis tidur diluar," ucap abak.
Orang Minangkabau memang sangat memuliakan kaum wanita, jadi tidak akan dibiarkan sang anak apalagi anak gadis tidur diluar.
Abak kemudian membimbing tangan Kania memasuki kamar, sementara bundo membantu membereskan tempat tidur untuk Abak.
"Nak, istirahatlah!" ucap abak lembut sembari membelai lembut rambut Kania.
"Abak, terima kasih banyak karena telah membantu dan menyelamatkan Siti. Abak bahkan mengorbankan diri sendiri," ucap Kania tulus dengan mata berkaca-kaca.
Abak, lelaki yang sangat mirip sekali dengan papa Kania di masa depan, jadi kehadiran abak benar-benar membuat Kania kembali merasakan kasih sayang dari papanya yang selama ini sangat ia rindukan.
"Sayang, semua orang tua pasti akan menyelamatkan anaknya dan akan melakukan apa saja kepada anaknya asalkan anaknya bahagia dan tidak sakit atau menderita," jelas abak sembari menatap sang putri yang teramat sangat dicintainya itu.
"Tetap saja Siti harus berterima kasih sama Abak," ucap Kania dengan senyum menawan dan tulus yang ia berikan kepada abak.
Kania merasa sangat bersyukur karena sakit dan cobaan yang Tuhan berikan kepadanya membuat ia merasakan kasih sayang dari kedua orang tua yang lengkap.
"Sayang, sekarang kamu tidurlah dan istirahatlah, Nak!" ucap abak lembut.
Abak kemudian menyelimuti Kania dengan penuh kasih sayang sebagai orang tua.
Kania merasa sangat beruntung dan diperlakukan seperti anak kecil oleh abak dan bundo.
Sungguh, maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kau dustakan?
Selang beberapa menit kemudian, bundo memasuki kamar dan membaringkan tubuh beliau di samping Kania.
"Nak, kamu adalah permata hati Abak dan Bundo. Kamu adalah impian dan harapan untuk melanjutkan cita-cita kami. Jadi, jangan pernah sakit atau membuat kami khawatir lagi, Nak," ucap bundo sembari membelai lembut rambut Kania yang dikepang dua sebagai ciri khasnya.
Sungguh, alangkah bahagianya hidup Kania di masa lalu ketika ia menjadi Siti karena ia merasa dicintai dan disayangi oleh orang tua yang sangat baik dan tulus layaknya malaikat tak bersayap yang khusus diciptakan untuknya.
"Bundo, terima kasih banyak untuk cinta dan kasih sayang yang Bundo dan Abak berikan untuk Siti. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain menjadi anak dari orang tua paling sempurna dan paling baik seperti malaikat," ucap Kania tulus.
Kania mendekatkan tubuhnya ke bundo dan memeluk bundo dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.
'Mama, Kania rindu. Terima kasih banyak karena memberikan Kania kesempatan untuk mengenal wanita yang seperti malaikat yang sangat persis sekali sifatnya seperti Mama,' ucap Kania di dalam hati.
Kania bahagia karena ia mendapatkan kasih sayang yang sempurna dari kedua orang tua lengkap seperti harapannya selama ini.
Kania akhirnya tertidur dalam dekapan dan kehangatan pelukan bundo.
"Kania ..., Kanjaa ...!"
Kania mendengar suara yang asing di telinganya memanggilnya dengan lantang.
'Apakah ada orang yang mengenalku sebagai Kania di Ranah Minang? Tapi ini sudah larut malam, siapakah yang memanggilku?' ucap Kania di dalam hati.
Kania membuka matanya dan ingin keluar dari kamar bundo untuk melihat seseorang yang memanggil-manggil namanya.
Kania memang dihadapkan pada keajaiban-keajaiban yang tidak disangka-sangka. Bahkan Kania dihadapkan pada semua keanehan diluar logikanya.
"Kania, Kania, apakah kamu ingin kembali menjadi Kania?" ucap suara itu.
Kania semakin penasaran, apakah ada cara baginya untuk bisa kembali menjadi Kania seutuhnya, dan siapakah orang yang memanggil-manggilnya.
"Bundo, Kania ingin keluar sebentar!"
Kania melepaskan tangan bundo yang memeluk dirinya dengan lembut agar bundo tidak terbangun karena ia bergerak.
Kania berjalan pelan untuk keluar dari kamar dan memeriksa siapakah yang ada diluar.
T A K U T !
Rasan takut menghantui Kania, bahkan bulu kuduknya merinding berjalan di gelapnya malam dengan ditemani cahaya lampu yang terlihat samar. Namun, rasa penasaran membuat Kania memberanikan dirinya.
"Dor ...! Kamu mau kemana?" Suara lantang itu membuat Kania kaget hingga jantungnya hampir saja copot.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments